Liputan6.com, Jakarta Menjelang akhir bulan Ramadan, umat Muslim diwajibkan untuk menunaikan zakat fitrah sebagai bentuk penyucian diri dan kepedulian sosial. Kewajiban membayar zakat fitrah ini menjadi salah satu rukun Islam yang memiliki nilai spiritual dan sosial yang sangat tinggi. Pemahaman yang mendalam tentang zakat fitrah sangat penting agar ibadah ini dapat dilaksanakan dengan sempurna dan sesuai dengan ketentuan syariat.
Di era modern ini, banyak Muslim yang masih memiliki pertanyaan seputar pelaksanaan zakat fitrah, mulai dari waktu yang tepat untuk membayar, besaran yang harus dikeluarkan, hingga siapa saja yang berhak menerimanya. Kebutuhan akan informasi yang akurat tentang zakat fitrah menjadi semakin penting mengingat beragamnya metode pembayaran yang tersedia saat ini, dari cara tradisional hingga platform digital.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Untuk membantu umat Muslim dalam memahami dan melaksanakan kewajiban zakat fitrah dengan benar, artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang segala aspek yang berkaitan dengan ibadah tersebut.Â
Mulai dari pengertian dasar, dalil-dalil yang mendasarinya, hingga teknis pelaksanaannya di zaman modern. Berikut ini telah Liputan6.com rangkum informasi lengkapnya, pada Senin (13/1).
Pengertian dan Dasar Hukum Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa muslim, baik laki-laki maupun perempuan, sebagai bentuk penyucian diri setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Kewajiban ini berlaku bagi semua kalangan, mulai dari yang merdeka hingga hamba sahaya, dari yang dewasa hingga anak-anak, selama mereka mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Dasar kewajiban zakat fitrah ini tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:
"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha' kurma atau satu sha' gandum atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar. Beliau saw memerintahkannya dilaksanakan sebelum orang-orang keluar untuk shalat."
Kewajiban ini memiliki landasan yang kuat dalam syariat Islam, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan yang keji, serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.
Ibnu Hajar Al-Atsqolani, mengutip perkataan Abu Nu'aim, menjelaskan bahwa penyandaran kata sedekah kepada fithr (berbuka) disebabkan karena kewajiban ini berkaitan dengan berbuka dari puasa Ramadan. Hal ini menunjukkan hubungan erat antara ibadah puasa Ramadan dengan kewajiban zakat fitrah.
Advertisement
Syarat dan Ketentuan Pembayaran Zakat Fitrah
Dalam pelaksanaan zakat fitrah, terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Pertama, individu tersebut harus seorang muslim yang memiliki kelebihan makanan atau harta dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya. Syarat ini menunjukkan bahwa zakat fitrah tidak memberatkan dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu.
Ketentuan waktu pembayaran zakat fitrah terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan hukumnya:
- Waktu wajib: saat matahari terbenam di hari terakhir Ramadan
- Waktu sunnah: dari sholat Subuh hingga sebelum sholat Idul Fitri
- Waktu mubah: sepanjang bulan Ramadan
- Waktu makruh: setelah sholat Idul Fitri hingga sebelum matahari terbenam
- Waktu haram: setelah matahari terbenam pada hari Idul Fitri
Besaran zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha' (setara dengan 2,5 kg atau 3,5 liter) dari makanan pokok yang biasa dikonsumsi di daerah tersebut. Para ulama Madzhab Hanafiyah memperbolehkan pembayaran zakat fitrah dalam bentuk uang yang nilainya setara dengan harga makanan pokok tersebut, dengan pertimbangan bahwa hal ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi penerima zakat.
Dalam konteks modern, fleksibilitas dalam bentuk pembayaran ini memudahkan umat Muslim untuk menunaikan kewajibannya, terutama di daerah perkotaan di mana nilai uang lebih mudah dimanfaatkan oleh penerima zakat.
Golongan Penerima Zakat Fitrah
Zakat fitrah diperuntukkan bagi delapan golongan (asnaf) yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Namun, para ulama menekankan bahwa untuk zakat fitrah, prioritas diberikan kepada dua golongan pertama, yaitu fakir dan miskin. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan utama zakat fitrah yaitu memastikan bahwa tidak ada umat Muslim yang kelaparan pada hari raya Idul Fitri.
Delapan golongan penerima zakat (mustahik) tersebut adalah:
- Fakir: orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang mencukupi kebutuhan dasarnya
- Miskin: orang yang memiliki harta namun tidak mencukupi kebutuhan dasarnya
- Amil: petugas yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat
- Muallaf: orang yang baru masuk Islam
- Riqab: untuk memerdekakan budak
- Gharimin: orang yang memiliki hutang untuk kebutuhan halal
- Fi sabilillah: orang yang berjuang di jalan Allah
- Ibnu sabil: musafir yang kehabisan bekal
Hikmah dan Tujuan Zakat Fitrah
Zakat fitrah memiliki berbagai hikmah dan tujuan yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan personal. Sebagai ibadah yang diwajibkan di akhir Ramadan, zakat fitrah menjadi penyempurna ibadah puasa dan sarana untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Beberapa hikmah utama dari zakat fitrah dijelaskan dalam berbagai dalil dan pendapat ulama.
Pertama, zakat fitrah berfungsi sebagai pembersih diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia selama bulan Ramadan. Hal ini dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas ra. yang menyatakan bahwa Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan keji. Penyucian ini menjadi sangat penting mengingat puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan lisan dan perbuatan.
Kedua, zakat fitrah merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas nikmat dapat menyelesaikan ibadah puasa Ramadan. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di dalam kitab Al Irsyaad Ila Ma'rifatil Ahkaam, hikmah yang paling agung dari zakat fitrah adalah sebagai manifestasi rasa syukur orang yang berpuasa kepada Allah atas nikmat dapat menyempurnakan ibadah puasa.
Ketiga, zakat fitrah memiliki dimensi sosial yang sangat penting dalam membangun kesetaraan dan persaudaraan di antara umat Islam. Dengan membayar zakat fitrah, seseorang telah berkontribusi dalam memastikan bahwa tidak ada muslim yang kelaparan pada hari raya Idul Fitri, sehingga semua dapat merasakan kebahagiaan di hari yang fitri tersebut.
Advertisement
Tips Praktis Menunaikan Zakat Fitrah
Dalam menunaikan zakat fitrah, ada beberapa hal praktis yang perlu diperhatikan untuk memastikan ibadah ini dilakukan dengan sempurna:
- Pastikan untuk menghitung jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan dengan teliti, termasuk anak yang baru lahir sebelum matahari terbenam di akhir Ramadan.
- Perhatikan waktu pembayaran yang paling utama, yaitu sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri, untuk memastikan para mustahik dapat memanfaatkan zakat tersebut pada hari raya.
- Pilih lembaga amil zakat yang terpercaya dan memiliki izin resmi dari pemerintah untuk menyalurkan zakat fitrah.
- Jika membayar dalam bentuk uang, pastikan nilainya setara dengan harga bahan makanan pokok yang berlaku di daerah tersebut.
Dengan memahami dan melaksanakan ketentuan zakat fitrah dengan benar, kita dapat memaksimalkan manfaat ibadah ini, baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat secara luas.