Kemenkes Tetapkan 4 Kanker yang Akan Diprioritaskan di Indonesia, Apa Saja?

Dengan adanya strategi ini, diharapkan angka kejadian dan kematian akibat kanker di Indonesia dapat berkurang, serta akses layanan kesehatan yang lebih baik dapat meningkatkan angka kesintasan pasien kanker.

oleh Nurul Diva diperbarui 04 Feb 2025, 13:09 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 13:09 WIB
Ilustrasi Kanker
Ilustrasi Kanker. Foto: Unsplash.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk menangani empat jenis kanker prioritas di Indonesia. Upaya ini bertujuan menekan jumlah kasus baru, meningkatkan angka kesintasan (survival rate), serta mengurangi beban biaya pengobatan yang terus meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan data terbaru, kanker menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia setelah stroke dan penyakit jantung, dengan kasus baru mencapai 408.661 orang per tahun dan angka kematian 242.988 orang per tahun. Selain itu, biaya pengobatan kanker yang ditanggung BPJS Kesehatan pada tahun 2023 mencapai Rp5,9 triliun, menjadikannya penyakit dengan pembiayaan tertinggi kedua setelah penyakit katastropik lainnya.

Dalam strategi penanganannya, pemerintah memprioritaskan empat jenis kanker, yaitu kanker leher rahim, kanker payudara, kanker paru, dan kanker usus. Program deteksi dini, vaksinasi, serta perawatan yang lebih optimal menjadi langkah utama dalam Rencana Aksi Nasional ini. Berikut informasinya, dirangkum Liputan6, Selasa (4/2).

Kanker Leher Rahim: Target Eliminasi dengan Vaksinasi dan Skrining

Salah satu fokus utama dalam strategi penanganan kanker di Indonesia adalah eliminasi kanker leher rahim (serviks), yang masih menjadi penyebab kematian utama di kalangan perempuan. Langkah ini dilakukan melalui vaksinasi Human Papillomavirus (HPV) serta skrining dini menggunakan metode IVA dan tes DNA HPV.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2030, sebanyak 90% anak perempuan dan laki-laki berusia 15 tahun telah menerima vaksin HPV. Selain itu, 75% wanita berusia 30–69 tahun diharapkan menjalani skrining dengan high-performance test (DNA HPV), serta 90% yang terdiagnosis lesi pra-kanker mendapatkan pengobatan yang sesuai standar.

Dengan langkah ini, pemerintah berharap kanker serviks dapat dieliminasi sepenuhnya dalam beberapa dekade mendatang, sehingga jumlah kasus dan angka kematian akibat penyakit ini dapat berkurang secara signifikan.

"Dan 90 persen wanita yang teridentifikasi menderita lesi pra-kanker serviks dan kanker menerima pengobatan sesuai standar," kata, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, dilansir dari ANTARA.

Kanker Payudara: Deteksi Dini untuk Meningkatkan Kesintasan

Kanker payudara masih menjadi jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia, dan mayoritas kasus baru ditemukan dalam stadium lanjut. Oleh karena itu, Kemenkes memperkuat program deteksi dini melalui metode SADARI (Periksa Payudara Sendiri), SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis), serta pemeriksaan USG.

Dengan semakin banyak perempuan melakukan pemeriksaan rutin, harapannya kanker payudara dapat dideteksi lebih awal sehingga pengobatan dapat diberikan sebelum penyakit berkembang lebih parah. Semakin dini kanker ditemukan, semakin tinggi peluang pasien untuk bertahan hidup dan mendapatkan perawatan yang lebih efektif.

Selain program deteksi dini, edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan rutin juga terus digencarkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kanker payudara.

"Berdasarkan data BPJS tahun 2023 kanker menggunakan biaya untuk pengobatan yang ke 2 terbesar yaitu Rp5,9 triliun," tambahnya.

