Liputan6.com, Jakarta Ilmu pengetahuan kembali membuktikan kemampuannya, dalam menemukan solusi kreatif untuk masalah sehari-hari, termasuk berasal dari sesuatu yang sering dianggap menjijikkan. Kali ini, para ilmuwan berhasil menciptakan inovasi luar biasa dengan mengubah fatberg, gumpalan besar lemak yang menyumbat sistem pembuangan limbah, menjadi parfum aromatik.
Penemuan ini tidak hanya membuka peluang baru dalam daur ulang limbah, tetapi juga memberikan solusi ekonomis dan ekologis untuk menangani limbah perkotaan yang memakan biaya besar. Dengan pendekatan ini, sampah literal kini berpotensi menjadi produk bernilai tinggi di industri kosmetik.
Advertisement
Baca Juga
Hal inilah yang dilakukan oleh Stephen Wallace, seorang profesor di Universitas Edinburgh. Wanita ini bersama timnya merancang cara untuk merekayasa bakteri, agar memakan fatberg dan mengubahnya menjadi senyawa pewangi yang digunakan dalam parfum dan produk perawatan tubuh lainnya.
Adapun prosesnya melibatkan sterilisasi gumpalan lemak untuk menghilangkan mikroba berbahaya, kemudian menambahkan bakteri hasil rekayasa genetika yang memecah lemak menjadi senyawa aromatik seperti aroma pohon pinus. Hasilnya, selain dapat mengurangi bau dari saluran pembuangan, inovasi ini juga menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi.
Berikut ini informasi rekayasa limbah jadi parfum yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (19/1/2025).
Fatberg yang Berbau Menjijikkan Kini Jadi Pewangi Elegan
Inovasi luar biasa yang diusulkan oleh Stephen Wallace, profesor dari Universitas Edinburgh, berhasil mengubah fatberg yaitu gumpalan lemak yang menyumbat saluran pembuangan, menjadi senyawa pewangi untuk produk seperti parfum dan sampo. Fatberg yang terbentuk dari limbah padat seperti kondom, tisu basah dan minyak goreng yang bercampur di saluran pembuangan, sering menjadi masalah besar.
Gumpalan ini dapat tumbuh hingga ukuran luar biasa, di mana yang terbesar ditemukan pada tahun 2017 dengan panjang 820 kaki dan berat 286.000 pon. Pembersihan gumpalan ini memakan biaya besar, seperti di London, di mana Thames Water menghabiskan lebih dari $22 juta per tahun untuk membersihkannya. Solusi Wallace tidak hanya menawarkan cara daur ulang yang unik, tetapi juga memberikan peluang ekonomi dengan menghasilkan produk berharga dari limbah yang berbau busuk.
"Apa yang telah kami lakukan adalah merekayasa bakteri untuk memakan fatberg dan mengubahnya menjadi senyawa pewangi yang digunakan dalam produk seperti parfum dan sampo," Stephen Wallace, seorang profesor dari Universitas Edinburgh yang mengusulkan tindakan daur ulang yang tidak biasa, mengatakan kepada STV News Skotlandia.
Advertisement
Rekayasa Bakteri untuk Mengubah Limbah Jadi Aroma Pohon Pinus
Dalam eksperimen ini, Wallace menggunakan bakteri hasil rekayasa genetika untuk mengonsumsi lemak dari fatberg dan mengubahnya menjadi senyawa kimia beraroma pohon pinus, yang banyak digunakan di industri kosmetik. Proses ini dimulai dengan mensterilkan fatberg menggunakan uap untuk membunuh mikroba berbahaya, sebelum memasukkannya ke dalam kultur bakteri.
“Kami tahu bahwa bakteri menyukai lemak, jadi kami pikir mungkin kami dapat memprogram ulang bakteri untuk memakan lemak [gumpalan lemak] dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat?” kata Wallace tentang inspirasinya.
Wallace membayangkan teknologi ini diterapkan di fasilitas pengolahan limbah, untuk mengurangi bau dan menciptakan limbah yang lebih bernilai. Ia membandingkan hasil temuannya dengan ambergris, bahan berharga dari paus sperma yang digunakan dalam parfum, menyebut fatberg sebagai "ambergris versi orang miskin." Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi lingkungan, tetapi juga memungkinkan pengurangan biaya pembuangan dan pengolahan limbah dengan menciptakan produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis tinggi.