Tata Cara Sholat Dhuha untuk Pemula: Lengkap dengan Lafal Niat, Doa dan Artinya

Sholat Dhuha dalam fiqih diartikan sebagai sholat sunnah yang dilakukan di waktu dhuha, yakni, mulai matahari terbit seukuran satu tombak (tujuh hasta atau 2,5 meter) sampai waktu zawâl

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Sep 2022, 06:30 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2022, 06:30 WIB
Menghambat Terkabulnya Sebuah Doa
Ilustrasi Muslimah Menunaikan Sholat Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu sholat sunah yang dianjurkan adalah sholat dhuha. Kata dhuha secara bahasa adalah nama untuk awal siang hari (pagi).

Sholat Dhuha dalam fiqih diartikan sebagai sholat sunnah yang dilakukan di waktu dhuha, yakni, mulai matahari terbit seukuran satu tombak (tujuh hasta atau 2,5 meter) sampai waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke arah barat). Hukumnya sunnah muakkadah.

Waktu sholat dhuha sebenarnya adalah mulai matahari terbit seukuran satu tombak sampai waktu zawâl sebagaimana telah disebutkan. Namun demikian, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Dalam fiqih disitilahkan dengan rumus: ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh). Kira-kira mulai sekitar jam 9 pagi.

Tata Cara Sholat Dhuha dan Niat

Sholat dhuha dapat dilaksanakan sebagaimana sholat sunah lainnya, yaitu dua rakaat salam sebagaimana berikut:

- Niat di dalam hati bersamaan takbîratul Ihrâm. Untuk memantapkan niat, sebelumnya bisa melafalkan niat sholat Dhuha berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ

Artinya, “Saya niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan sholat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Doa Setelah Sholat Dhuha

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-2, 18 Mei 2018
Biar nggak telat, ini jadwal sholat, imsakiyah dan buka puasa hari ke-2, 18 Mei 2018. (Ilustrasi: AboutIslam.net)

Mengutip laman NU, setelah salam atau selesai seluruh shalat kemudian membaca beberapa doa sebagai berikut:

Doa pertama:

اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn

Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”

Doa kedua:

اَللّٰهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ وَبِكَ أُحَاوِلُ وَبِكُ أُقَاتِلُ

Allâhumma bika ushâwilu, wa bika uhâwilu, wa bika uqâtilu.

Artinya, “Dengan-Mu, aku menerjang. Dengan-Mu, aku berupaya. Dengan-Mu, aku berjuang.”

Doa ketiga, dibaca sebanyak 40 atau 100 kali:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Rabbighfir lî, warhamnî, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwâbur rahîm.

Artinya, “Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku.Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.” (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman 255).

Keutamaan Sholat Dhuha

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah, dan Buka Puasa Hari ke-7, 23 Mei 2018
Biar nggak ketinggalan, berikut ini jadwal sholat, imsakiyah, dan buka puasa hari ke-7, 23 Mei 2018. (Ilustrasi: ultrahdwalls.com)

Keutamaan shalat Dhuha sangat banyak di antaranya:

Pertama, menjadi sedekah semua tulang manusia.

عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى. (رواه مسلم)

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Dzar radliyallahu ‘anh, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: ‘Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan dua rakaat shalat Dhuha mencukupi semuanya itu’,” (HR Muslim).

Kedua, menjadi shalat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ. قَالَ: وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ. (رواه الحاكم وقال: هذا حديث صحيح على شرط مسلم)

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, ia berkata: ‘Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).

Ketiga, setiap dua rakaat shalat Dhuha mempunyai keutamaan khusus sebagaimana dalam riwayat berikut:

عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ sebagaimana Kamu bertanya kepadaku. Lalu beliau bersabda: ‘Bila Kamu shalat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu shalat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila Kamu shalat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu shalat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi).

 

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya