Liputan6.com, Jakarta - Di Arab Saudi ada salah satu gunung yang menyendiri alias tidak tersambung dengan gunung yang lain. Gunung tersebut dinamakan Gunung Uhud atau Jabal Uhud yang menyimpan sejarah perjuangan Islam di zaman Rasulullah SAW.
Bagi umat Islam yang pernah haji atau umrah tentu sudah tidak asing lagi dengan Gunung Uhud. Ya, gunung ini menjadi salah satu tempat yang sering diziarahi oleh pengunjung, khususnya jemaah haji.
Jika telah menziarahi Gunung Uhud berarti ia telah melihat bukit yang ada di surga. Sebab, Gunung Uhud akan ada di surga sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis.
Advertisement
Baca Juga
“Jika kita ingin melihat bukit yang ada di surga, maka ziarahlah ke Bukit Uhud. Nabi SAW bersabda, 'Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang ada di surga'," demikian hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari.
Terlepas dari itu, di balik keistimewaan yang dijanjikan bakal ada di surga, Gunung Uhud memiliki sejarah yang penting untuk diketahui umat Islam. Sejarah ini terjadi pada zaman Rasulullah SAW yang mengakibatkan gugurnya pada sahabat nabi.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Perang Uhud
Berdasarkan sejarahnya, Gunung Uhud menjadi lokasi peperangan antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Makkah. Pertempuran yang terjadi pada 15 Syawal 3 H atau Maret 625 M ini kemudian dikenal dengan perang Uhud.
Perang Uhud terjadi karena keinginan balas dendam kaum kafir Quraisy setelah kekalahannya dalam perang Badar. Kaum musyrikin Makkah yang dipimpin Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) membuat strategi dan menyerbu umat Islam ke Madinah.
Mengetahui kaum Quraisy akan menyerbu umat Islam, Rasulullah SAW memerintahkan barisan pasukan muslim menyongsong kaum kafir di luar Kota Madinah. Kemudian Rasulullah SAW mengatur strategi perang, di antaranya menempatkan 50 pasukan pemanah di atas Gunung Uhud. Sementara pasukan lain menunggu di celah bukit.
Peperangan ini nyaris dimenangkan oleh pasukan muslim yang berjumlah 700 orang. Namun, pasukan pemanah yang berada di atas Gunung Uhud tergiur dengan harta kaum musyrikin yang tergeletak. Hingga akhirnya mereka turun dari bukit. Tentu ini sudah melanggar perintah Rasulullah SAW yang seharusnya pasukan pemanah tetap berada di atas Gunung Uhud.
Akhirnya, pasukan muslim mendapat serangan balik dari kaum musyrikin Makkah. Akibatnya banyak yang gugur dari peperangan ini. Sebanyak 70 sahabat gugur sebagai syuhada. Salah satu yang gugur di antaranya adalah paman Rasulullah SAW Hamzah bin Abdul Muthalib.
Para syuhada itu dimakamkan di tempat mereka gugur, di sekitar Gunung Uhud. Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka. Dan sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai untuk Rasul gugur karena badannya dipenuhi anak panah.
Advertisement
Pemakaman Syuhada
Mengutip kanal News Liputan6.com, setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah, maka Rasulullah SAW memerintahkan agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur terdiri dari beberapa syuhada.
Rasulullah SAW bersabda, "Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada di dalam burung hijau yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga."
Maka Allah berkata, "Aku yang akan memberi kabar kepada mereka." Maka dari situ kemudian turun ayat (Qs 3:169) yang berbunyi, "Dan janganlah mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal."
46 Tahun kemudian, yaitu pada masa Khalifah Marwan bin Hakam, terjadi banjir besar sehingga makam Hamzah dan Abdullah bin Jahsyin rusak berat. Ternyata, meski sudah lebih dari 40 tahun di dalam kubur, jasad kedua sahabat itu masih segar, seperti baru saja meninggal. Maka jasadnya dikubur di tempat lain tapi masih di kawasan Gunung Uhud.
Pada tahun 1383 H, dibangun tembok tinggi yang mengelilingi makam Hamzah dengan celah-celah jeruji, agar peziarah dapat menyaksikan makam tersebut. Di dalam areal pemakaman tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.
Kecintaan Rasulullah SAW kepada para syuhada Uhud, terutama Hamzah mendorong beliau melakukan ziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Jejak ini diikuti pula oleh beberapa khalifah setelah Rasul wafat.