Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan dari perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences telah mencatatkan sejarah dalam dunia ilmu pengetahuan dengan menciptakan tikus berbulu tebal (woolly mice), yang memiliki bulu mirip dengan mamut berbulu lebat yang hidup di zaman es. Penemuan ini diumumkan pada 4 Maret 2025 dan menjadi tonggak penting dalam proyek ambisius untuk menghidupkan kembali mamut berbulu (Mammuthus primigenius) pada tahun 2028.
Menurut Ben Lamm, pendiri dan CEO Colossal Biosciences, proyek ini dimulai pada bulan September 2024 dengan eksperimen pertama menggunakan tikus. "Kami sebenarnya baru memulai eksperimen ini pada tikus pada bulan September 2024," ujarnya, dikutip dari livescience.com. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi genetik tikus, menciptakan fur tebal yang menjadi ciri khas mamut.
Baca Juga
Keberhasilan ini merupakan langkah pertama dalam upaya lebih besar untuk menghidupkan kembali mamut dengan merekayasa sel-sel dari gajah Asia (Elephas maximus), kerabat terdekat mamut, untuk menghasilkan embrio hibrida gajah-mamut. Sebelum melakukan eksperimen pada gajah, para ilmuwan merasa penting untuk menguji teknik rekayasa genetik pada tikus terlebih dahulu, mengingat waktu gestasi tikus yang lebih singkat dan kemudahan perawatannya.
Advertisement
Tikus Woolly Sebagai Model Uji Coba
Proyek untuk "menghidupkan kembali" mamut dimulai dengan eksperimen pada tikus sebagai model uji coba. Colossal Biosciences memilih tikus karena masa kehamilan mereka yang hanya berlangsung sekitar 20 hari, jauh lebih pendek dibandingkan dengan gajah yang membutuhkan waktu sekitar 22 bulan. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempercepat proses penelitian, dengan tikus woolly pertama berhasil diciptakan hanya dalam waktu enam bulan.
Beth Shapiro, ahli biologi evolusi dan kepala ilmuwan di Colossal, menjelaskan, "Model tikus sangat berguna dalam kasus ini, karena tidak seperti gajah [yang masa kehamilannya berlangsung sekitar 22 bulan], tikus memiliki masa kehamilan 20 hari."
Pengujian pada tikus woolly ini juga bertujuan untuk menilai kelayakan teknik rekayasa genetik yang lebih kompleks yang akan digunakan pada gajah di masa mendatang. Melalui eksperimen pada tikus, para ilmuwan berharap dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai genetik yang diperlukan untuk menciptakan mamut berbulu.
Advertisement
Proses Rekayasa Genetik
Para ilmuwan di Colossal Biosciences melakukan modifikasi genetik dengan mengubah tujuh gen dalam tubuh tikus. Enam dari tujuh gen yang dimodifikasi berkaitan langsung dengan tekstur, panjang, dan warna bulu tikus. Tim peneliti tidak memasukkan gen mammoth langsung ke dalam tikus, melainkan mencari varian genetik tikus yang memiliki kesamaan fungsi dengan gen mammoth. Hal ini memungkinkan mereka untuk menciptakan tikus dengan bulu yang lebih panjang dan lebih bergelombang, mirip dengan bulu mammoth.
Salah satu perubahan besar yang dilakukan adalah menonaktifkan gen FGF-5 yang mengatur panjang rambut. Dengan menonaktifkan gen ini, tikus yang diciptakan memiliki bulu yang tiga kali lebih panjang dibandingkan tikus laboratorium biasa. Selain itu, modifikasi pada gen TGF alpha dan KRT27 juga diterapkan untuk menambah gelombang pada bulu tikus, meniru ciri khas dari mamut berbulu.
Vincent Lynch, seorang ahli biologi evolusi dari University at Buffalo, menilai eksperimen ini sebagai "bukti konsep" yang menunjukkan bahwa pengeditan beberapa mutasi dalam satu organisme bisa berhasil. "Penelitian ini membuktikan bahwa kita bisa menggabungkan berbagai mutasi dalam satu tikus dan membuat bulunya tampak seperti bulu mammoth," ungkapnya.
Modifikasi Metabolisme Lemak
Selain memodifikasi genetik terkait bulu, tim Colossal juga berupaya untuk meniru karakteristik lain dari mammoth, yakni lapisan lemak yang tebal. Mamut bertahan hidup dalam suhu ekstrem berkat lapisan lemak di bawah kulitnya yang melindungi mereka dari dingin. Oleh karena itu, para ilmuwan mencoba untuk memodifikasi genetik tikus agar memiliki metabolisme lemak yang lebih mirip dengan mamut.
Namun, efek dari perubahan ini masih belum jelas. Para ilmuwan berharap bahwa tikus yang dimodifikasi akan memiliki lebih banyak atau lebih sedikit lemak tubuh. Meskipun demikian, perbedaan fisik yang dihasilkan sejauh ini terlalu kecil untuk diamati secara signifikan.
Langkah selanjutnya adalah menguji apakah tikus woolly ini memiliki toleransi terhadap suhu dingin lebih baik dibandingkan dengan tikus biasa. Lamm menyatakan, "Kami tahu bahwa editan genetiknya sudah ada, sekarang kami hanya perlu menguji seberapa besar efeknya terhadap ketahanan terhadap suhu dingin."
Advertisement
Proyek Kebangkitan Mamut Masih Jauh dari Selesai
Meski keberhasilan menciptakan tikus berbulu lebat merupakan langkah besar, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi sebelum mamut dapat benar-benar "dibangkitkan." Salah satu tantangan terbesar adalah penerapan teknik rekayasa genetik pada gajah, yang memiliki rambut yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mamalia lainnya.
Vincent Lynch menjelaskan, meskipun mutasi ini berhasil diterapkan pada tikus, tantangan yang lebih besar akan muncul ketika mencoba menerapkannya pada gajah. "Gajah memiliki rambut, tapi jauh lebih sedikit dibandingkan mamalia lain. Bahkan jika mutasi ini berhasil diterapkan pada gajah Asia, rambutnya tetap akan sangat jarang," kata Lynch.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan, tim peneliti harus mencari cara untuk meningkatkan kepadatan rambut pada gajah, yang mungkin melibatkan pengeditan gen pengatur kepadatan folikel rambut. Pendekatan lain yang sedang dipertimbangkan adalah penggunaan teknologi sel punca untuk merekayasa kulit gajah agar mendukung pertumbuhan rambut yang lebih padat.
Pertanyaan dan Jawaban (FAQ):
1. Apa tujuan utama dari eksperimen tikus woolly ini?
Tujuan utama eksperimen ini adalah untuk menguji teknik rekayasa genetik yang akan digunakan untuk menghidupkan kembali mamut berbulu. Tikus woolly menjadi model uji coba sebelum teknologi ini diterapkan pada gajah.
2. Apa yang membedakan tikus woolly dengan tikus biasa?
Tikus woolly memiliki bulu yang lebih panjang, bergelombang, dan lebih tebal dibandingkan tikus laboratorium biasa, hasil dari modifikasi genetik yang diterapkan pada tubuh mereka.
3. Bisakah tikus woolly bertahan hidup dalam suhu dingin seperti mamut?
Saat ini, pengujian untuk mengetahui seberapa baik tikus woolly dapat bertahan dalam suhu dingin masih berlangsung, karena efek dari perubahan genetik terkait toleransi dingin belum terlihat secara signifikan.
Advertisement
