Liputan6.com, Jakarta Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan momen istimewa yang dinantikan oleh seluruh umat Muslim di Indonesia. Setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, perayaan kemenangan ini disambut dengan penuh suka cita melalui berbagai tradisi yang unik dan penuh makna.
Meski mudik dan sungkem telah menjadi tradisi yang tidak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia, ternyata setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam merayakan hari kemenangan ini. Tradisi-tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari kekayaan budaya nusantara.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Keberagaman tradisi unik lebaran di Indonesia mencerminkan betapa kayanya budaya bangsa kita. Setiap tradisi tidak hanya menjadi sebuah ritual tahunan, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang mendalam, mulai dari rasa syukur, kebersamaan, hingga toleransi antarumat beragama.
Berikut adalah 15 tradisi unik lebaran di Indonesia, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (30/1/2025).
1. Grebeg Syawal di D.I. Yogyakarta
Grebeg Syawal merupakan tradisi yang telah dilaksanakan sejak abad ke-16 di Keraton Yogyakarta. Digelar tepat pada tanggal 1 Syawal, tradisi ini menampilkan tujuh gunungan yang terdiri dari gunungan lanang/kakung, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan.
Para abdi dalem membawa gunungan-gunungan tersebut dalam prosesi yang dikawal oleh prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Setelah didoakan, gunungan-gunungan ini kemudian diperebutkan oleh masyarakat sebagai simbol berbagi berkah dan kemakmuran.
2. Perang Topat di Lombok, NTB
Di Pulau Lombok, tradisi unik lebaran yang paling terkenal adalah Perang Topat atau "perang ketupat". Tradisi ini menjadi simbol kerukunan antara umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di pulau tersebut. Sebelum tradisi dimulai, masyarakat melakukan ziarah ke Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro.
Menariknya, setelah ritual saling melempar ketupat selesai, masyarakat akan berebut mengambil ketupat-ketupat yang digunakan dalam perang tersebut. Ketupat-ketupat ini dipercaya membawa keberkahan dan dapat membuat hasil panen melimpah jika ditanam di sawah.
3. Ronjok Sayak di Bengkulu
Ronjok Sayak merupakan tradisi unik masyarakat Bengkulu dalam menyambut malam Lebaran. Kata "Sayak" mengacu pada batok kelapa, yang menjadi bahan utama dalam tradisi ini. Masyarakat menumpuk batok kelapa kering hingga setinggi satu meter, kemudian membakarnya pada malam takbiran setelah salat Isya.
Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini memiliki makna spiritual yang mendalam. Masyarakat Bengkulu meyakini bahwa api merupakan medium penghubung antara manusia dan leluhur. Selama proses pembakaran, masyarakat memanjatkan doa-doa dengan khusyuk, menjadikan momen ini sebagai waktu yang sakral dan penuh makna.
Advertisement
4. Binarundak di Sulawesi Utara
Di Motoboi Besar, Sulawesi Utara, masyarakat memiliki tradisi Binarundak yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini berpusat pada pembuatan nasi jaha, sebuah hidangan khas yang terbuat dari beras yang dimasak dalam batang bambu.
Nasi jaha memiliki cita rasa unik dengan perpaduan gurih dari santan dan kehangatan dari jahe yang kuat. Lebih dari sekadar ritual memasak, Binarundak menjadi sarana silaturahmi antarwarga sekaligus wujud syukur kepada Allah SWT. Kebersamaan dalam memasak dan menikmati hidangan ini memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.
5. Festival Meriam Karbit di Pontianak
Tradisi meriam karbit menjadi ciri khas perayaan Lebaran di Kalimantan Barat, khususnya di Pontianak. Festival ini berlangsung selama tiga hari, dimulai sebelum, saat, dan setelah Lebaran. Yang menarik, tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari perayaan Lebaran tetapi juga berkaitan erat dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.
Dentuman meriam karbit yang menggema di langit malam Pontianak menjadi simbol semangat kebersamaan dan kegembiraan menyambut Lebaran. Festival ini juga berfungsi sebagai pengingat akan keberanian leluhur dan menjadi momen untuk menumbuhkan semangat persatuan di antara warga.
6. Bakar Ilo Sanggari di Nusa Tenggara Barat
Di Nusa Tenggara Barat, masyarakat memiliki tradisi unik bernama Bakar Ilo Sanggari yang dilaksanakan menjelang Idul Fitri. Tradisi ini melibatkan pembuatan lentera dari bambu yang dililit dengan minyak biji jarak. Lentera-lentera ini kemudian dipasang di sekitar rumah dan dinyalakan pada malam Lebaran.
Masyarakat NTB meyakini bahwa cahaya dari lentera-lentera ini akan menarik kedatangan malaikat dan roh leluhur yang akan memberikan berkah saat Lebaran. Tradisi ini menciptakan pemandangan yang memukau sekaligus mengandung makna spiritual yang dalam bagi masyarakat setempat.
7. Makmeugang di Aceh
Tradisi Makmeugang atau Meugang merupakan tradisi khas Aceh yang dilaksanakan menjelang Lebaran. Pada hari ini, warga berbondong-bondong mendatangi pasar untuk membeli daging sebagai hidangan spesial Idul Fitri. Tradisi ini dipandang sebagai bentuk hadiah dan ungkapan syukur atas keberhasilan menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Meugang tidak hanya sekadar aktivitas berbelanja, tetapi juga menjadi momen sosial yang penting bagi masyarakat Aceh. Suasana pasar yang ramai dan interaksi antarwarga menciptakan kehangatan dan keakraban menjelang hari raya.
8. Badulang di Bangka
Badulang merupakan tradisi unik yang dilaksanakan oleh masyarakat Bangka setelah salat Idul Fitri. Tradisi ini diawali dengan ritual salaman, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama di halaman masjid. Keunikannya terletak pada penggunaan tudung saji untuk menutup hidangan yang akan disantap bersama.
Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan berbagi antarsesama warga. Makan bersama di halaman masjid tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarwarga setelah menunaikan ibadah puasa.
9. Tumbilotohe di Gorontalo
Tumbilotohe adalah tradisi menyalakan lampu minyak yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo tiga hari menjelang Idul Fitri. Setiap keluarga akan memasang lampu minyak di depan rumah mereka, dengan jumlah lampu yang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.
Tradisi ini menciptakan pemandangan yang memukau ketika seluruh kampung bersinar dengan cahaya lampu minyak. Selain sebagai penerang, tradisi ini juga mengandung makna spiritual dan sosial yang dalam, di mana cahaya lampu dianggap sebagai simbol penerangan hati dan jiwa menjelang hari kemenangan.
Advertisement
10. Ngejot di Bali
Ngejot merupakan tradisi unik yang menunjukkan keindahan toleransi beragama di Bali. Dalam tradisi ini, masyarakat Muslim dan Hindu saling berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan kepada tetangga sekitar sebagai ungkapan rasa terima kasih dan menghargai keberagaman.
Tradisi ini menjadi bukti nyata bagaimana perbedaan agama tidak menghalangi terciptanya harmoni sosial dalam masyarakat. Ngejot telah menjadi jembatan yang mempererat hubungan antarumat beragama di Bali, khususnya saat momentum Lebaran.
11. Pukul Sapu di Maluku
Salah satu tradisi unik lebaran di Indonesia yang cukup ekstrem adalah Pukul Sapu di Maluku. Tradisi ini mempertemukan pemuda dari desa Mamala dan Morela yang saling memukul menggunakan sapu yang terbuat dari lidi pohon enau. Meskipun terkesan keras, tradisi ini justru menjadi sarana untuk memperkuat persaudaraan antara kedua desa.
Pukul Sapu dilaksanakan dengan aturan dan etika tertentu yang disepakati bersama. Tradisi ini telah membuktikan bahwa konflik bisa diubah menjadi ritual yang mempererat persaudaraan dan menciptakan kedamaian antarwarga.
12. Pawai Pegon di Jember
Di Jember, masyarakat memiliki tradisi Pawai Pegon yang dilaksanakan pada hari ketujuh Lebaran. Dalam pawai ini, gerobak-gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi dihiasi dengan janur kuning. Setiap gerobak membawa satu keluarga beserta ketupat dan lauk-pauk yang berasal dari hasil bumi.
Pawai ini berakhir di pantai, di mana seluruh warga berkumpul untuk makan bersama. Tradisi ini tidak hanya menjadi hiburan semata tetapi juga mencerminkan rasa syukur atas hasil bumi dan mempererat kebersamaan antarwarga Jember.
13. Batobo di Riau
Batobo merupakan tradisi khas masyarakat Riau dalam menyambut para perantau yang pulang mudik. Begitu tiba di kampung halaman, para perantau disambut dengan arak-arakan rebana mengelilingi kampung. Tradisi ini menciptakan suasana meriah dan penuh kehangatan bagi para perantau yang kembali.
Selain sebagai bentuk penyambutan, Batobo juga menjadi momen untuk mempererat kembali ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang mungkin sempat renggang karena jarak dan waktu. Suara rebana yang menggema menjadi simbol kebahagiaan atas kembalinya sanak saudara ke kampung halaman.
14. Ziarah Kubur atau Nyekar
Meskipun dilakukan di berbagai daerah, tradisi ziarah kubur atau nyekar memiliki keunikan tersendiri di setiap wilayah Indonesia. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum Lebaran atau pada pagi hari pertama Idul Fitri. Masyarakat mengunjungi makam keluarga dan leluhur untuk membersihkan area pemakaman, menaburkan bunga, dan memanjatkan doa.
Ziarah kubur bukan sekadar ritual, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menghormati leluhur dan menjaga hubungan dengan keluarga yang telah mendahului. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam tentang penghormatan dan pengingat akan kehidupan akhirat.
15. Tellasan Topak di Madura
Tellasan Topak merupakan tradisi unik yang dilaksanakan pada hari ketujuh Lebaran di Madura. Tradisi ini memiliki keunikan tersendiri karena melibatkan kaum perempuan yang membawa hidangan dengan cara yang istimewa, yaitu meletakkan nampan berisi makanan di atas kepala mereka.
Hidangan-hidangan ini kemudian diantarkan kepada orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas yang kuat dalam masyarakat Madura, sekaligus menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antarkeluarga.
Advertisement