Kanker Paru: Fokus pada Skrining dan Pencegahan

Kanker paru menjadi salah satu kanker dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia, terutama karena banyak pasien yang baru terdiagnosis saat sudah berada di stadium lanjut. Faktor risiko utama kanker ini adalah merokok dan paparan polusi udara, yang semakin meningkat di berbagai kota besar.

Sebagai bagian dari strategi nasional, Kemenkes mulai menggalakkan skrining kanker paru untuk kelompok berisiko tinggi, seperti perokok aktif dan pasif. Dengan deteksi lebih awal, harapannya angka kesembuhan dapat meningkat dan beban biaya pengobatan bisa ditekan.

Selain itu, upaya pencegahan melalui penguatan regulasi tembakau, kampanye anti-rokok, serta edukasi tentang bahaya polusi udara juga terus dilakukan untuk menekan angka kejadian kanker paru di masa depan.

"Tujuan program adalah downstaging atau menurunkan stadium saat didiagnosa pertama kali, sehingga angka kesintasannya dapat ditingkatkan dan mengurangi biaya pengobatan," katanya lagi.

Kanker Usus: Skrining dan Pola Hidup Sehat Jadi Kunci Pencegahan

Kanker usus (kolorektal) semakin sering ditemukan di Indonesia, terutama akibat pola makan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala di tahap awal, sehingga banyak pasien baru terdiagnosis saat sudah mencapai stadium lanjut.

Untuk mengatasi hal ini, Kemenkes memperluas program skrining kanker usus melalui tes darah samar pada feses, yang bertujuan mendeteksi kemungkinan perdarahan di saluran pencernaan. Dengan deteksi dini, pasien dapat segera mendapatkan tindakan medis sebelum kanker berkembang lebih lanjut.

Selain skrining, pemerintah juga mendorong masyarakat untuk menerapkan pola makan sehat, meningkatkan konsumsi serat, serta membatasi makanan olahan yang tinggi lemak dan rendah serat guna mencegah risiko kanker usus.

Penyusunan Rencana Kanker Nasional untuk Penanganan yang Lebih Optimal

Untuk menyelaraskan langkah dalam penanganan kanker, pemerintah menyusun Rencana Kanker Nasional, yang berfokus pada peningkatan akses layanan kesehatan serta penguatan jejaring fasilitas medis.

Dengan adanya rencana ini, pemerintah berharap layanan deteksi dini, vaksinasi, dan pengobatan kanker dapat lebih merata di seluruh Indonesia. Hal ini juga bertujuan untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang sesuai standar tanpa terkendala akses atau biaya.

Di samping itu, Kemenkes juga mengembangkan jejaring siklotron, yaitu infrastruktur medis yang berfungsi untuk produksi radiofarmaka dalam terapi kanker, guna memperkuat fasilitas kesehatan dalam menangani pasien kanker di berbagai daerah.

"Melalui penyusunan Rencana Kanker Nasional, diharapkan dapat menyelaraskan langkah dan arah pembangunan layanan kanker yang komprehensif dengan tujuan yang sama," kata dia.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (People Also Ask Google)

1. Mengapa kanker menjadi prioritas dalam program kesehatan nasional?

Karena kanker merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia, serta memiliki biaya pengobatan yang sangat besar.

 

2. Apa strategi utama pemerintah dalam menangani kanker?

Pemerintah menerapkan strategi berupa vaksinasi, deteksi dini, penguatan regulasi, serta penyusunan Rencana Kanker Nasional.

 

3. Apa manfaat vaksin HPV dalam pencegahan kanker serviks?

Vaksin HPV mencegah infeksi virus yang dapat menyebabkan kanker serviks, sehingga dapat menurunkan jumlah kasus baru di masa depan.

 

4. Bagaimana cara mendeteksi kanker usus sejak dini?

Kanker usus dapat dideteksi dengan tes darah samar pada feses, yang bertujuan menemukan perdarahan tersembunyi di saluran pencernaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya