Liputan6.com, Jakarta - Fase 10 hari terakhir Ramadhan telah tiba. Umat Islam berlomba-lomba meningkatkan amal dan ibadahnya pada 10 hari terakhir bulan suci ini.
Namun, ada kelompok yang tak bisa melakukan ibadah secara leluasa karena uzurnya. Salah satunya adalah wanita haid atau nifas.
Baca Juga
Dalam keadaan haid dan nifas, wanita tidak bisa melakukan sejumlah ibadah yang mensyaratkan bersih dari hadas besar ini.
Advertisement
Di antara yang dilarang untuk dilakukan wanita haid yakni sholat, puasa, dan membaca Al-Qur'an. Lantas, apakah wanita haid tidak akan mendapatkan berkah 10 hari terakhir Ramadhan?
Tentu saja tidak. Masih ada amal yang bisa dilakukan oleh wanita haid demi memperoleh lailatul qadar.
Soal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Putri KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Nyai Hj Tho'atillah Ja'far Aqil menjelaskan amalan yang bisa dilakukan oleh wanita haid pada 10 hari terakhir Ramadhan.
"Tentang amalam atau zikiran khusus itu tidak ada. Lalu bagaimana untuk perempuan yang dalam keadaan uzur (haid), apakah bisa meraih Lailatul Qadar? Tentu sangat bisa, dengan melakukan amalan baik seperti membaca ayat-ayat pendek Al-Qur'an yang sudah masyhur dibuat zikiran, seperti memperbanyak melafalkan lailaha illallah, surat Al-Ikhlas, surat Al-Fatihah, atau memperbanyak membaca shalawat Nabi," kata Nyai Tho'ah, dikutip dari nu.or.id, Selasa (11/4/2023).
Dia mengungkapkan, dalam tradisi lingkungan pesantren KHAS Kempek, menghidupkan malam-malam sepanjang bulan Ramadhan sudah menjadi kebiasaan karena memang merupakan anjuran Rasulullah SAW. Terlebih pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan terdapat satu malam yang istimewa di dalamnya yaitu Lailatul Qadar.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tradisi Pesantren Mulai 17 Ramadhan
"Tradisinya membaca Al-Qur'an mulai malam 17 Ramadhan sampai malam menjelang akhir Ramadhan. Kebetulan aktivitas santri akhir Ramadhan libur, santri mayoritas pulang ke kampung halamannya. Sehingga amalan 10 akhir Ramadhan dilakukan masing-masing individu santri yang tidak pulang, atau keluarga pesantren," ungkap putri sulung KH Ja'far Shodiq Aqil ini.
Lebih lanjut, Nyai Tho'ah mengutip hadits Nabi yang menjelaskan bahwa malam 10 akhir ramadhan di tanggal yang ganjil akan terjadi malam Lailatul Qadar, di mana malam tersebut menjadi malam terbaik dari seribu bulan.
"Sehingga ada amalan sunah yang sangat dianjurkan dilakukan di hari-hari itu. Di antaranya, disunahkan melakukan i'tikaf di masjid, membaca Al-Qur'an, diskusi tentang keilmuan atau memperbanyak bersedekah," paparnya.
Baginda Nabi sudah mencontohkan bagaimana memaksimalkan menjelang akhir Ramadhan ini, yaitu dengan memperbanyak melakukan shalat malam atau amalan shaleh yang lainnya, sebagai jalan untuk meraih Lailatul Qadar. Karena, kata Nyai Tho'ah, amalan tersebut merupakan kebiasaan favorit Nabi di malam-malam 10 terakhir Ramadhan.
"Saat masuk malam sepuluh akhir Ramadhan, Nabi bangun malam dan membangunkan semua keluarganya untuk bersungguh-sungguh menghidupkan malam dan mengikat tali sarung," terangnya. Makna dari mengikat tali sarung sendiri adalah bersungguh-sungguh untuk tidak kendor dengan menunjukkan keistiqomahan beliau yang giat beribadah sepanjang bulan Ramadhan.
"Banyaknya keistimewaan pada sepertiga bulan itu hingga Rasulullah mengencangkan ibadahnya," ujar Nyai Tho'ah. (Sumber: nu.or.id)
Tim Rembulan
Advertisement