Burnout Adalah Kelelahan Fisik hingga Mental, Ketahui Cara Mengatasinya

Burnuot adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 19 Nov 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2024, 15:45 WIB
Burnout Adalah Kelelahan Fisik hingga Mental, Ketahui Cara Mengatasinya
Ilustrasi Job Burnout. (Dok. Andrea Piacquadio/Pexels/Brigitta Bellion).

Liputan6.com, Jakarta Dalam dinamika dunia kerja modern, burnout telah menjadi fenomena yang semakin umum dijumpai, merujuk pada kondisi stres berat yang bersumber dari tekanan pekerjaan. Kondisi ini bukan sekadar kelelahan biasa, melainkan suatu keadaan yang dapat berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental seseorang jika tidak segera ditangani dengan tepat. Ketika dibiarkan berlarut-larut, burnout dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih kompleks dan berpotensi mengganggu berbagai aspek kehidupan seseorang.

Meskipun burnout atau kelelahan mental dapat menyerang siapa saja, beberapa kelompok pekerja memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya. Mereka yang kerap memaksakan diri bekerja melampaui batas kemampuan, individu yang jarang mendapat pengakuan atas prestasi kerjanya dari atasan, pekerja dengan beban kerja yang tidak proporsional, serta mereka yang terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang monoton cenderung lebih rentan mengalami burnout. Kondisi ini semakin diperparah ketika sistem kerja tidak mendukung kesejahteraan mental karyawan atau ketika tuntutan pekerjaan jauh melampaui kapasitas individual.

Burnout yang dipicu oleh stres kerja berkepanjangan dan tidak terkelola dengan baik dapat mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap produktivitas dan kesejahteraan mental seseorang. Manifestasinya tidak hanya berupa hilangnya motivasi dan semangat dalam bekerja, tetapi juga dapat meluas hingga mempengaruhi aspek sosial kehidupan seseorang. Penderita burnout seringkali mengalami penurunan minat yang drastis untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, menciptakan isolasi yang dapat memperburuk kondisi mental mereka.

Agar lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian burnout beserta gejala, penyebab, dan cara mengatasinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (19/11/2024).

Burnout Adalah

Burnout Adalah Kelelahan Fisik hingga Mental, Ketahui Cara Mengatasinya
Ilustrasi perempuan burnout. (c) topntp/Depositphotos.com

Kata burnout berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti keletihan mental, tumpas tenaga atau kelelahan kerja. Kondisi ini dapat terjadi pada semua orang pada suatu saat. Hidup kita menjadi sibuk ketika kita menghadapi berbagai tanggung jawab sehari-hari, baik itu bekerja, membantu orang lain, atau mengurus keluarga. Terkadang, kita terlalu sibuk dan lupa mengambil langkah mundur dan beristirahat. Saat itulah burnout bisa terjadi.

Burnuot adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang. Kelelahan kerja merupakan gejala yang muncul karena lelah dan letih. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun 1974. Penelitian mengenai topik ini awalnya dilakukan dibidang pendidikan, terutama pada guru yang mengalami penurunan kinerja yang disebabkan oleh keletihan mental.

Menurut WHO, burnout merujuk secara khusus pada fenomena dalam konteks pekerjaan dan tidak boleh diterapkan untuk menggambarkan pengalaman di bidang kehidupan lain. Definisi lain, burnout adalah sindrom yang dikonseptualisasikan sebagai akibat dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola.

Gejala Burnout

Burnout Adalah Kelelahan Fisik hingga Mental, Ketahui Cara Mengatasinya
Ilustrasi burnout. (Photo by Anna Tarazevich from Pexels)

1. Hilangnya semangat bekerja dan kelelahan

Indikator utama kondisi burnout adalah hilangnya motivasi dan antusiasme terhadap aktivitas profesional yang sedang dijalani. Kondisi bekerja tanpa adanya gairah dan dorongan internal dapat menguras energi fisik maupun mental secara signifikan, yang pada akhirnya menimbulkan kelelahan kronis. Para ahli kesehatan mental menyarankan untuk segera mengenali tanda ini dan mengambil langkah preventif sebelum kondisi memburuk.

2. Benci dengan pekerjaan yang digeluti

Dampak burnout dapat memunculkan tekanan psikologis dan frustasi yang intens dalam bekerja. Kondisi ini mengakibatkan kesulitan dalam mempertahankan fokus, menurunnya rasa percaya diri akan kompetensi, perasaan terbebani berlebihan, dan akhirnya berkembang menjadi antipati terhadap profesi yang sedang dijalani. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.

3. Performa kerja menurun

Burnout seringkali berdampak pada penurunan signifikan dalam kualitas kerja seseorang. Fenomena ini terjadi sebagai konsekuensi dari menurunnya minat dan dedikasi terhadap tanggung jawab profesional, yang mengakibatkan hasil kerja menjadi tidak optimal dan di bawah standar yang diharapkan. Produktivitas dan kreativitas juga cenderung mengalami penurunan drastis.

4. Mudah marah

Individu yang mengalami burnout menunjukkan kecenderungan untuk lebih mudah tersulut emosi, terutama ketika menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan. Situasi ini diperparah dengan menurunnya efektivitas kerja yang mengakibatkan penumpukan tugas dan tanggung jawab. Akumulasi tekanan ini dapat memicu stres berkelanjutan dan ketidakstabilan emosi yang membuat seseorang menjadi lebih reaktif terhadap stimulus negatif.

5. Menarik diri dari lingkungan sosial

Tekanan dan frustasi akibat pekerjaan dapat mendorong penderita burnout untuk mengembangkan sikap pesimis dan sinis terhadap rekan kerja dan lingkungan profesionalnya. Aktivitas profesional yang sebelumnya dianggap sebagai tantangan positif mulai dipandang sebagai beban yang menyiksa, mendorong mereka untuk menjauh dan mengisolasi diri dari interaksi sosial, baik dengan kolega, sahabat, maupun anggota keluarga yang terkait dengan lingkup pekerjaannya.

6. Mudah sakit

Burnout yang berlangsung dalam jangka panjang dan tidak mendapat penanganan yang tepat dapat mengakibatkan penurunan drastis pada sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini meningkatkan kerentanan terhadap berbagai gangguan kesehatan seperti influenza, rhinitis, migrain, dan gangguan pencernaan. Lebih jauh lagi, risiko mengalami insomnia, gangguan anxietas, dan kondisi depresi menjadi semakin tinggi. Para profesional kesehatan menekankan pentingnya mengenali gejala-gejala ini sejak dini dan mencari bantuan profesional bila diperlukan.

Penyebab Burnout

Burnout Adalah Kelelahan Fisik hingga Mental, Ketahui Cara Mengatasinya
Ilustrasi burnout saat kerja. (Foto:Unsplash)

Dikutip dari laman Webmd, pada awalnya istilah burnout hanya diterapkan pada stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Namun, banyak psikolog melihat kelelahan sebagai kondisi stres yang berkepanjangan. Studi menunjukkan bahwa perempuan melaporkan mengalami kelelahan kerja dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, namun diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui alasannya.

  1. Faktor kehidupan dan pekerjaan yang dapat menyebabkan kelelahan meliputi:
  2. Beban kerja yang tidak dapat dikelola.
  3. Perlakuan tidak adil di tempat kerja.
  4. Tanggung jawab pekerjaan yang membingungkan.
  5. Kurangnya komunikasi atau dukungan dari manajer.
  6. Tekanan tenggat waktu yang sangat besar.
  7. Terlalu banyak pekerjaan, tidak cukup waktu istirahat (downtime).
  8. Perasaan bahwa pekerjaan atau kehidupan berada di luar kendali Anda.
  9. Merasa tidak diakui atau tidak dihargai.
  10. Pekerjaan atau tanggung jawab yang terasa terlalu menuntut.
  11. Pekerjaan yang membosankan atau rutin, atau pekerjaan yang kacau atau penuh stres.
  12. Mengambil terlalu banyak tanpa meminta bantuan .
  13. Kurang tidur.
  14. Hanya sedikit hubungan yang mendukung atau bermakna.
  15. Ciri-ciri kepribadian seperti perfeksionisme, pesimisme, dan kebutuhan akan kendali.

Cara Mengatasi Burnout

Burnout Adalah Kelelahan Fisik hingga Mental, Ketahui Cara Mengatasinya
Ilustrasi wanita tidur, bermimpi. (Foto oleh Polina Kovaleva: https://www.pexels.com/id-id/foto/sedang-tidur-tidur-beristirahat-tertidur-6541078/)

1. Ambil cuti atau istirahat

Jika memungkinkan, ambil cuti atau istirahat selama beberapa hari atau minggu. Ini dapat membantu seseorang memulihkan energi, dan memperbaiki keseimbangan hidupnya. Jangan takut untuk mengambil cuti atau istirahat, jika merasa membutuhkannya. Pekerjaan yang berlebihan dapat mengakibatkan kelelahan dan stres yang berlebihan, dan mengambil waktu untuk diri sendiri dapat membantu mengatasi hal tersebut.

2. Kurangi beban kerja

Jika beban kerja terlalu berat, bicaralah dengan atasan untuk mencari solusi. Pekerjaan dapat dibagi dengan rekan kerja, atau delegasikan tugas ke orang lain untuk mengurangi beban kerja. Banyak orang merasa sulit untuk mengatasi burnout, karena mereka merasa terjebak dalam rutinitas dan tuntutan kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, mengurangi beban kerja dapat membantu mengatasi burnout.

3. Lakukan aktivitas yang menyenangkan

Lakukan aktivitas yang menyenangkan di luar pekerjaan, untuk mengurangi stres dan membantu seseorang merelaksasikan diri. Contohnya adalah berolahraga, meditasi, yoga, bermain musik, atau melakukan kegiatan kreatif lainnya. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas tidur. Meditasi dan yoga juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi.

4. Atur waktu dan prioritas dengan bijak

Buat jadwal yang realistis dan atur prioritas dengan bijak. Fokus pada tugas-tugas yang penting, dan manfaatkan waktu dengan efektif. Hal ini dapat membantu seseorang merasa lebih teratur dan terorganisir, dan mengurangi risiko merasa terbebani oleh pekerjaan. Jangan terlalu banyak menyelesaikan tugas yang tidak penting, dan fokuslah pada tugas-tugas yang memberikan dampak yang lebih besar bagi karir dan hidup seseorang.

5. Ceritakan kepada orang yang dapat dipercaya

Coba ceritakan apa yang Anda rasakan kepada orang-orang terdekat yang dapat Anda percaya. Meski tidak selalu mendapatkan solusi, cara ini dapat membantu melepaskan emosi negatif dan mengurangi stres pekerjaan.

6. Konsultasikan dengan Atasan

Komunikasikan dengan atasan mengenai kerisauan yang Anda rasakan. Saat Anda diberikan pekerjaan yang terlalu banyak, ungkapkan bahwa pekerjaan tersebut membuat Anda terbebani dan membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikannya. Apabila atasan Anda yang menjadi pemicu burnout di tempat kerja, coba ajak bicara bagian departemen sumber daya manusia (HRD) mengenai hal tersebut. Mereka mungkin akan mencarikan solusi yang tepat, misalnya memindahkan Anda ke tim yang lain.

Cara Mencegah Burnout

Mencegah burnout memerlukan pendekatan holistik yang mencakup berbagai aspek kehidupan, dimulai dari manajemen waktu dan beban kerja yang efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan prioritas kerja yang jelas, membuat jadwal yang realistis, dan belajar mengatakan "tidak" untuk tugas tambahan yang tidak prioritas. Penting juga untuk menciptakan keseimbangan hidup dengan memisahkan waktu kerja dan kehidupan pribadi, meluangkan waktu berkualitas bersama keluarga dan teman, serta mengembangkan hobi di luar pekerjaan. Kesehatan fisik juga menjadi faktor krusial yang perlu dijaga melalui olahraga teratur, pola makan seimbang, dan istirahat yang cukup. Selain itu, pengelolaan stres dan kesehatan mental dapat dilakukan melalui praktik meditasi, teknik pernapasan untuk relaksasi, atau mencari dukungan profesional bila diperlukan.

Pengembangan diri secara profesional juga berperan penting dalam mencegah burnout, seperti mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, mencari mentor, dan menetapkan tujuan karir yang jelas. Komunikasi yang efektif di tempat kerja perlu dibangun dengan mengkomunikasikan beban kerja kepada atasan, membangun hubungan baik dengan rekan kerja, dan tidak ragu untuk meminta bantuan ketika diperlukan. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman, serta membangun sistem dukungan sosial yang kuat juga menjadi faktor pendukung dalam mencegah burnout. Evaluasi dan penyesuaian berkala terhadap strategi yang diterapkan juga diperlukan untuk memastikan efektivitasnya dalam mencegah burnout. Penting untuk diingat bahwa pencegahan burnout adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen dan kesadaran diri yang tinggi, di mana setiap orang mungkin memerlukan kombinasi strategi yang berbeda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individualnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya