Marandang, Tradisi Sambut Ramadan di Ranah Minang

Rendang dan hari-hari besar tak bisa dipisahkan dari masyarakat Minangkabau.

oleh Novia Harlina diperbarui 13 Apr 2021, 17:45 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2021, 17:45 WIB
Marandang adalah tradisi masyarakat Minangkabau menjelang lebaran.
Marandang adalah tradisi masyarakat Minangkabau menjelang lebaran. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Limapuluh Kota - "Alah masak Randang?" (sudah masak rendang?)," kata-kata itu kerap terdengar di Ranah Minang menjelang Ramadan tiba.

Meski pandemi virus corona belum berakhir, namun Ramadan 2021 tetap disambut dengan suka cita oleh masyarakat.

Marandang atau memasak rendang, menjadi tradisi menyambut bulan puasa di Sumatera Barat. Kurang afdal rasanya jika wangi rendang tak menyeruak di rumah.

Rendang dan hari-hari besar tak dapat dipisahkan dari masyarakat Minangkabau. Meski harga daging naik, tetapi mereka tetap berupaya membeli daging untuk marandang.

Ketika menyambut Ramadan, satu hari sebelum puasa aroma wangi rendang sudah tercium dari dapur masyarakat. Aromanya yang khas sangat menggugah selera, apalagi banyak masyarakat yang memasak di luar rumah dengan tungku.

Makanan yang dinobatkan sebagai kuliner terlezat di dunia ini, dimasak dengan api kecil sekitar 5 jam dan harus terus diaduk.

Salah seorang warga Kabupaten Limapuh Kota, Sumatera Barat Sofita (51) kepada Liputan6.com, Senin (13/4/2021) mengatakan H-1 puasa ini ia memasak rendang.

"Memasak rendang untuk sahur dan berbuka, ini sudah menjadi kebiasaan warga Ranah Minang," jelasnya.

Tak hanya daging sapi, warga juga kerap membuat rendang ayam sebagai pilihan lain. Apalagi harga daging sapi yang naik menjelang Ramadan.

"Di pasar harga daging sapi Rp130 ribu hingga Rp140 ribu, biasanya Rp110 ribu sampai Rp120 ribu per kilogram," ujarnya.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya