Liputan6.com, Purwokerto - Ketika tekanan kepada kaum muslim semakin berat dan berbahaya, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada para sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah atau Habsyah atau Habsyi. Di era modern, Habasyah adalah Ethiopia, sebuah negara di tanduk Afrika.
Saat itu, Raja Habasyah adalah Negus yang dalam bahasa Arab disebut An-Najasi atau raja. Dalam riwayat lain, nama raja tersebut Armah atau Ashmaq bin Abjar, penguasa beragama Nasrani.
Advertisement
Negus Armah berkuasa sekitar kurun 614-631 Masehi, dan dalam sejarah dikenal berkat koin yang dicetak selama masa pemerintahannya.
Advertisement
Baca Juga
Peristiwa hijrah umat muslim pertama itu terjadi sekitar tahun 615-616 Masehi. Kala itu, dengan tangan terbuka Negus menerima umat Islam yang teraniaya di Makkah. Rasulullah SAW berkata kepada sahabatnya:
لو خرجتم إلى أرض الحبشة، فإن بها ملكا لا يظلم أحد وهي أرض صدق حتى يجعل الله لكم فرجا مما أنتم فيه
"Kalau kalian pergi ke Habasyah, di sana ada seorang raja yang tidak zalim. Habasyah negeri yang tepat, sampai Allah SWT memberikan jalan keluar bagi kalian dari kondisi yang kalian hadapi saat ini.” (Al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Katsir).
Perintah itu lantas diikuti dengan perjalanan hijrah kafilah pertama pertama yang hanya belasan orang diikuti rombongan berikutnya yang lebih besar. Para sahabat melakukan hijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Pada tahap pertama diikuti oleh 15 orang dibawah pimpinan Utsman bin Affan.
Sedangkan pada tahap kedua diikuti oleh 101 orang dibawah pimpinan Ja'far bin Abi Talib. Dalam beberapa riwayat, disebut bahwa jumlah muhajirin pertama 11 orang, sedangkan yang kedua 83 orang. Di Habasyah, mereka mendapat perlindungan dari Negus.
Riwayat itu memperlihatkan, sejak awal, Rasulullah SAW memang menempatkan Habasyah sebagai tempat alternatif atau sementara, sebelum menemukan sebuah tempat baru yang lebih memungkinkan berkembangnya umat Islam. Kala itu, keselamatan diri dan aqidah menjadi prioritas.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Raja Negus Tolak Permintaan Kaum Quraisyi
Mendapati hijrahnya umat Islam, kaum Quraisyi tak tinggal diam. Mereka lantas mengirimkan utusan, yakni Amr bin Ash dan ‘Umarah bin Walid. Mereka berdua menemui Negus sembari membawa hadiah yang sangat banyak. Mereka juga bersujud untuk menyenangkan hati sang raja.
Mereka berusaha melobi agar umat Islam yang berada di Habasyah dikembalikan kepada mereka dan dilepaskan dari status perlindungan. Amr dan Umarah juga menjelek-jelekkan umat Islam karena mereka tak mengimani Isa Al Masih sebagai Tuhan.
“Sesungguhnya sekelompok orang dari negeri kami menetap di daerahmu. Mereka tidak menyukai kami dan agama kami," ucap utusan Quraisyi.
“Di mana mereka sekarang?" tanya Negus, “Di negeri Tuan” Jawab keduanya.
Namun, Negus rupanya adalah raja yang bijak. Ia tak serta merta mempercayai apa yang diungkapkan oleh kedua utusan itu. Untuk mengkonfrontasi, ia memanggil perwakilan umat Islam.
“Kalau begitu, bawalah mereka menghadap pada saya” perintah Raja Najasyi. Pengawal kerajaan pun mencari para sahabat dan meminta mereka menghadap Sang Raja.
Mendengar undangan tersebut, Ja’far bin Abi Thalib berkata kepada para sahabat agar dia mewakili umat Islam. Ja'far masih sepupu Nabi dan dikenal karena kecerdasannya. Sahabat lain pun menyetujuinya.
Setiba di istana, Ja’far mengucapkan salam dan tidak sujud kepada Raja, sebagaimana yang dilakukan utusan kafir Makkah. Orang-orang kerajaan pun, begitu juga dua utusan tadi, berseteru, “Mengapa kalian tidak sujud?”
“Sesungguhnya Kami tidak sujud kecuali kepada Allah SWT,” jawab Ja’far mantap. “Sesungguhnya Allah mengutus seorang Rasul kepada kami. Rasul tersebut memerintahkan kepada kami untuk tidak sujud melainkan hanya kepada Allah dan memerintahkan kepada kami untuk shalat dan membayar zakat," kata Ja'far dengan lugas.
Advertisement
Wafatnya Raja Negus
Tak patah arang, Amr bin Ash berusaha memengaruhi keputusan Raja Negus. “Wahai Raja, mereka berbeda dengan anda terkait ‘Isa bin Maryam,” Ungkap ‘Amr bin ‘Ash.
Denga penasaran, Negus pun bertanya kepada utusan Muslim. “Apa yang kalian tahu tentang ‘Isa dan ibunya,” tanya Raja, kepada Ja'far bin Abi Thalib.
“Baiklah, kami mengatakan sebagaimana dikatakan Allah SWT, ‘Isa adalah manusia (yang diciptakan Allah dengan) kalimat dan ruh dari Allah yang dititipkan kepada Maryam, seorang gadis perawan yang tidak disentuh oleh lelaki manapun,” jelas Ja'far.
Mendengar jawaban Ja’far ini, Raja Najasyi mengangkat tangkai kayu dan beseru, “Wahai orang-orang Habasyah! Wahai para pendeta! Demi Allah, mereka tidak menambahkan sedikitpun tentang Nabi ‘Isa walau sepanjang tangkai kayu ini,".
“Selamat untukmu dan orang-orang yang datang bersamamu. Saya bersaksi bahwa dia (Muhammad) adalah utusan Allah. Ia adalah rasul yang dikisahkan dalam Injil dan dikhabarkan oleh Nabi ‘Isa. Tinggallah kalian di sini sampai kapanpun. Andaikan saya bukan seorang raja, saya akan datang menemuinya dan membawa kedua sandalnya,” ucap Raja.
Negus akhirnya menolak hadiah yang dibawa utusan kafir Quraisy. Semasa hidupnya, Raja Najasyi belum pernah bertemu Nabi Muhammad SAW. Namun, pada saat beliau meninggal, Nabi memohon ampun untuknya dan meminta kaum muslimin untuk melaksanakan salat gaib.
Hijrah Habasyah ini adalah hijrah permulaan sebelum hijrah yang lebih permanen di Yatsrib atau belakangan dikenal dengan Madinah. Setelah umat Islam berhijrah ke Madinah, secara bertahap muhajirin yang berada di ethipia menyusul Rasulullah ke Madinah. Wallahu a’lam.
Tim Rembulan-TG