'Potluck', Cara Muslim Windsor Rangkul Mualaf saat Ramadan

Memahami tantangan yang dihadapi mualaf, muslim di Windsor, Kanada, mengadakan potluck untuk merangkul mereka dengan komunitas muslim.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Mei 2017, 19:20 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2017, 19:20 WIB
Ilustrasi makan bersama
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Windsor - Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali oleh pemeluk Islam di Windsor, Ontario, Kanada.

Meski demikian, menahan diri dari segala hawa nafsu, termasuk makan dan minum, mungkin menjadi hal tak mudah bagi mereka yang baru menganut ajaran Islam.

Seorang perempuan asal Florida yang saat ini tinggal di Windsor, Kelly Al-Yamani, memahami tantangan yang harus dihadapi mualaf.

"Terkadang mereka terisolasi," ujar perempuan yang memeluk Islam sejak 2006 itu seperti dikutip dari cbc.ca, Minggu (28/5/2017).

"Mereka tidak mendapat dukungan dari keluarganya. Entah keluarganya tidak setuju (dengan keputusan untuk memeluk ajaran baru) atau mereka pindah ke kota baru dan tak mendapatkan dukungan," imbuh dia.

Atas dasar itu, Kelly berusaha memberikan dukungan sebanyak mungkin bagi para mualaf dengan menggelar potluck--acara di mana setiap tamu diminta membawa satu hidangan untuk dimakan bersama-sama.

Dukungan dengan bentuk tersebut yang membantunya ketika ia baru pertama kali tiba di Kanada tanpa sanak keluarga di sana.

"Sebenarnya dukungan dari masyarakat yang membawa saya masuk dan mengintegrasikan ke dalam komunitas, adalah hal yang benar-benar membuat saya merasa disambut," ujar Kelly.

Dia mengakui bahwa komunitas muslim Windsor sangat beragam. Dengan diadakan potluck, setidaknya 30 hingga 100 orang dapat bergabung dan saling mengenal.

Sementara itu, Windsor Islamic Association menawarkan kegiatan buka puasa khusus bagi para mualaf. Mereka juga menawarkan program untuk membantu orang menjadi bagian dari keluarga yang lebih besar.

"Ramadan adalah waktu unik karena biasanya itu adalah saat di mana semua orang berkumpul," ujar ketua asosiasi tersebut, Dr. Maher El-Masri.

"Terkadang mualaf memiliki hubungan yang sulit dengan keluarga dan teman mereka, sehingga kami berusaha menjadi keluarga dan teman untuk mereka," kata El-Masri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya