Liputan6.com, Jakarta Apa itu zakat rikaz? Siapa yang wajib membayarnya? Kapan dan bagaimana cara menghitungnya? Zakat rikaz, zakat atas harta temuan yang terpendam di dalam tanah, khususnya emas dan perak, menimbulkan banyak pertanyaan. Artikel ini akan membahas tuntas tentang zakat rikaz, mulai dari definisi, dasar hukum, syarat, perhitungan, hingga penyalurannya, guna memberikan pemahaman yang komprehensif.
Baca Juga
Advertisement
Zakat rikaz merupakan kewajiban unik dalam Islam karena tidak mengenal nisab (batas minimal harta) dan haul (masa penyimpanan satu tahun). Hal ini menekankan pentingnya kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial, di mana harta yang ditemukan—yang mungkin merupakan rezeki tak terduga—dibagikan kepada yang membutuhkan. Meskipun hukum positif Indonesia belum secara spesifik mengatur zakat rikaz, pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip zakat ini tetap relevan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembahasan zakat rikaz ini penting karena menyangkut aspek keagamaan dan etika. Memahami kewajiban ini akan membantu kita bertindak bijak dan bertanggung jawab ketika menemukan harta terpendam. Dengan memahami aturannya, kita dapat menunaikan zakat rikaz dengan benar dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai detail dan ketentuan zakat rikaz, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (1/3/2025).
Pengertian Zakat Rikaz
Secara etimologi, kata "rikaz" berasal dari bahasa Arab, "rakaza-yarkazu", yang berarti tersembunyi atau terpendam. Dalam terminologi fiqih Islam, rikaz diartikan sebagai harta temuan yang terpendam di dalam tanah, biasanya berupa emas atau perak, yang pemilik aslinya telah meninggal dunia dan diketahui berasal dari orang kafir. Harta tersebut ditemukan bukan di tanah milik pribadi seorang muslim.
Berbagai mazhab memiliki pemahaman yang sedikit berbeda tentang definisi rikaz. Mazhab Maliki, misalnya, mendefinisikan rikaz sebagai harta karun yang terpendam dan ditemukan tanpa usaha yang besar atau kesulitan yang berarti. Penting untuk memahami perbedaan definisi ini agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan hukum zakat rikaz.
Rikaz berbeda dengan ma'adin (barang tambang). Ma'adin mencakup berbagai jenis hasil tambang, baik padat maupun cair, sementara rikaz lebih spesifik pada harta temuan yang terpendam. Perbedaan ini penting untuk menentukan jenis zakat yang harus dikeluarkan, karena kadar zakatnya berbeda.
Perbedaan pendapat ulama juga muncul terkait harta yang ditemukan di tanah milik pribadi muslim. Sebagian ulama berpendapat harta tersebut tetap wajib dizakatkan, sementara sebagian lainnya berpendapat sebaliknya. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam memahami dan menerapkan hukum zakat rikaz.
Advertisement
Dalil dan Dasar Hukum Zakat Rikaz
Kewajiban zakat rikaz didasarkan pada beberapa ayat Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu ayat yang relevan adalah QS. Al-Baqarah (2): 267, yang memerintahkan umat Islam untuk menafkahkan sebagian harta mereka, termasuk apa yang Allah keluarkan dari bumi.
QS. Al-Anfal (8): 41 juga membahas tentang pembagian harta rampasan perang (ghanimah), yang sebagiannya wajib dizakatkan. Meskipun konteksnya berbeda, prinsip pembagian harta yang diperoleh secara tidak terduga ini relevan dengan zakat rikaz.
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim juga menyebutkan tentang kadar zakat rikaz, yaitu seperlima (20%) dari total nilai harta yang ditemukan. Hadits ini menjadi landasan utama dalam menentukan besaran zakat rikaz.
Ijma' (kesepakatan) ulama juga menguatkan kewajiban zakat rikaz. Mayoritas ulama sepakat bahwa harta temuan yang memenuhi syarat wajib dizakatkan, meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai beberapa aspek detailnya.
Perbedaan pendapat ulama tersebut, misalnya, terkait dengan kewajiban zakat bagi non-muslim yang menemukan harta tersebut. Mayoritas ulama berpendapat bahwa kewajiban zakat rikaz berlaku bagi siapapun yang menemukannya, muslim maupun non-muslim. Namun, sebagian ulama, seperti Syafi'i, berpendapat bahwa non-muslim tidak diwajibkan membayar zakat karena zakat merupakan kewajiban khusus bagi umat Islam.
Perbedaan pendapat ini menunjukkan betapa pentingnya menggali lebih dalam pemahaman hukum Islam, terutama dalam konteks zakat rikaz. Konsultasi dengan ulama atau lembaga zakat terpercaya sangat dianjurkan untuk memastikan penerapan hukum yang benar.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat, dasar hukum zakat rikaz tetap kuat dan jelas berdasarkan Al-Quran, Hadits, dan Ijma' ulama. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menunaikan zakat rikaz sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Memahami dan mengkaji dalil-dalil tersebut akan memperkuat keyakinan kita dalam menunaikan zakat rikaz. Dengan demikian, kita dapat menjalankan kewajiban agama dengan benar dan mendapatkan pahala yang berlimpah.
Syarat-Syarat Wajib Zakat Rikaz
Beberapa syarat harus dipenuhi agar harta temuan wajib dizakatkan sebagai zakat rikaz. Pertama, harta tersebut haruslah harta tertinggal atau terpendam, bukan harta yang masih aktif digunakan atau dimiliki oleh seseorang yang masih hidup.
Kedua, asal harta tersebut harus berasal dari orang kafir atau dari zaman jahiliyah (pra-Islam). Ini karena zakat rikaz berkaitan dengan harta yang terlepas dari kepemilikan dan hak waris yang jelas.
Ketiga, pemilik asli harta tersebut harus telah meninggal dunia. Jika pemiliknya masih hidup, maka harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya, bukan dizakatkan.
Keempat, harta temuan tersebut harus ditemukan bukan di tanah pribadi milik seorang muslim. Jika ditemukan di tanah milik pribadi seorang muslim, maka hukumnya menjadi berbeda dan mungkin tidak wajib dizakatkan.
Terakhir, terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai siapa yang wajib mengeluarkan zakat rikaz. Mayoritas ulama berpendapat bahwa kewajiban zakat rikaz berlaku bagi siapa pun yang menemukannya, baik muslim maupun non-muslim, anak-anak maupun dewasa. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa hanya muslim yang wajib mengeluarkan zakat.
Memahami syarat-syarat ini sangat penting untuk menentukan apakah harta temuan tersebut termasuk rikaz dan wajib dizakatkan atau tidak. Konsultasi dengan ahli agama dapat membantu dalam menentukan status harta temuan.
Advertisement
Ketentuan dan Perhitungan Zakat Rikaz
Kadar zakat rikaz adalah seperlima (20%) dari total nilai harta yang ditemukan. Besaran ini tetap, tidak bergantung pada jumlah harta yang ditemukan. Artinya, berapapun jumlah harta temuan yang memenuhi syarat, wajib dizakatkan sebesar 20%.
Zakat rikaz tidak mengenal haul (masa penyimpanan satu tahun). Zakat harus dibayarkan segera setelah harta ditemukan dan dinilai. Tidak ada masa tenggang untuk menunda pembayaran zakat rikaz.
Menurut sebagian ulama, zakat rikaz tidak memiliki nisab (batas minimal harta yang wajib dizakatkan). Artinya, berapapun jumlah harta temuan yang memenuhi syarat, wajib dizakatkan. Pendapat ini berbeda dengan zakat emas dan perak pada umumnya yang memiliki nisab.
Contoh perhitungan zakat rikaz: Jika seseorang menemukan emas seharga Rp100.000.000, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000.
Perhitungan zakat rikaz relatif sederhana dibandingkan dengan zakat harta lainnya. Namun, penting untuk memastikan bahwa nilai harta temuan telah dinilai secara akurat dan sesuai dengan harga pasar.
Perbedaan Zakat Rikaz dan Zakat Barang Tambang (Ma'din)
Zakat rikaz dan zakat barang tambang (ma'adin) sama-sama dikenakan pada harta yang diperoleh dari bumi, tetapi terdapat perbedaan dalam ketentuannya. Ma'adin merujuk pada hasil tambang, seperti emas, perak, minyak bumi, dan gas alam.
Jenis-jenis barang tambang yang wajib dizakatkan dapat berbeda pendapat di antara para ulama. Beberapa ulama berpendapat bahwa semua jenis barang tambang yang bernilai ekonomi wajib dizakatkan, sementara yang lain membatasi pada jenis tertentu, seperti emas dan perak.
Perbedaan pendapat ulama juga muncul terkait kadar zakat ma'adin. Meskipun sebagian besar ulama sepakat dengan kadar 20% untuk rikaz, kadar zakat ma'adin lebih beragam, dengan kadar yang umum adalah 2,5%. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan cara memperoleh harta dan tingkat kesulitannya.
Meskipun terdapat perbedaan, baik zakat rikaz maupun zakat ma'adin sama-sama menekankan pentingnya mengeluarkan zakat dari harta yang diperoleh dari bumi sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT dan kepedulian sosial.
Advertisement
Kasus-Kasus Khusus tentang Zakat Rikaz
Menemukan harta di tanah pribadi menimbulkan pertanyaan tersendiri. Sebagian ulama berpendapat bahwa harta tersebut tetap wajib dizakatkan, sementara yang lain berpendapat sebaliknya, tergantung pada konteks kepemilikan tanah dan harta tersebut.
Jika harta ditemukan di tanah milik orang lain, maka harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya. Zakat hanya wajib dikeluarkan jika harta tersebut memenuhi syarat-syarat zakat rikaz dan pemiliknya telah meninggal dunia.
Hadiah yang diterima umumnya tidak termasuk kategori rikaz karena merupakan hasil usaha atau pemberian yang terkait dengan suatu peristiwa. Zakat atas hadiah umumnya mengikuti aturan zakat penghasilan atau zakat lainnya yang relevan.
Harta warisan tanpa ahli waris memiliki ketentuan tersendiri dalam hukum Islam. Harta tersebut biasanya dikelola oleh baitul mal dan zakatnya mengikuti ketentuan zakat harta baitul mal.
Penyaluran dan Pendistribusian Zakat Rikaz
Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai mustahik (penerima) zakat rikaz. Sebagian ulama berpendapat bahwa penyalurannya sama dengan delapan asnaf penerima zakat (fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil).
Pendapat lain menyamakan penyaluran zakat rikaz dengan penyaluran harta fai' (harta rampasan perang dari orang kafir tanpa peperangan). Hal ini menunjukkan fleksibilitas dalam penyaluran zakat rikaz.
Peran lembaga pengelola zakat sangat penting dalam mendistribusikan zakat rikaz secara tepat dan efektif. Lembaga zakat memiliki mekanisme dan kriteria dalam menyalurkan zakat kepada mustahik yang berhak.
Memastikan penyaluran zakat rikaz kepada yang berhak merupakan tanggung jawab bersama. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan zakat sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Advertisement
Hikmah dan Manfaat Zakat Rikaz
Zakat rikaz berkontribusi pada pemerataan kekayaan dalam masyarakat. Harta yang ditemukan dan dizakatkan akan disalurkan kepada yang membutuhkan, mengurangi kesenjangan ekonomi.
Menunaikan zakat rikaz merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas rezeki yang tidak terduga. Ini menunjukkan ketaatan dan kepatuhan kita kepada perintah-Nya.
Zakat rikaz juga membersihkan harta dari hak orang lain yang mungkin telah meninggal dunia. Ini merupakan bentuk keadilan dan kejujuran dalam Islam.
Dampak sosial ekonomi zakat rikaz dapat signifikan, terutama dalam membantu masyarakat miskin dan mengurangi kemiskinan. Ini merupakan bentuk kepedulian sosial yang diwujudkan dalam tindakan nyata.
Zakat rikaz merupakan kewajiban zakat yang unik karena tidak memiliki nisab dan haul. Pemahaman yang komprehensif tentang zakat rikaz, termasuk syarat, perhitungan, dan penyalurannya, sangat penting bagi setiap muslim. Dengan memahami dan menjalankan kewajiban ini, kita dapat meneladani nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial dalam Islam.
Semoga artikel ini bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman kita tentang zakat rikaz dan mendorong kita untuk menunaikan zakat dengan benar dan ikhlas sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Mari kita bersama-sama menyebarkan kebaikan dan membantu sesama melalui zakat.
