Liputan6.com, Jakarta Memaafkan merupakan pekerjaan yang tidak sulit, tapi juga tidak mudah dilakukan. Terlebih apabila kesalahan yang dilakukan orang lain dianggap sulit untuk dimaafkan. Tidak semua orang berbesar hati untuk memaafkan dan mengucapkan kata maaf.
Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum yang tepat untuk saling memaafkan. Meski tak mudah, saling memaafkan saat Idul Fitri sangat penting dan memiliki manfaat tersendiri. Dilansir dari merdeka, kata maaf tertulis dalam Alquran, yakni pada surat Ali Imran (3):134:
"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran [3]: 134).
Advertisement
Istilah memaafkan didahului dengan kata menahan amarah. Sebab, orang yang tidak bersedia memaafkan kesalahan orang lain biasanya mendendam amarah dan menyimpan amarah.
Sifat dendam merupakan sifat yang tidak disukai Allah SWT. Sifat ini dianggap bukan sifat orang yang beriman. Kata "dendam" hanya disebutkan dua kali dalam Alquran, salah satunya pada surat Al-Araf:
"Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka." (QS Al Araf [7]:43).
Hari Raya Idul Fitri menjadi waktu yang tepat untuk saling memaafkan agar kembali ke fitrah. Selain mulia di mata agama, memaafkan saat Idul Fitri memiliki manfaat bagi kesehatan dan kehidupan sosial.
Sebuah penelitian terbaru dari Journal of Health Psychology, seperti dikutip dari Time, mengungkapkan fakta memaafkan diri sendiri atau orang lain bisa membantu kita terbebas dari rasa stres, depresi, serta menghindarkan kita dari gangguan mental.
Hasil ini diperoleh atas penelitian terhadap 148 orang dewasa muda yang mengisi kuisioner untuk mengukur tingkat stres, kesehatan mental, dan kecenderungan mereka untuk memaafkan.
Dari penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa mereka yang selama masa hidupnya menyimpan dendam dan tak mau memaafkan memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk serta mengalami tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan.
Sementara orang-orang yang sangat pemaaf baik terhadap diri mereka sendiri maupun orang lain, memiliki kepribadian menarik dan kuat dan terhindar dari stres dan gangguan mental sepanjang hidupnya.
"Jika semua kesalahan orang lain terhapus dengan memaafkan dan menjadi nol, Anda akan lepas dari stres dengan cara yang tak tanggung-tanggung,” kata profesor psikologi di Universitas Luther, Iowa, Loren Toussaint.
Kepribadian memaafkan ini pada akhirnya akan melindungi seseorang dari stres dan depresi berat. Para peneliti pun berspekulasi bahwa orang-orang yang lebih pemaaf ini mungkin memiliki keterampilan mengelola dan mengatasi stres.
Penelitian lain dari Journal of Behavioral Medicine menemukan bahwa mengampuni dapat bermanfaat untuk denyut jantung, tekanan darah, serta menghilangkan stres.