Liputan6.com, Jakarta Cap Go Meh menjadi puncak perayaan yang dilaksanakan pada hari ke-15 setelah hari pertama Imlek sekaligus menjadi penutup rangkaian Tahun Baru Imlek. Lebih dari sekadar festival budaya, Cap Go Meh juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, melakukan ritual tradisional, dan menikmati makanan khas yang penuh dengan makna filosofis.
Setiap hidangan yang disajikan pada Cap Go Meh bukan sekadar makanan biasa, tetapi memiliki simbolisme yang mendalam, mulai dari harapan keberuntungan, kesejahteraan, hingga keharmonisan keluarga. Oleh karena itu, tak heran jika beberapa makanan tertentu selalu hadir dalam perayaan ini dari tahun ke tahun.
Advertisement
Dari lontong Cap Go Meh yang menggambarkan akulturasi budaya hingga wedang ronde yang disebut sebagai minuman para dewa, berikut adalah makanan khas yang wajib ada saat perayaan Cap Go Meh dan makna di baliknya.
Advertisement
Lontong Cap Go Meh: Perpaduan Budaya Tionghoa dan Jawa
Lontong Cap Go Meh menjadi salah satu hidangan paling ikonik dalam perayaan ini. Tidak hanya sekadar hidangan, lontong ini melambangkan akulturasi budaya antara masyarakat Tionghoa dan Jawa. Seperti halnya ketupat dan opor ayam saat Lebaran, lontong Cap Go Meh disajikan dengan aneka lauk seperti opor ayam, telur pindang, sambal goreng hati, dan sayur lodeh.
Lontong Cap Go Meh diyakini sebagai simbol keberuntungan dan kemakmuran bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Lontong yang berbentuk panjang melambangkan panjang umur, sementara kuah opor yang berwarna keemasan menggambarkan kejayaan dan keberuntungan.
Seiring waktu, hidangan ini menjadi salah satu menu wajib saat perayaan Cap Go Meh di berbagai daerah, khususnya di komunitas Tionghoa yang telah lama menetap di Pulau Jawa.
Advertisement
Kue Keranjang: Simbol Harapan dan Keberuntungan
Kue keranjang atau dalam bahasa Mandarin disebut Nian Gao menjadi salah satu sajian wajib yang tidak hanya hadir saat perayaan Imlek, tetapi juga Cap Go Meh. Kue ini berbentuk bulat dengan tekstur kenyal dan rasa manis yang khas, melambangkan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru.
Kue keranjang sering kali dijadikan sesaji dalam ritual sembahyang sebelum akhirnya disantap pada malam Cap Go Meh. Di China, kue ini dipercaya bisa menyenangkan Dewa Tungku agar membawa kabar baik ke surga.
Biasanya, kue ini mulai disajikan tujuh hari sebelum Tahun Baru Imlek dan baru boleh dimakan saat Cap Go Meh sebagai simbol kesabaran dalam menanti keberuntungan.
Onde-onde: Makna Keberuntungan dalam Bentuk Kue Bulat
Onde-onde juga menjadi salah satu kudapan yang wajib ada dalam perayaan Cap Go Meh. Bentuknya yang bulat melambangkan keberuntungan dan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Makanan ini terbuat dari tepung ketan yang digoreng, dengan taburan wijen dan isian kacang hijau manis di dalamnya.
Menurut tradisi masyarakat Tionghoa, menyantap onde-onde bersama keluarga saat Cap Go Meh diibaratkan sebagai reuni yang membawa kebahagiaan. Kudapan ini juga sering disajikan dalam berbagai perayaan Tionghoa lainnya sebagai lambang keharmonisan dan keberlanjutan keluarga.
Advertisement
Wedang Ronde: Minuman Para Dewa
Wedang ronde atau Yuan Ziao dalam bahasa Mandarin adalah minuman khas yang juga memiliki tempat istimewa dalam perayaan Cap Go Meh. Minuman ini terdiri dari bola-bola ketan yang dihidangkan dalam kuah jahe hangat, sering kali dihiasi dengan warna-warna khas seperti merah, hijau, dan putih.
Dalam tradisi Tionghoa, wedang ronde dipercaya sebagai minuman para dewa. Warna hijau melambangkan harapan, merah membawa keberuntungan, dan putih melambangkan kesejahteraan dan persatuan. Selain memiliki makna simbolis, wedang ronde juga dinikmati karena kehangatan dan rasa rempahnya yang khas, menjadikannya favorit saat perayaan Cap Go Meh.
Jeruk Mandarin: Simbol Keberuntungan dan Jodoh
Jeruk mandarin sering kali hadir dalam perayaan Imlek dan Cap Go Meh, bukan hanya karena rasanya yang segar, tetapi juga karena simbolisme yang melekat padanya. Dalam budaya Tionghoa, warna oranye dari jeruk mandarin melambangkan emas, yang berarti kemakmuran dan keberuntungan.
Lebih dari itu, ada tradisi unik yang masih dilakukan di beberapa daerah, yakni melempar jeruk ke laut. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-19, di mana perempuan yang melempar jeruk ke laut dipercaya akan segera menemukan jodoh.
Di beberapa tempat, jeruk yang dilemparkan ke laut bahkan disertai dengan nama dan nomor kontak, sehingga pria yang menemukannya bisa mencoba menghubungi pemiliknya. Tradisi ini masih dilakukan di beberapa wilayah seperti Malaysia dan Indonesia.
Advertisement
1. Mengapa lontong Cap Go Meh selalu hadir saat perayaan ini?
Lontong Cap Go Meh merupakan hasil akulturasi budaya antara Tionghoa dan Jawa, yang dipercaya melambangkan panjang umur dan keberuntungan.
2. Apa makna filosofis dari kue keranjang?
Kue keranjang melambangkan kesabaran dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru.
Advertisement
3. Apakah wedang ronde hanya dikonsumsi saat Cap Go Meh?
Tidak, wedang ronde juga sering dikonsumsi dalam berbagai acara, tetapi saat Cap Go Meh, minuman ini dipercaya sebagai simbol keberuntungan dan kesejahteraan.
4. Mengapa jeruk mandarin sering dikaitkan dengan kemakmuran?
Warna oranye dari jeruk mandarin menyerupai emas, yang dalam budaya Tionghoa melambangkan rezeki dan kemakmuran.
Advertisement