Ketua Umum PBNU Gus Yahya: Kalau Tidak Mengenal Gus Dur Saya Mungkin Daftar FPI

Front Pembela Islam (FPI) sempat disinggung dalam candaan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) dalam Haul ke-13 Gus Dur, di Ciganjur.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Des 2022, 11:16 WIB
Diterbitkan 21 Des 2022, 10:30 WIB
Mengenang Gus Dur dalam Pameran Lukis Sang Maha Guru
Pengunjung melihat lukisan dalam pameran seni rupa "Sang Maha Guru" karya pelukis Nabila Dewi Gayatri di Jakarta, Kamis (22/11). Lukisan Gus Dur dipadu dengan berbagai tokoh dan ragam dimensi. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memberikan pemaknaan terhadap tema yang diangkat dalam acara Haul ke-13 KH Abdurrahman Wahid, yaitu Gus Dur dan Pembaharuan NU.

Menurut Gus Yahya, hal yang paling mencolok dan bahkan monumental dari karya pembaruan seorang Gus Dur adalah mampu mentransformasikan atau mengubah cara berpikir orang-orang NU. Bahkan, hampir secara keseluruhan generasi muda era Gus Dur menjabat Ketua Umum PBNU berhasil diubah cara berpikirnya.

“Saya sendiri berasal dari generasi yang merasakan betul bagaimana pola pikir saya berubah karena mengenal Gus Dur. Kalau tidak mengenal Gus Dur dan waktu itu sudah ada FPI, saya mungkin daftar jadi anggota FPI. Saya berubah karena mengenal Gus Dur,” ungkap Gus Yahya dalam Peringatan Haul Ke-13 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12/2022) malam, dikutip dari nu.or.id.

Gus Yahya kemudian menyebut Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai salah satu contoh generasi muda NU yang mengalami perubahan pola atau cara berpikir karena Gus Dur. “Syaifullah Yusuf ini radikal waktu itu. Untung saja waktu itu zaman Orde Baru, susah nyari bom,” kata Gus Yahya, berkelakar.

Kemudian ada KH Ulil Abshar Abdalla, kini menjabat sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU. Gus Ulil adalah tokoh generasi muda NU kala itu yang berubah cara berpikirnya karena Gus Dur.

Padahal, kata Gus Yahya, Gus Ulil adalah putra dari KH Abdullah Rifa’i dari Cebolek, Pati, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai kiai yang paling fundamentalis dan kaku. Secara guyon, Gus Yahya mengatakan, seandainya Kiai Abdullah Rifa’i masih hidup, maka Gus Ulil akan didapuk menjadi ‘imam besar’. Meski begitu, Gus Ulil kini menjadi tokoh intelektual Muslim yang progresif.

“Gus Ulil jadi begini, jadi intelektual kosmopolitan karena bertemu Gus Dur. Jadi bisa disaksikan dari generasi ini bagaimana pola pikir mereka berubah,” ucap Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

 

 

Kredo Menghidupkan Gus Dur

Bicara tentang kelakar Gus Dur tentunya banyak yang masih terkenang di ingatan masyarakat.
(Sumber ipnu.or.id)

Karena alasan-alasan itulah, Gus Yahya saat ini sebagai nakhoda PBNU memiliki kredo atau visi Menghidupkan Gus Dur. Menurut dia, banyak hal dari pemikiran-pemikiran dan cita-cita Gus Dur yang harus diwujudkan sekarang. Akan tetapi, perwujudan itu tak bisa dipikul oleh Gus Yahya seorang.

Saat ini, diperlukan upaya NU secara organisasi untuk bisa menemukan konstruksi yang padu. Dengan demikian, NU akan lebih mampu bergerak sebagai kekuatan strategis yang bisa menentukan nasib Indonesia dan dunia. Inilah cita-cita Gus Dur yang akan diwujudkan melalui PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya saat ini.

“Bagaimana caranya ‘Menghidupkan Gus Dur’? Tidak mungkin bisa (kalau dilakukan) sendirian. Saya punya pasukan satu generasi penuh para murid dan pengikut Gus Dur yang siap berjuang mewujudkan (cita-cita) Gus Dur,” tegas Gus Yahya.

Para murid Gus Dur itu diajak Gus Yahya untuk bekerja bersama di PBNU sebagai upaya kolektif di dalam memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita Gus Dur. Haul kali ini, kata Gus Yahya, hendaknya tak hanya diniati sebagai momentum mengenang jasa dan mengharap keberkahan Gus Dur.

“Tetapi lebih dari itu, kita perlu merenung lebih jauh tentang tugas-tugas bessr yang ada di depan kita, jika sungguh ingin menyumbang bagi cita-cita Gus Dur,” tandas Gus Yahya.

Sebagai informasi, Haul ke-13 Gus Dur ini diisi monolog penuh kritik tajam yang dibawakan Inayah Wulandari Wahid, cerita Nyai Sinta Nuriyah tentang perjuangan menjadi istri seorang Gus Dur saat menjabat Ketua Umum PBNU, serta tausiyah KH A Mustofa Bisri yang berisi tentang perjalanan Gus Dur sejak kuliah di Timur Tengah hingga menjadi Ketua Umum PBNU dan Presiden Ke-4 RI.

Ada pula penampilan musikalisasi puisi dari Lesbumi PBNU dan Tunas Muda Gusdurian Depok. Tak ketinggalan, ada penampilan kocak dari trio pemandu acara Abioso yang kerap mengundang gelak tawa hadirin dan para tokoh di atas panggung. Acara ditutup doa oleh Mustasyar PBNU KH Husein Muhammad dan Rais Syuriyah PBNU Prof KH Nasaruddin Umar.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya