Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia kerja, setiap generasi memiliki ciri khas dan tantangan yang berbeda-beda. Belakangan ini, Gen Z menjadi sorotan tajam di berbagai forum profesional. Generasi yang lahir sekitar akhir tahun 1990-an hingga awal 2010-an inikerap dihadapkan pada citra buruk sebagai angkatan kerja yang kurang siap, kurang tangguh, dan terlalu fokus pada work life balance.
Baca Juga
Advertisement
Stereotip ini memicu perdebatan luas, mulai dari meja diskusi HR hingga viral di media sosial. Tetapi, benarkah semua anggapan negatif ini mencerminkan realitas? Ataukah citra buruk ini hanya hasil dari bias generasi yang terus berulang?
Berikut ulasan lebih dalam tentang pandangan terhadap Gen Z di tempat kerja, membongkar stigma, serta mengeksplorasi tantangan dan potensi generasi muda ini dalam menghadapi dunia profesional. Dilansir Liputan6.com dari laman yourtango.com, Sabtu (7/12/2024).
Stigma Tentang Gen Z di Tempat Kerja
Salah satu stereotip utama yang melekat pada Gen Z adalah anggapan bahwa mereka kurang memiliki etos kerja. Sebuah diskusi di WorkLife menggambarkan Gen Z sebagai generasi yang terlalu fokus pada keseimbangan hidup-kerja dan kesehatan mental. Bahkan, seorang eksekutif HR menyebut, “Saya merasa seperti mengelola rumah singgah.” Pernyataan ini mencerminkan pandangan bahwa banyak anggota Gen Z membawa masalah pribadi ke tempat kerja, yang dianggap mengganggu produktivitas.
Di media sosial, seperti TikTok dan YouTube, video yang mengkritik Gen Z sebagai karyawan sering kali menjadi viral. Beberapa alasan umum yang dikemukakan adalah,
1. Model pengasuhan yang buruk, termasuk gaya pengasuhan “helikopter” atau “snowplow” yang terlalu melindungi.
2. Ketergantungan pada internet, yang dianggap membentuk karakter mereka lebih ke arah hiburan dibanding tanggung jawab.
3. Fokus berlebihan pada kesehatan mental, yang dipandang mengurangi ketahanan mereka dalam menghadapi tekanan.
4. Dampak pandemi COVID-19, yang mengganggu masa-masa pembentukan karakter mereka.
5. Rasa entitled, yang muncul dari kombinasi faktor-faktor di atas.
Namun, penting untuk dicatat bahwa generalisasi ini tidak sepenuhnya mewakili semua individu dalam Gen Z.
Tantangan yang Dihadapi Gen Z
Salah satu kritik utama terhadap Gen Z adalah kemampuan mereka untuk beradaptasi di lingkungan kerja yang kurang terstruktur dan menuntut kemandirian. Menurut laporan New York Post, banyak pemilik bisnis menganggap Gen Z belum siap menghadapi dinamika budaya kerja dan tantangan otonomi.
Namun, kritik ini juga dapat mencerminkan kurangnya pelatihan yang diberikan kepada karyawan muda. Banyak perusahaan lebih sering mengeluhkan sikap Gen Z daripada mencari solusi untuk membimbing mereka menjadi profesional yang lebih baik.
Mengapa Gen Z Tampak “Berbeda”?
Setiap generasi memiliki ciri khas yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya masa mereka. Gen Z, misalnya, tumbuh di era digital dengan akses tak terbatas ke informasi dan hiburan. Mereka juga menghadapi perubahan besar, seperti krisis global, ketidakpastian ekonomi, dan tekanan sosial untuk memperjuangkan kesehatan mental.
Kebutuhan mereka akan keseimbangan hidup-kerja dan perhatian pada kesehatan mental sebenarnya bisa dilihat sebagai sinyal positif. Generasi ini mencoba mencari cara untuk bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras, sekaligus menjaga kualitas hidup.
Advertisement
Peluang untuk Gen Z
Meski kritik terhadap Gen Z sering terdengar, generasi ini juga memiliki kelebihan yang dapat menjadi aset di tempat kerja:
1. Adaptif terhadap teknologi: Mereka tumbuh di era digital dan dengan mudah memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Kreativitas tinggi: Ketertarikan mereka pada tren dan inovasi dapat memberikan perspektif segar dalam menyelesaikan masalah.
3. Kesadaran sosial: Gen Z cenderung peduli terhadap isu lingkungan, inklusivitas, dan kesejahteraan masyarakat.
Benarkah Gen Z Tidak Bisa Kerja?
Jadi, apakah benar Gen Z tidak bisa bekerja? Jawabannya adalah tidak sepenuhnya benar. Kritik terhadap generasi ini sering kali didasarkan pada generalisasi yang kurang adil. Setiap generasi memiliki tantangan dan kelebihan masing-masing. Alih-alih mengkritik, perusahaan dapat mengambil pendekatan yang lebih proaktif dengan memberikan pelatihan dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.
Dengan bimbingan yang tepat, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi generasi pekerja yang inovatif dan berdaya saing tinggi di masa depan.