Kisah Runtuhnya Mitos Sial Bulan Syawal oleh Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah

Mitos sial itu lantas runtuh dengan datangnya Islam. Terlebih, setelah Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah RA pada bulan Syawal

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Apr 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi - Perkampungan umat Islam yang dikucilkan di Lembah Abi Thalib, pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)
Ilustrasi - Perkampungan umat Islam yang dikucilkan di Lembah Abi Thalib, pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Syawal identik dengan acara silaturahmi dan berkumpulnya keluarga. Lebih jauh, banyak pula masyarakat yang menggelar hajatan pada bulan Syawal.

Hajatan yang digelar pada Syawal ini memang strategis. Terlebih, jika dilaksanakan tidak jauh dari perayaan Idul Fitri.

Tentu saja harapannya, keluarga masih berkumpul di kampung halaman usai lebaran Idul Fitri.

Namun, tahukah kamu, sebelum Islam datang, Syawal identik dengan bulan sial? Ya, pada zaman jahiliyah, Syawal identik dengan kesialan.

Namun, mitos sial itu lantas runtuh dengan datangnya Islam. Terlebih, setelah Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah RA pada bulan Syawal.

 

Pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah ini lantas diadopsi pada masa-masa setelahnya, termasuk di Indonesia. Kini, banyak masyarakat yang menggelar pernikahan anak-anaknya pada bulan Syawal.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Patahkan Mitos

Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)
Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)

Dalam tulisannya di laman keislaman nu.or.id, Ustadz Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda Pada zaman dulu di masa Jahiliyah orang Arab meyakini Syawal sebagai bulan kesialan.

Karenanya orang Arab Jahiliyah sangat menghindari memberlangsungkan akad nikah di bulan Syawal. Khawatir pernikahan yang dilangsungkan di bulan Syawal akan membawa kesialan bagi suami istri di hari kemudian hari.

Tapi mitos kesialan atau dalam tradisi keilmuan Islam disebut sebagai tathayyur (mempercayai tanda keburukan) ini kemudian dihapus dengan kedatangan Islam melalui pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Sayyidah Aisyah yang juga berlangsung di bulan Syawal.

Apakah pernikahan di bulan Syawal itu mendatangkan kesialan bagi Nabi Muhammad saw dan Sayyidah Aisyah? Ternyata tidak. Justru keberkahan selalu menaungi pernikahan mereka.

Soal pernikahan di bulan syawal ini, dalam hal ini Sayyidah Aisyah mengatakan:

تزوجني رسول الله صلى الله عليه وسلم في شوال وبنى بي في شوال. فأي نساء رسول الله صلى الله عليه وسلم كان أحظى عنده مني

Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama denganku pada bulan Syawal. Lalu istri Rasulullah mana yang lebih beruntung ketimbang diriku di sisi beliau?” (HR Muslim).

Keberkahan Syawal

Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Merujuk penjelasan Imam An-Nawawi, Sayyidah Aisyah mengatakan demikian itu untuk menentang mitos yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Jahiliah Arab bahwa bulan Syawal adalah bulan kesialan dan nekat menikah di bulan Syawal akan mendatangkan kesialan. (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, juz IX, halaman 552).

Karenanya bulan Syawal tidak semestinya dipercaya sebagai bulan kesialan. Justru sebaliknya bulan Syawal terbukti membawa keberkahan.

Keberkahan bulan Syawal ini pun tidak terbatas pada pernikahan saja, tapi juga dalam segala kebaikan. Baik dalam urusan pekerjaan, bisnis atau karir, ataupun urusan baik lainnya.

Karenanya ketika kegiatan lebaran usai dalam satu dua minggu ini, semestinya orang semakin semangat untuk merintis kesuksesan dari titik awal bulan Syawal, bulan penuh berkah.

Bila orang sudah punya rencana-rencana baik seusai lebaran, rencana bisnis baru, rencana melanjutkan pendidikan, rencana menikah dan lain sebagainya, maka tak perlu menunggu-nunggu terlalu lama. Sekira planning sudah dibuat secara rapi, hitungan-hitungan sudah secara cermat dilakukan, segera eksekusi dan beraksi secara nyata untuk mewujudkan

Bersegera mewujudkan kebaikan adalah kesunnahan tersendiri yang membawa berkah dan pahala, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Muhammad saw. (Sumber: NU Online)

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya