Liputan6.com, Purwokerto - Perang Badar merupakan pertempuran besar pertama Umat Islam. Dalam bahasa Arab, pertempuran Badar disebut dengan 'Ghazwah Badr'.
Baca Juga
Advertisement
Kisah pertempuran Badar ditemukan dalam berbagai riwayat. Dalam Al-Qur'an, perang Badar dijelaskan dalam Al Quran pada surat Ali Imran ayat 123-126 yang terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin ‘Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?. Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan siap siaga, lalu mereka datang menyerangmu dengan seketika, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa”. (QS. Ali Imran: 123-126).
Perang ini terjadi pada 17 Ramadan 2 Hijriyah, atau 13 Maret 624. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah sedikitnya 1.000 orang. Pasukan Islam yang jumlah kecil dan dengan peralatan minim mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang berkekuatan tiga kali lipat lebih besar.
Pertempuran ini dimenangkan oleh umat Islam atas pertolongan Allah SWT. Upaya umat Islam yang ikhlas dan rela berkorban juga menjadikan pasukan ini tidak takut mati di jalan Allah.
Dalam sebuah pertempuran, tentu saja ada strategi yang dijalankan. Dalam pertempuran Badar, ada seorang pemuda yang taktiknya lantas digunakan dan terbukti menjadi salah satu faktor penentu kemenangan.
Orang tersebut adalah Al-Khabab bin Al-Mundzir. Dia mengusulkan kepada Rasulullah untuk menjalankan strategi perang Badar yang membuat pasukan Islam yang berkekuatan kecil bisa memenangkan pertempuran bersejarah ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Persiapan Pasukan Islam
Mengutip Islami.co, dalam buku “Great Stories of The Quran” karya Syekh M.A. Jadul Maula, dikisahkan ketika pagi menyingsing dan matahari mulai memperlihatkan sinarnya, beberapa pasukan muslim mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan tempur melawan pasukan kafir Quraisy yang selama ini menzalimi mereka.
Sama sekali tidak ada ketakutan pada raut wajah mereka. Menjadi syahid dalam peperangan pada saat itu adalah hal yang sangat diidamkan oleh setiap muslim.
Pasukan itu dipimpin langsung Rasulullah SAW. bersama para sahabat-sahabat tercintanya. Mulai Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat yang lainnya. Mereka lah para sahabat yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai As-Sabiqunal Awwalun yang sudah mendapatkan jatah khusus Allah ke surga-Nya.
Para pasukan itu sebenarnya dipersiapkan untuk menghentikan laju kafilah dagang kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Namun ternyata kafilah dagang Abu Sufyan lebih memilih jalur memutar agar tidak bertemu dengan pasukan Islam.
Rasul pun mengarahkan pasukannya menuju bukit Badar. Sebuah bukit yang berada di dekat kota Madinah. Namun sayangnya, masih ada beberapa pasukan yang lebih menyarankan Rasul untuk menunggui kafilah dagang Abu Sufyan saja. Hingga muncullah teguran dari Allah:
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjata lah yang untukmu,dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir”.
Sehingga mereka pun bersepakat untuk tetap berangkat menuju mata air Badar dan mengabaikan kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan.
Setibanya di mata air Badar, Rasulullah pun memerintahkan pasukannya untuk mencari posisi yang tepat sebagai pos pertahanan mereka. Rasulullah kemudian menjadikan lembah badar sebagai pos pertahanan mereka. Yakni tepatnya di sumur pertama yang dilalui mereka.
Namun, datanglah seorang pria pejuang pemberani kepada Rasulullah SAW. Nampaknya pria ini telah memiliki rencana lain selain rencana yang telah diputuskan oleh Rasulullah.
Pria itu bernama Al-Khabab bin al-Mundzir. Ia dengan hati-hati bertanya kepada Rasul. Ia tidak ingin menjadi sahabat yang membantah titah dan perintah Rasulullah SAW.
“Wahai Rasulullah , ampunilah aku jika terlalu lancang bertanya kepadamu. Wahai Rasul, apakah tempat ini adalah tempat yang diwahyukan oleh Allah SWT kepadamu sehingga engkau tidak bisa menolaknya atau tempat ini hanyalah pendapat pribadimu yang merupakan bagian dan siasat perang?”.
Advertisement
Penguasaan Sumber Air
Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Bukan wahai Khabab, ini hanyalah pendapatku semata. Ini bukan wahyu dari Allah”
Dia pun menjawab, “Jika benar begitu, bolehkah aku berpendapat wahai Rasul?”
Pria ini kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan tenang dan hati-hati. Ia takut jika pendapatnya ini menyakiti perasaan Rasul atau mungkin tidak diterimanya.
“Wahai Rasul, menurut pendapat ku, tempat ini bukan merupakan tempat yang baik. Kita seharusnya berada di tempat yang lebih dekat dengan sumber air. Mari kita bawa pasukan menuju sumber air. Setelah sumber air kita kuasai, kita tutup sumber air itu. Setelah itu kita harus membuat kolam yang kita isi dengan air dari sumber itu. Posisi ini akan sangat menguntungkan pasukan kita, karena persediaan air kita bisa terjamin sedangkan mereka tidak. Sehingga mereka akan kehausan karena kehabisan persediaan air.”
Usulan Khabab ini sangat diapresiasi Rasulullah. Tanpa fikir panjang, Rasulullah kemudian memerintahkan pasukannya sesuai dengan arahan dan pendapat Khabab.
Dan akhirnya taktik Khabab pun berhasil. Pasukan muslim mendapatkan persediaan air yang cukup selama berperang. Sedangkan kafir Quraisy kehausan dan kelaparan karena sumber air itu telah ditutup.
Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.
Tim Rembulan