Tradisi Ketupat Lebaran di Indonesia: Makna, Perayaan, dan Penyebarannya

Tradisi Ketupat Lebaran di Indonesia, perayaan unik setelah Idul Fitri yang kaya makna religius dan budaya, menunjukkan pentingnya silaturahmi dan refleksi diri, serta menyebar luas di berbagai daerah.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 03 Feb 2025, 12:47 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2025, 10:30 WIB
Penjualan Kulit Ketupat Lebaran Meningkat Drastis
Pedagang menjual kulit ketupat di Pasar Palmerah, Jakarta, Selasa (9/4/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tradisi ketupat lebaran di Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Idul Fitri. Lebih dari sekadar hidangan lezat, ketupat menjadi simbol penting yang merepresentasikan makna mendalam dari perayaan yang jatuh sekitar seminggu setelah Idul Fitri, tepatnya pada tanggal 8 Syawal. Tradisi ketupat lebaran di Indonesia ini bukan hanya sekadar tradisi turun-temurun, melainkan juga cerminan kearifan lokal yang kaya akan nilai-nilai religius, sosial, dan budaya. Tradisi ketupat lebaran di Indonesia memiliki sejarah panjang dan makna yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Perayaan unik ini, juga dikenal sebagai Hari Raya Ketupat atau Bakda Kupat, memiliki akar sejarah yang menarik. Tradisi ketupat lebaran di Indonesia dipercaya bermula dari masa penyebaran agama Islam di Jawa, dengan peran penting Sunan Kalijaga. Beliau yang mempopulerkan istilah 'Bakda Lebaran' (setelah Lebaran) dan 'Bakda Kupat' (setelah Ketupat), yang menandai dua periode perayaan penting setelah Idul Fitri. Ketupat sendiri, dengan bentuknya yang unik, menyimpan beragam makna filosofis. Salah satunya adalah singkatan dari 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan) dan 'laku papat' (empat perbuatan baik: lebaran, luberan, leburan, dan laburan), yang melambangkan penyucian diri dan permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Makna filosofis lainnya yang melekat pada tradisi ketupat lebaran di Indonesia adalah kaitannya dengan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Puasa sunnah ini memiliki keutamaan pahala yang besar, sehingga momentum Lebaran Ketupat semakin diperkuat dengan nilai spiritual yang tinggi. Dengan demikian, tradisi ketupat lebaran di Indonesia bukan sekedar perayaan budaya semata, melainkan juga perayaan spiritual yang sarat akan nilai-nilai keagamaan. Tradisi ini juga menunjukan betapa pentingnya refleksi diri dan permohonan ampun setelah menjalani ibadah puasa Ramadan.

Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkap seputar tradisi ketupat lebaran di Indonesia, pada Senin (3/2). 

Makna Filosofis Ketupat

pedagang kulit ketupat jelang Idul Adha
Kuliner Lebaran Ketupat disajikan dengan sayur bersantan seperti sayur labu siam dan aneka lauk pelengkap. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Ketupat, makanan khas yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa, menjadi simbol sentral dalam tradisi ini. Bentuknya yang unik melambangkan proses penyucian diri, di mana beras putih yang masih kasar dibungkus dan kemudian dimasak hingga menghasilkan ketupat yang lembut dan siap dihidangkan. Proses ini dianalogikan sebagai proses penyucian jiwa dari dosa dan kesalahan yang telah dilakukan selama setahun.

Selain itu, anyaman daun kelapa yang membungkus beras juga memiliki makna tersendiri. Anyaman ini melambangkan kesabaran, keuletan, dan ketekunan dalam menjalani kehidupan. Proses pembuatan ketupat yang membutuhkan waktu dan ketelitian mencerminkan kesungguhan dalam mencapai tujuan hidup. Tidak hanya itu, daun kelapa yang digunakan dalam pembuatan ketupat melambangkan kehidupan yang selalu tumbuh dan berkembang, suatu simbol pembaharuan dan harapan baru setelah melewati bulan Ramadan.

 

Beragam Tradisi Perayaan Ketupat Lebaran

Cara merayakan Lebaran Ketupat beragam di setiap daerah di Indonesia. Namun, inti dari perayaan ini tetap sama, yaitu mempererat silaturahmi dan berbagi kasih sayang. Membuat dan membagikan ketupat kepada keluarga, tetangga, dan orang yang membutuhkan menjadi tradisi yang hampir universal. Ketupat menjadi simbol kebersamaan dan berbagi, menunjukkan rasa syukur atas limpahan rahmat Tuhan.

Silaturahmi juga menjadi bagian penting dari perayaan Lebaran Ketupat. Masyarakat saling mengunjungi keluarga dan kerabat, meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan, dan saling mendoakan. Momentum ini sangat berharga untuk memperkuat ikatan kekeluargaan dan mempererat hubungan sosial. Di beberapa daerah, Lebaran Ketupat juga dirayakan dengan acara khusus, seperti doa bersama, kunjungan ke makam leluhur, permainan tradisional, dan pertunjukan seni. Berbagai kegiatan ini semakin menambah semarak perayaan Lebaran Ketupat.

Di berbagai daerah di Indonesia, perayaan Lebaran Ketupat memiliki sebutan dan tradisi yang berbeda-beda. Di Lombok, misalnya, dikenal sebagai 'Lebaran Topat', sedangkan di daerah Pantura disebut 'Lebaran Kecil'. Di Trenggalek, terdapat tradisi Kupatan Durenan yang memiliki sejarah panjang dan nilai spiritual yang kuat terkait dengan puasa sunnah Syawal. Keberagaman ini menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dan adaptasi tradisi Lebaran Ketupat di berbagai daerah.

 

Penyebaran Tradisi Ketupat Lebaran

Awalnya, tradisi Lebaran Ketupat kuat di Jawa, tetapi kini telah menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, bahkan hingga ke Singapura dan Malaysia. Penyebaran ini terutama disebabkan oleh migrasi masyarakat Jawa ke berbagai wilayah. Meskipun cara perayaannya berbeda-beda, esensi dari tradisi Lebaran Ketupat tetap sama: sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini menunjukkan bagaimana sebuah tradisi dapat beradaptasi dan berkembang seiring dengan pergeseran zaman dan dinamika sosial.

Tradisi Ketupat Lebaran di Indonesia merupakan warisan budaya yang berharga. Ia tidak hanya sekadar perayaan kuliner, tetapi juga perayaan yang kaya akan makna spiritual dan sosial. Melestarikan tradisi ini berarti menjaga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yaitu nilai persatuan, kesatuan, dan saling berbagi. Dengan memahami sejarah dan makna di balik tradisi Ketupat Lebaran, kita dapat lebih menghargai dan melestarikannya untuk generasi mendatang.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya