Antara Gempa Bantul, Gempa Jogja 2006 dan Lindu Sebagai Tanda Kiamat dalam Hadis Nabi

Gempa juga disebut dalam Al-Qur'an. Beberapa di antaranya, penggambaran dahsyatnya gempa pada hari kiamat. Dalam hadis, Rasulullah SAW juga menyebut gempa sebagai tanda-tanda kiamat

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2023, 04:30 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2023, 04:30 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi gempa bumi. (Gambar oleh Angelo Giordano dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi mengguncang Yogyakarta dan sebagian pesisir selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, gempa ini juga dirasakan hingga Jawa Barat dan Pulau Bali.

Guncangan gempa berdampak di berbagai daerah. Dampak paling besar tentu terjadi di dekat episentrum, meliputi Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, dan beberapa kabupaten pesisir selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ratusan rumah dan bangunan lainnya rusak. Ada pula korban jiwa, meski bukan akibat langsung gempa tersebut.

Gempa Bantul ini mengingatkan gempa di masa sebelumnya, yang disebut sebagai gempa jogja 2006, yang terjadi pada tahun 2006 lampau. Kala itu, ribuan orang meninggal dan ratusan ribu jiwa lainnya kehilangan tempat tinggal.

Di Indonesia, gempa tektonik maupun vulkanik bukanlah peristiwa asing. Tiap hari terjadi gempa, meski ada yang dirasakan maupun tidak.

Sebab, Indonesia berada di kawasan cincin api Pasifik. Alhasil, gempa kerap terjadi, dalam skala kecil maupun besar.

Dalam tinjauan Islam, gempa bumi adalah sunatullah atau fenomena alam atau siklus kebumian. Tercatat berbagai gempa dalam tarikh.

Gempa juga disebut dalam Al-Qur'an. Beberapa di antaranya, penggambaran dahsyatnya gempa pada hari kiamat.

Dalam hadis, Rasulullah SAW juga menyebut gempa sebagai tanda-tanda kiamat. Berikut ulasannya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Gempa Tanda Kiamat

Ilustrasi gempa bumi
Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)

Gempa sebagai tanda akhir zaman diriwayatkan dalam berbagai hadis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ

‘Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat yang lain disebutkan gempa bumi terjadi dalam waktu yang cukup lama selama beberapa tahun. Dari sahabat Salamah bin Nufail as-Sakuni radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ) وَبَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلاَزِلِ

“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam… (lalu beliau menuturkan haditsnya) dan sebelum Kiamat ada dua kematian yang sangat dahsyat, dan setelahnya terjadi tahun-tahun yang dipenuhi dengan gempa bumi.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

Soal gempa bumi yang terjadi merata di seluruh dunia, Ibnu Hajar Al-Asqalani meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:

قد وقع في كثير من البلاد الشمالية والشرقية والغربية كثير من الزلازل، ولكن الذي يظهر أن المراد بكثرتها: شمولها، ودوامها

“Sungguh gempa banyak terjadi pada negara-negara di utara, timur dan barat, namun yang nampak dari maksudnya lafadz ‘banyak’ adalah mencakup keseluruhan dan terjadi terus-menerus.” (Fahul Bari 31/93-94).

Gempa Sebagai Tanda Kiamat

Ilustrasi Gempa
Ilustrasi Gempa. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Dalam riwayat lainnya, tanda kiamat juga dapat dilihat jika ada orang atau sekelompok orang yang terperosok ke dalam belahan bumi akibat gempa yang dahsyat. Nabi Muhammad SAW bersabda:

بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مَسْخٌ وَخَسْفٌ وَقَذْفٌ

“Menjelang tibanya hari Kiamat akan ada (orang-orang) yang diubah bentuknya, ditenggelamkan ke dalam bumi, dan dilempari batu.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

Secara umum tanda kiamat adalah terjadinya gempa bersama bencana dan masalah-masalah yang besar.

Abdullah bin Hawalah radhiallahu ‘anhu berkata,

وَضَعَ رَسُـوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْ عَلَى رَأْسِي -أَوْ عَلىَ هَامَتِي- فَقَالَ: يَا ابْـنَ حَوَالَةَ! إِذَا رَأَيْتَ الْخِلاَفَةَ قَدْ نَزَلَتِ الأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ، فَقَدْ دَنَتِ الزَّلاَزِلُ وَالْبَلاَيَـا وَاْلأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدَيَّ هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangannya di atas kepalaku, lalu beliau berkata, ‘Wahai Ibnu Hawalah! Jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di atas bumi-bumi yang disucikan, maka telah dekatlah gempa, bencana dan masalah-masalah besar, dan hari Kiamat saat itu lebih dekat kepada manusia daripada dekatnya kedua tanganku ini dari kepalamu.’” (HR. Ahmad, shahih).

 

10 Tanda Kiamat Makin Dekat dalam Hadis

Mimpi Kiamat
Ilustrasi Mimpi Kiamat Credit: pexels.com/Jose

Namun begitu, meski terjadi bencana alam seperti gempa bumi, bukan berarti bisa disimpulkan bahwa kiamat sudah makin dekat atau menjelang hari-hari akhir zaman. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

 عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

Artinya, “Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka,” (Lihat Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi, Al-Jāmi’us Ṣaḥīḥ, [Beirut, Dārul Afaq Al-Jadidah: tanpa tahun], juz VIII, halaman 178). (Sumber: muslim.or.id dan NU Online)

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya