Liputan6.com, Jakarta Setiap bulan Ramadan, tradisi sahur menjadi momen yang dinanti-nanti oleh umat Muslim sebelum menjalankan ibadah puasa. Salah satu fenomena yang sempat populer di berbagai kota besar adalah Sahur on the Road (SOTR), yakni kegiatan makan sahur bersama sambil berkonvoi di jalanan. Pada awal kemunculannya, kegiatan ini bertujuan untuk berbagi makanan kepada mereka yang kurang mampu, seperti tunawisma dan pekerja malam.
Namun, seiring berjalannya waktu, SOTR mengalami pergeseran dari aksi sosial menjadi fenomena yang menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari kemacetan, kebisingan, hingga bentrokan antarkelompok. Karena dampak negatif yang semakin sering terjadi, banyak pemerintah daerah akhirnya melarang kegiatan ini demi menjaga keamanan dan ketertiban selama Ramadan.
Advertisement
Baca Juga
Bagaimana sejarah awal SOTR? Mengapa kegiatan ini kini dianggap berbahaya dan dilarang di banyak kota? Simak ulasan berikut untuk memahami lebih dalam mengenai Sahur on the Road, dirangkum Liputan6, Selasa (4/3).
Advertisement
Apa Itu Sahur on The Road dan Bagaimana Sejarahnya?
Sahur on the Road (SOTR) adalah tradisi Ramadan yang awalnya dilakukan oleh komunitas atau kelompok masyarakat dengan cara berbagi makanan sahur kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti pekerja malam, petugas kebersihan, dan tunawisma.
Kegiatan ini mulai populer di awal tahun 2000-an, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Peserta SOTR biasanya berkumpul dalam kelompok besar, menggunakan kendaraan bermotor atau mobil untuk berkeliling membagikan makanan sahur ke berbagai lokasi. Selain berbagi makanan, beberapa kelompok juga mengadakan kegiatan pengajian dan sahur bersama di masjid atau tempat umum.
Seiring berjalannya waktu, gerakan sosial ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Komunitas motor, organisasi kemahasiswaan, hingga kelompok-kelompok sosial mulai mengadopsi kegiatan ini sebagai agenda rutin selama Ramadhan. Rombongan motor yang membagikan makanan sahur menjadi pemandangan yang akrab di jalan-jalan kota besar pada dini hari selama bulan puasa.
Sayangnya lambat laun konsep SOTR mengalami perubahan. Jika dulu lebih menekankan aspek sosial, kini banyak kelompok yang melakukannya hanya sebagai ajang berkumpul dan konvoi di jalanan. Bahkan, beberapa komunitas motor dan geng remaja memanfaatkan momen ini untuk berkendara secara ugal-ugalan dan membuat kerusuhan. Akibatnya, SOTR mulai mendapat banyak sorotan negatif dari masyarakat dan aparat keamanan.
Advertisement
Mengapa Sahur on The Road Dilarang di Banyak Kota?
Meskipun memiliki tujuan awal yang baik, SOTR berkembang menjadi fenomena yang menimbulkan berbagai gangguan, sehingga akhirnya dilarang di banyak daerah. Berikut beberapa alasan utama pelarangan Sahur on The Road:
Menimbulkan Kemacetan dan Kebisingan
Rombongan kendaraan dalam jumlah besar sering menyebabkan kemacetan, terutama di jalan-jalan utama kota.Suara knalpot bising dan teriakan peserta mengganggu ketenangan warga yang sedang beristirahat.
Potensi Tawuran dan Bentrokan Antarkelompok
Beberapa kelompok peserta sering terlibat dalam persaingan atau saling memprovokasi, yang berujung pada bentrokan.Beberapa insiden tawuran bahkan melibatkan senjata tajam, mengancam keselamatan banyak orang.
Pelanggaran Lalu Lintas dan Bahaya Kecelakaan
Banyak peserta SOTR tidak mematuhi aturan lalu lintas, seperti berkendara melawan arus, tidak memakai helm, atau berkendara dalam keadaan mabuk.Tingginya kecepatan dan aksi kebut-kebutan di jalan meningkatkan risiko kecelakaan yang fatal.
Penyalahgunaan untuk Kegiatan Negatif
Dalam beberapa kasus, kegiatan SOTR disusupi oleh kelompok geng motor yang menyalahgunakannya untuk aksi kriminal. Selain itu, ada laporan mengenai penyalahgunaan narkoba dan minuman keras dalam beberapa acara SOTR yang tidak terorganisir dengan baik.
Karena berbagai alasan ini, pemerintah daerah seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya telah melarang kegiatan Sahur on The Road dengan menerapkan patroli ketat dan tindakan tegas bagi pelanggar.
Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi SOTR?
Menanggapi dampak negatif dari Sahur on The Road, pemerintah dan aparat keamanan telah mengeluarkan beberapa kebijakan tegas untuk mencegah kegiatan ini:
Larangan Resmi di Banyak Kota
Beberapa daerah secara tegas melarang SOTR dan mengeluarkan peraturan resmi untuk menindak pelanggar. Kota seperti Jakarta dan Depok sudah menginstruksikan bahwa siapa pun yang tetap melakukan SOTR akan dibubarkan oleh petugas.
Patroli dan Pengawasan Ketat
Aparat keamanan melakukan patroli malam selama bulan Ramadan untuk mencegah konvoi kendaraan liar. Posko keamanan didirikan di beberapa titik strategis untuk mengawasi pergerakan kelompok yang berpotensi melakukan SOTR.
Sanksi bagi Pelanggar
Bagi kelompok yang tetap melakukan SOTR, pihak kepolisian akan membubarkan mereka secara paksa dan mendata para pesertanya. Jika ditemukan adanya tindakan kriminal atau pelanggaran lalu lintas, peserta dapat dikenakan sanksi sesuai hukum yang berlaku.
Advertisement
Alternatif Kegiatan Sahur yang Lebih Aman dan Bermanfaat
Meskipun Sahur on The Road dilarang, ada banyak cara lain untuk tetap berbagi di bulan Ramadan tanpa menimbulkan gangguan. Berikut beberapa alternatif yang lebih aman dan bermanfaat:
Menyelenggarakan Sahur Bersama di Masjid
Komunitas dapat mengadakan acara sahur bersama di masjid, yang lebih aman dan kondusif.
Menyalurkan Donasi melalui Lembaga Sosial
Bekerja sama dengan lembaga sosial resmi untuk menyalurkan bantuan makanan sahur ke panti asuhan atau rumah singgah.
Membuka Dapur Umum untuk Masyarakat Kurang Mampu
Mengadakan dapur umum di lingkungan sekitar untuk menyediakan makanan sahur bagi yang membutuhkan.
Membagikan Paket Sahur di Lokasi Tetap
Daripada berkeliling dengan konvoi, komunitas dapat membagikan makanan sahur di titik-titik tertentu seperti terminal, stasiun, atau pasar malam. Dengan alternatif ini, semangat berbagi di bulan Ramadan tetap dapat dilakukan tanpa menimbulkan gangguan atau masalah keamanan.
FAQ (People Also Ask Google):
Apa tujuan awal Sahur on The Road?
Awalnya bertujuan untuk berbagi makanan sahur kepada orang yang membutuhkan, seperti tunawisma dan pekerja malam.
Mengapa Sahur on The Road dilarang?
Karena sering menyebabkan kemacetan, tawuran, kebisingan, dan pelanggaran lalu lintas.
Di mana saja Sahur on The Road dilarang?
Sudah dilarang di beberapa kota besar seperti Jakarta, Depok, dan Bandung.
Apakah ada alternatif lain untuk berbagi sahur?
Ya, seperti sahur bersama di masjid, membuka dapur umum, atau bekerja sama dengan lembaga sosial untuk menyalurkan bantuan.
Advertisement
