Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memunculkan wacana untuk berkoalisi dengan Partai Kebangitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Wakil Ketua Umum PAN Drajat Wibowo menyambut baik ajakan koalisi tersebut karena pimpinan partainya memiliki kedekatan.
"PAN, PKB dan PPP memang sangat mungkin untuk berkoalisi lagi. Selain karena basis massa yang berdekatan, para pimpinan ketiga parpol ini juga secara personal sangat akrab. Terutama para Ketumnya. Bang Hatta, Bang Surya dan Cak Imin punya kedekatan personal belasan tahun sejak sama-sama di DPR," jelas Drajat saat dihubungi, Selasa (12/11/2013).
Drajat juga mengatakan ketiga partai itu sudah memiliki chemistry yang baik sehingga peluang koalisi terbuka lebar. Jadi, bahan dasar untuk berkoalisi dinilai sudah ada dan kuat. Terlepas dari peluang koalisi, Drajat melihat beberapa kendala yang patut dibicarakan sebelum terjadinya koalisi. Kendala itu berkaitan dengan Pilpres 2014.
"Pertama, tentu semuanya akan tergantung pada hasil Pileg dan bagaimana dinamika antar parpol pasca Pileg nanti. Jadi sekarang pendekatan antar parpol lebih kepada membangun silaturrahim. Semua parpol masih akan menunggu hasil pileg sebelum memutuskan berkoalisi dengan siapa," terang Drajat.
Kedua, PAN sangat terbuka berkoalisi dengan semua partai, serta tidak mendikotomikan Partai Islam atau Partai Nasionalis. Ketiga yang dinilai paling krusial.
"Perlu dibangun kesepahaman mengenai Indonesia yang bagaimana yang akan dibangun bersama. Perbedaan pandangan itu wajar, tapi visi besarnya harus disepakati," tuturnya. "Jangan sampai nanti menjadi koalisi pragmatis atau "pokoke koalisi" saja." (Ism)
"PAN, PKB dan PPP memang sangat mungkin untuk berkoalisi lagi. Selain karena basis massa yang berdekatan, para pimpinan ketiga parpol ini juga secara personal sangat akrab. Terutama para Ketumnya. Bang Hatta, Bang Surya dan Cak Imin punya kedekatan personal belasan tahun sejak sama-sama di DPR," jelas Drajat saat dihubungi, Selasa (12/11/2013).
Drajat juga mengatakan ketiga partai itu sudah memiliki chemistry yang baik sehingga peluang koalisi terbuka lebar. Jadi, bahan dasar untuk berkoalisi dinilai sudah ada dan kuat. Terlepas dari peluang koalisi, Drajat melihat beberapa kendala yang patut dibicarakan sebelum terjadinya koalisi. Kendala itu berkaitan dengan Pilpres 2014.
"Pertama, tentu semuanya akan tergantung pada hasil Pileg dan bagaimana dinamika antar parpol pasca Pileg nanti. Jadi sekarang pendekatan antar parpol lebih kepada membangun silaturrahim. Semua parpol masih akan menunggu hasil pileg sebelum memutuskan berkoalisi dengan siapa," terang Drajat.
Kedua, PAN sangat terbuka berkoalisi dengan semua partai, serta tidak mendikotomikan Partai Islam atau Partai Nasionalis. Ketiga yang dinilai paling krusial.
"Perlu dibangun kesepahaman mengenai Indonesia yang bagaimana yang akan dibangun bersama. Perbedaan pandangan itu wajar, tapi visi besarnya harus disepakati," tuturnya. "Jangan sampai nanti menjadi koalisi pragmatis atau "pokoke koalisi" saja." (Ism)