Viral Fenomena Jam Koma di Kalangan Gen Z, Apa Artinya?

Bukan sekadar istilah yang digunakan untuk bergaya, jam koma merefleksikan realitas yang dialami banyak orang di tengah kehidupan yang serba cepat.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 21 Okt 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2024, 15:00 WIB
Ekspresi Lelah
Ilustrasi Ekspresi Lelah Credit: pexels.com/Cleo

Liputan6.com, Jakarta Istilah baru jam koma tengah menjadi viral di berbagai platform media sosial. Terutama di kalangan Gen Z yang kerap menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Di TikTok hingga X, istilah ini muncul dalam berbagai konteks, namun secara umum digunakan untuk menggambarkan momen ketika tubuh sudah tidak sinkron dengan otak karena kelelahan. 

Bukan sekadar istilah yang digunakan untuk bergaya, jam koma merefleksikan realitas yang dialami banyak orang di tengah kehidupan yang serba cepat. Munculnya jam koma sebagai istilah populer di media sosial menunjukkan bagaimana generasi muda menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara aktivitas harian dan kebutuhan istirahat. 

Tren ini juga menyoroti bagaimana Gen Z merespons tekanan hidup modern dengan cara yang kreatif dan menyegarkan, menjadikan jam koma sebagai bentuk ekspresi dari kebutuhan istirahat yang mendalam. Berikut ulasan lebih lanjut tentang jam koma yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Seni (21/10/2024).

Pengertian Jam Koma

Ilustrasi lelah, letih
Ilustrasi lelah, letih. (Photo by Andrea Piacquadio/Pexels)

Istilah jam koma merupakan gambaran kondisi tubuh yang kelelahan, namun tetap dipaksa untuk beraktivitas. Secara harfiah, istilah ini memang tidak merujuk pada kondisi medis tertentu, namun sering digunakan untuk menggambarkan momen ketika seseorang merasa sangat lelah, tetapi otaknya masih terus berputar sehingga sulit untuk beristirahat. Fenomena ini mencerminkan ketidakselarasan antara fisik yang butuh istirahat dengan otak yang terus aktif, yang menyebabkan seseorang tidak fokus dan mudah lupa akan hal-hal kecil.

Jam koma seringkali terjadi pada mereka yang memiliki gaya hidup sibuk, di mana tubuh dan pikiran terus-menerus dipaksa bekerja meskipun sudah lelah. Meskipun terdengar seperti ungkapan candaan, jam koma menggambarkan kenyataan yang dialami oleh banyak orang, terutama mereka yang menghadapi jadwal yang padat dan tekanan kerja.

Tubuh yang lelah sering kali tidak mampu lagi berfungsi dengan normal, tetapi otak masih aktif, menyebabkan kesulitan untuk tidur atau beristirahat secara maksimal. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, karena kelelahan yang berkelanjutan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang secara signifikan.

Bagaimana Jam Koma Terjadi

Ilustrasi Mengantuk, Lelah, Begadang
Ilustrasi Mengantuk, Lelah, Begadang. Photo by Sander Sammy on Unsplash

Fenomena jam koma terjadi ketika tubuh mengalami kelelahan fisik yang luar biasa, tetapi otak masih aktif dan tidak bisa berhenti berputar. Kondisi ini menggambarkan ketidaksinkronan antara kebutuhan tubuh untuk beristirahat dan otak yang terus memikirkan berbagai hal, bahkan saat tubuh sudah memberikan sinyal lelah. Akibatnya, seseorang yang mengalami jam koma sering merasa tubuhnya tidak mampu lagi berfungsi secara normal, kehilangan fokus, dan mudah lupa akan hal-hal sederhana seperti membawa belanjaan atau mengunci pintu.

Fenomena ini umumnya dialami oleh orang-orang dengan gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh tekanan. Aktivitas yang padat dan tuntutan pekerjaan seringkali membuat tubuh terus dipaksa untuk bekerja, meskipun energi fisik sudah habis. Ketika kelelahan mencapai puncaknya, otak tetap aktif, menyebabkan seseorang kesulitan tidur meskipun tubuh sudah butuh istirahat. Hal ini membuat seseorang semakin sulit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, yang justru memperburuk kondisi kelelahan secara keseluruhan.

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya jam koma antara lain stres berlebihan, kurang tidur, dan kebiasaan buruk sebelum tidur, seperti penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan. Jika dibiarkan, fenomena ini dapat memengaruhi produktivitas dan kesehatan mental. 

Ciri-ciri Orang yang Mengalami Jam Koma

Mata Lelah - Vania
Ilustrasi Mata Lelah/https://unsplash.com/Elisa Ventur

1. Pandangan Kosong

Orang yang mengalami jam koma sering terlihat dengan pandangan yang kosong atau melayang. Mereka tidak fokus pada percakapan atau situasi sekitar, meskipun secara fisik hadir. Ini adalah tanda awal kelelahan mental di mana otak sudah terlalu lelah untuk memperhatikan apa yang sedang terjadi.

2. Sering Typo dalam Menulis dan Berbicara

Ciri kedua adalah sering melakukan kesalahan ketik atau typo, terutama saat menulis pesan atau bekerja. Biasanya, orang yang terkena jam koma akan salah mengetik kata atau frase yang sederhana meskipun mereka biasanya menulis dengan rapi dan teratur. Ini menunjukkan kurangnya koordinasi antara pikiran dan tindakan.

Orang yang mengalami jam koma juga sering salah ucap atau "typo" dalam berbicara. Mereka mungkin salah menyebutkan kata atau menggabungkan kata-kata yang tidak relevan, menandakan otak yang sudah kelelahan dan tidak mampu memproses kata dengan baik.

3. Jawaban Tidak Nyambung dalam Percakapan

Orang yang sedang dalam kondisi jam koma sering memberikan jawaban yang tidak relevan atau tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Ini menunjukkan bahwa otak mereka sudah sangat kewalahan, sehingga sulit bagi mereka untuk memproses informasi atau berpikir secara jernih.

4. Melamun

Tanda yang paling akhir dan parah dari jam koma adalah sering melamun tanpa memikirkan apa pun. Pada tahap ini, pikiran benar-benar kosong dan tidak mampu berpikir dengan jelas, menandakan kelelahan ekstrem yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya