Retret Kepala Daerah Disebut Ada Niatan Investasi Politik Jangka Panjang untuk 2029

Virdika Rizky Utama, Direktur Eksekutif PARA Syndicate, memandang, retret kepala daerah yang digagas Presiden Prabowo Subianto bukanlah sekedar ajang silahturahmi dan koordinasi teknis.

oleh Putu Merta Surya Putra Diperbarui 23 Feb 2025, 09:27 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 09:15 WIB
Retret Pembekalan Kepala Daerah 2025 di Lembah Tidar Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah.
Retret Pembekalan Kepala Daerah 2025 di Lembah Tidar Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. (Foto: Puspen Kemendagri).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Retret Pembekalan Kepala Daerah 2025 di Lembah Tidar Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah terus menjadi polemik. Diawal disoroti lantaran digelar di tengah efisiensi anggaran.

Kini, retret kepala daerah itu juga menjadi perbincangan usai diboikot Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, di mana meminta seluruh kepala daerah yang berasal dari partainya untuk tidak mengikuti retret kepala daerah tersebut. 

Perintah tegas Megawati ini menyusul penahanan terhadap Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus suap Harun Masiku, Kamis, 20 Februari 2025. Penetapan Hasto sebagai tersangka yang kemudian dilanjutkan ke tahap penahanan, dinilai sebagai kriminalisasi mencolok.

Terkait hal tersebut, Virdika Rizky Utama, Direktur Eksekutif PARA Syndicate, memandang, retret kepala daerah yang digagas Presiden Prabowo Subianto bukanlah sekedar ajang silahturahmi dan koordinasi teknis.

"Ini adalah strategi politik terselubung untuk membangun hierarki kekuasaan baru, di mana kepala daerah yang seharusnya otonom ditempatkan sebagai bawahan yang wajib berhadap-hadap dengan pusat," kata dia dalam keterangannya, Minggu (23/2/2025).

Menurut Virdika, dalam rezim pemilihan langsung, di mana kepala daerah memiliki mandat rakyat setara dengan presiden di mana hanya berbeda skala wilayah.

"Retret semacam ini tidak hanya tidak relevan, tetapi juga berpotensi merusak sendi-sendi desentralisasi yang menjadi roh Reformasi 1998," ungkap dia.

Bukan hanya mengisyaratkan nostalgia Orde Baru, Virdika menjelaskan, Prabowo seolah ingin menempatkan kepala daerah yang dipilih langsung sebagai subordinat.

"Kepala daerah punya basis kekuatan dan jaringan patronasenya sendiri. Mereka bukanlah menteri yang bisa di-remote dari Jakarta. Dengan memaksa mereka hadir dalam forum tertutup, Prabowo mungkin ingin menguji sejauh mana kepala daerah bisa dikooptasi atau di-breakdown independensinya." tutur dia.

 

 

Diduga Kuat Ada Agenda Politik Terselubung

Virdika juga menduga ada maksud politik terselubung dalam retret kepala daerah tersebut, bahkan bisa ditarik untuk politik di 2029.

"Retret ini bukan untuk kepentingan atau kesejahteraan daerah, melainkan investasi politik jangka panjang Prabowo. Ada tiga agenda tersembunyi; mengindentifikasi loyalis dan penentang, membentuk mesin politik di tingkat tapak, dan meredam potensi oposisi daerah," ungkap dia.

Karena itu, Virdika melihat, jika retret ini semacam menjadi rutinitas, maka kemungkinan bisa terjadi melemahnya akuntabilitas kepala daerah, kematian inovasi daerah, dan bisa terjadi korupsi sistemik.

"Lebih parah lagi, sentralisasi ini akan memperlebar jurang ketimpangan. Daerah dengan sumber daya melimpah tapi dipimpin kepala daerah kritis akan dijegal, sementara daerah miskin yang penurut dihargai dengan bantuan seadanya," pungkasnya.

Mendagri: Retret Kepala Daerah di Akmil Magelang Tingkatkan Kedisiplinan

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menegaskan, retret pembekalan kepala daerah di Akademi Militer (Akmil) bukan belajar menjadi militeristik. Namun, kegiatan tersebut justru membentuk kepala agar belajar berbagai nilai, salah satunya soal kedisiplinan.

"Nah, kita belajar dari Akmil bukan soal militeristiknya, tapi ada nilai-nilai penting yang juga berlaku di dalam dunia kehidupan swasta, soal disiplin, tepat waktu," jelas Mendagri di hadapan awak media setelah membuka Retret Pembekalan Kepala Daerah di Lembah Tidar Akmil Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (22/2/2025).

Lebih lanjut, Mendagri mengatakan, pihaknya ingin membangun kedisiplinan kepala daerah melalui retret yang berlangsung mulai tanggal 21 hingga 28 Februari 2025 tersebut. Dengan pembekalan itu, kepala daerah diharapkan dapat disiplin selama menjalankan tugas dan kewajibannya.

"Supaya nanti waktu dia di tempat kerja masing-masing, ketika membuat rapat jam misalnya jam 9, ya, betul-betul jam 9," ujar Mendagri.

Selain itu, dalam kegiatan tersebut kepala daerah juga diajarkan bagaimana menjaga kebersihan. Misalnya, kepala daerah harus memastikan kebersihan tempat tidur sebelum meninggalkan tenda.

Menurutnya, kedisiplinan dan kebersihan menjadi bagian penting yang juga diajarkan dalam dunia swasta. Apalagi bagi birokrasi yang tugasnya melayani masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya