Liputan6.com, Cilacap - Melakukan hubungan intim bagi pasangan yang telah sah bukan hanya sekedar melepas syahwat semata, melainkan juga mengandung nilai ibadah.
Baca Juga
Advertisement
Karena bernilai ibadah, maka untuk mencapai kesempurnaan pahala, penting mengetahui hari dan waktu yang baik untuk melakukan hubungan intim.
Islam bukan hanya menerangkan tata cara berhubungan intim saja, melainkan diterangkan juga mengenai hari dan waktu yang baik untuk berhubungan intim.
Sementara ini, sebagian umat Islam menganggap bahwa Jumat adalah hari baik untuk berhubungan intim. Itu kenapa ada istilah 'sunah rosul', yang belum tentu memang benar kaidah Islam.
Lantas benarkah hari Jumat adalah waktu yang baik untuk berhubungan intim, adakah dalilnya?
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hari Yang Baik untuk Berhubungan Intim
Meskipun pada dasarnya tidak ada hari buruk dalam Islam, akan tetapi berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Baihaqi menyatakan keutamaan berhubungan intim pada hari jum’at.
أيعجز أحدكم أن يجامع أهله في كل يوم جمعة، فإن له أجرين اثنين: أجر غسله، وأجر غسل امرأته
Artinya: “Apakah kalian tidak sanggup berhubungan badan dengan istri kalian pada setiap hari Jumat. Hubungan badan dengan istri di hari Jumat mengandung dua pahala: pahala mandinya sendiri dan pahala mandi istrinya.” (HR Baihaqi).
Perihal status hadis ini, ulama-ulama hadis menilai bahwa kualitas hadis ini lemah, sehingga tidak dapat dijadikan dasar hukum.
Namun dalam hadis lain ditemukan perihal kesunahan hubungan badan pada hari Jumat. Hadis yang dimaksud ialah hadits riwayat Aus bin Abi Aus RA.
من اغتسل يوم الجمعة وغسّل وغدا وابتكر ومشى ولم يركب ودنا من الإمام وأنصت ولم يلغ كان له بكل خطوة عمل سنة
Artinya: Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dan membuat orang lain mandi, lalu berangkat pagi-pagi dan mendapatkan awal khutbah, dia berjalan dan tidak berkendaraan, dia mendekat ke imam, diam, lalu berkonsentrasi mendengarkan khutbah, maka setiap langkah kakinya dinilai sebagaimana pahala amalnya setahun. (HR Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Dalam hadis ini kata ightasala yang diartikan ‘mandi’ dan ghassala yang artinya 'membuat orang lain mandi, oleh sebagian ulama dipahami sebagai ‘berhubungan intim’.
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa berdasarkan hadis di atas hukumnya sunah melakukan hubungan intim pada hari Jumat.
Advertisement
Waktu yang Baik untuk Berhubungan Intim
Adapun waktu terbaik untuk berhubungan intim perspektif Islam merujuk pada Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 58:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِيْنَ مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ وَالَّذِيْنَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلٰثَ مَرّٰتٍۗ مِنْ قَبْلِ صَلٰوةِ الْفَجْرِ وَحِيْنَ تَضَعُوْنَ ثِيَابَكُمْ مِّنَ الظَّهِيْرَةِ وَمِنْۢ بَعْدِ صَلٰوةِ الْعِشَاۤءِۗ ثَلٰثُ عَوْرٰتٍ لَّكُمْۗ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌۢ بَعْدَهُنَّۗ طَوَّافُوْنَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak [lelaki dan wanita] yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali [dalam satu hari] yaitu: sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian [luar]mu di tengah hari dan sesudah sesudah salat Isya. [Itulah] tiga aurat bagi kamu.”
Meskipun tidak secara tegas ayat di atas menerangkan waktu berhubungan intim, akan tetapi Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa para sahabat menyukai waktu-waktu tersebut untuk berhubungan intim.
Diriwayatkan dari Muqatil bin Hayyan, beliau menceritakan sebab turunnya ayat ini.
Ada pasangan suami istri di kalangan Anshar. Dia sering membuatkan makanan untuk Rasulullah SAW. Suatu ketika budaknya masuk ke kamar menemui mereka tanpa izin di waktu yang mereka tidak sukai untuk ditemui.
Kemudian sang istri melaporkan kejadian itu Rasulullah SAW:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا أَقْبَحَ هَذَا إِنَّهُ لَيَدْخُلُ عَلَى الْمَرْأَةِ وَزَوْجِهَا وَهُمَا فِيْ ثَوْبٍ وَاحِدٍ
“Wahai Rasulullah, betapa buruknya sikap orang ini. Dia menemui seorang wanita ketika dia sedang berduaan bersama suaminya dalam satu selimut.”
Oleh sebab kejadian ini, maka kemudian Allah menurunkan ayat di atas. Ayat tersebut maksudnya ialah bahwa anak yang belum balig, atau budak yang tinggal bersama tuannya, untuk tidak masuk ke kamar pribadi orang tuanya atau kamar tuannya pada tiga waktu khusus tanpa izin.
Tiga waktu itu Allah sebut sebagai waktu aurat, karena umumnya, mereka sedang membuka aurat di tiga waktu itu.
Kebiasaan yang Dicontohkan Rasulullah
Adapun kebiasaan yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagaimana diceritakan oleh Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW mendekati istrinya setelah tahajud.
Hal ini berdasarkan cerita Al-Aswad bin Yazid, ketika bertanya kepada Aisyah tentang kebiasaan salat malam Rasulullah. Aisyah menerangkan:
كَانَ يَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ ثُمَّ يَقُومُ، فَإِذَا كَانَ مِنَ السَّحَرِ أَوْتَرَ، ثُمَّ أَتَى فِرَاشَهُ، فَإِذَا كَانَ لَهُ حَاجَةٌ أَلَمَّ بِأَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ وَثَبَ، فَإِنْ كَانَ جُنُبًا أَفَاضَ عَلَيْهِ مِنَ الْمَاءِ، وَإِلَّا تَوَضَّأَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
“Rasulullah saw tidur di awal malam, kemudian bangun tahajud. Jika sudah memasuki waktu sahur, beliau salat witir. Kemudian kembali ke tempat tidur. Jika beliau ada keinginan, beliau mendatangi istrinya. Apabila beliau mendengar azan, beliau langsung bangun. Jika dalam kondisi junub, beliau mandi besar. Jika tidak junub, beliau hanya berwudu kemudian keluar menuju salat jamaah.” (HR Nasa’i dan disahihkan oleh al-Albani)
Atas dasar tersebut, Sebagian ulama menganjurkan agar berhubungan intim sebaiknya dilakukan di akhir malam, setelah tahajud atau sebelum masuk waktu salat subuh.
Khazim Mahrur
Advertisement