Liputan6.com, Gorontalo - Provinsi Gorontalo memiliki kuliner yang khas saat memasuki minggu terakhir Ramadan. Kuliner itu adalah Sambal Ikan Sagela.
Di Gorontalo, ikan sagela diolah menjadi olahan dabu-dabu atau sambal sagela yang cocok dipadukan dengan makanan apa saja. Mulai dari bubur, nasi hingga makanan pokok lainya.
Sambal yang satu ini bahan baku utamanya adalah ikan julung julung. Ikan tersebut terlebih dahulu diasapi beberapa hari hingga mengering lalu kemudian diolah menjadi sambal.
Advertisement
Panganan ini pun kebanyakan menjadi pilihan warga Gorontalo yang mulai bosan dengan variasi makanan yang itu-itu saja. Itulah sebabnya ikan sagela sangat enak disantap saat sahur, apalagi saat akhir ramadan seperti ini.
"Sebab kami sudah bosan dengan olahan makanan lain, nah sambal sagela adalah solusi terbaik," kata Iskandar Ilahude warga Kabupaten Bone Bolango, Sabtu (16/5/2020).
Baca Juga
Ia mengaku, selain terkenal dengan kelezatanya olahan sambal ikan sagela ini bisa disimpan hingga berhari-hari. Jadi bisa diambil kapan saja saat buka puasa maupun saat sahur.
"Terlebih kalau bumbu ikan segela dibuat pedas, sensasi saat menyantapnya itu punya yang berbeda," jelasnya.
Menariknya, meski hanya ikan kering yang diasapi, cita rasa dan kandungan gizi ikan sagela tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, pernah merilis bahwa ikan sagela mempunyai kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Asam amino esensial, vitamin A, kalsium, fosfor, kalium, kalori, natrium, ferum, vitamin C dan lemak.
Dengan keadaan ini, pembuat ikan sagela pun saakan ketiban rezeki, setiap menjelang akhir ramadan permintaan sagela meningkat. Hal ini dikarekan masyarakat yang ingin bersantap sahur mungkin sudah bosan dengan olahan yang itu-itu saja.
"Memang sudah menjadi tradisi, menjelang akhir ramadan ikan sagela makin laris," kata Pulu Usaman salah satu pengusaha ikan sagela di Gorontalo.
Dengan banyaknya pembeli, permintaan saat ini bahkan sudah tidak terlayani. Ada yang membeli untuk dijual kembali, ada juga sebagian orang yang hanya untuk konsumsi rumah tangga saja.
"Permintaan banyak, sampai tidak bisa terpenuhi. Kemungkinan yang lain mereka jual kembali ke pasar,"tandasnya.