Liputan6.com, Jakarta - Kusno menjadi salah satu potret tenaga kebersihan asal Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Sudah lima tahun lamanya Kusno mengabdikan diri pada masjid yang menjadi tempat pemakaman Nabi Muhammad itu.
"Sudah lima tahun kerja di sini," ujar Kusno.
Baca Juga
Pria asal Ngunut, Tulungagung, itu mengaku, pada awalnya ingin bekerja di Masjidil Haram, Makkah. Namun, dia ditempatkan di tempat ibadah yang luasnya tiga kali Masjid Istiqlal itu.
Advertisement
"Alhamdulillah saja. Dari Allah naruhnya di sini," ucapnya.
Meski tak sesuai keinginannya, dia bersyukur karena Madinah lebih adem. Baginya, jauh dari keluarga memang menjadi tantangan.
Karena, menurut Kusno, selain memendam rasa kangen, dia harus bergaul dengan teman-teman baru yang beda budaya.
"Kita punya kebiasaan yang tak sama dengan orang sini. Kumpul kita dengan orang Pakistan, Bangladesh, Arab Saudi sendiri. Yang pasti adatnya enggak sama," kata Kusno.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Jadi Guide
Menurut Kusno, saat musim haji seperti sekarang ini, beban kerja menjadi bertambah. Libur sehari dalam sepekan tak lagi ada. Masa-masa seperti ini juga berlaku ketika Ramadan.
"Kerjanya ya normal delapan jam," kata dia.
Dalam sebulan, Kusno mendapat insentif 750 Riyal. "Alhamdulillah, barakahnya Madinah," tuturnya.
Untuk menambal kebutuhan, dia kerap menemani ziarah jemaah umrah atau haji. "Semacam guide-lah," ucap dia.
Kusno menyebut, di Masjid Nabawi terdapat sekitar 200-an pekerja Indonesia. Termasuk yang bekerja di Maktab sebagai office boy dan pembersih toilet. Beberapa di antaranya malah perempuan.
Â
Advertisement
Murtiah 13 Tahun Mengabdi
Sementara itu, salah satu pekerja perempuan asal Indonesia adalah Murtiah. Perempuan asal Kalimantan Selatan itu mengaku telah bekerja di Masjid Nabawi selama 13 tahun.
Tidak adanya kesempatan usaha di Tanah Air menjadi salah satu alasan Murtiah bertahan di Tanah Suci.
"Enggak ada uang di Indonesia, ya kerja di sini," kata Murtiah.
Mirip dengan Kasno, ibu tiga anak itu punya alasan khusus menikmati pekerjaan sebagai tenaga kebersihan di Masjid Nabawi. "Alhamdulillah. Kita bisa ibadah, bersih-bersih," terang dia.
Sebagai pengobat rindu keluarga, Murtiah kerap pulang. Dua tahun sekali dia pulang. "Sebulan setengah liburnya," kata dia.
Murtiah tak tahu hingga kapan akan berhenti bekerja sebagai tenaga kebersihan di Masjid Nabawi. Sebab, keluarga masih butuh peluh tubuhnya.
"Enggak tahu. Masih betah dan membutuhkan. Anak-anaknya masih ke sekolah," jelas Murtiah.
Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga kuarter 3 2016, sebanyak 977 ribu warga Indonesia menjadi tenaga kerja di Arab Saudi. Harapan mereka satu, menumpuk pundi riyal dari negeri Petro Dollar.
Â
Laporan jurnalis Dream, Maulana Kautsar, dari Tanah Suci