Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan tahun ini diwarnai dengan peristiwa astronomi istimewa, yakni dua gerhana yang diprediksi akan terjadi pada waktu berdekatan. Pertama adalah gerhana bulan, dan yang kedua adalah gerhana matahari.
Dua gerhana yang diperkirakan terjadi di bulan Ramadhan 1445 H yaitu gerhana bulan penumbra pada 24-25 Maret 2024 dan gerhana matahari total (GMT) pada 8 April 2024.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Apabila dikonversikan ke kalender Hijriyah, maka gerhana bulan terjadi pada 13-14 Ramadhan 1445 Hijriyah sedangkan gerhana matahari pada 28 Ramadhan 1445 Hijriyah.
Namun, sebagaimana dikutip dari laman brin.go.id, fenomena astronomi ini tidak melintasi wilayah Indonesia.
Dalam Islam, fenomena gerhana bukan sekadar fenomena astronomi biasa. Gerhana merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Peristiwa gerhana ini tidak terlepas dari kuasa-Nya.
Dalam perspektif Islam, gerhana juga menjadi salah satu tanda kiamat yang disebut Rasulullah SAW, termaktub dalam hadis yang berderajat sahih dan kerap menjadi rujukan utama.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW menyebutkan 10 tanda kiamat. Dari 10 tanda kiamat ini tiga di antaranya adalah munculnya gerhana yang terjadi di tiga tempat.
Simak Video Pilihan Ini:
10 Tanda Kiamat dalam hadis Nabi
Berikut adalah redaksi hadis yang menjelaskan tentang tanda kiamat.
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Artinya: “Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka.” (Lihat Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi, Al-Jāmi’us Ṣaḥīḥ, [Beirut, Dārul Afaq Al-Jadidah: tanpa tahun], juz VIII, halaman 178).
Berdasarkan hadis tersebut dapat diketahui bahwa tanda-tanda kiamat semakin dekat adalah sebagai berikut.
1. Munculnya kabut (dukhan)
2. Munculnya Dajjal
3. Munculnya Dabbah
4. Terbitnya matahari dari barat.
5. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj
6. Munculnya Isa bin Maryam
7. Adanya tiga gerhana, di timur;
8. Gerhana di barat
9. Gerhana di jazirah Arab.
10. Adanya api yang muncul dari Yaman kemudian menggiring manusia menuju tempat berkumpul.
Dapat diketahui munculnya gerhana termasuk tanda kiamat yang disebut Rasulullah SAW, yakni gerhana di timur, gerhana di barat, dan gerhana di jazirah Arab. Di samping itu, gerhana merupakan fenomena alam dan bukti kekuasaan Allah SWT. Wallahu’alam.
Terkait dengan ramalan bahwa pembukaan kiamat akan terjadi pada Ramadhan, perlu ditelisik dari mana sumber kesimpulan tersebut. Sebelum menyimpulkan, mari simak ulasan berikut, termasuk menakar derajat hadis yang menjadi dalil ramalan.
Advertisement
Ramalan Pembukaan Kiamat Terjadi pada Ramadhan
Tiga tahun lampau, tepatnya pada Ramadan 2020 mendadak muncul ramalan bahwa Ramadan tahun tersebut merupakan pembuka terjadinya kekacauan di bulan-bulan setelahnya, mengingat Ramadhan diawali pada hari Jumat dan tanggal lima belas Ramadan juga bertepatan dengan hari Jumat.
Ramadan yang diawali dengan Jumat diprediksi sebagai petunjuk atas banyaknya musibah pada tahun tersebut. Kelompok ini bukan tak mendasarkan ramalannya pada dalil apa pun. Mereka memastikan terjadinya kekacauan pada tahun ini dengan menyetir hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud berikut:
إِذَا كَانَ صَيْحَةٌ فِي رَمَضَانَ فَإِنَّهَا تَكُونُ مَعْمَعَةٌ فِي شَوَّالٍ، وَتَمَيَّزُ الْقَبَائِلُ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَتُسْفَكُ الدِّمَاءُ فِي ذِي الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَمَا الْمُحَرَّمُ - يَقُولُهَا ثَلاَثًا - هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ يُقْتَلُ النَّاسُ فِيهَا هَرْجًا هَرْجًا قَالَ : قُلْنَا : وَمَا الصَّيْحَةُ ؟ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : هَذِهِ تَكُونُ فِي نِصْفٍ مِنْ رَمَضَانَ يَوْمَ جُمُعَةٍ ضُحًى، وَذَلِكَ إِذَا وَافَقَ شَهْرُ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ تَكُونُ هَدَّةٌ تُوقِظُ النَّائِمَ، وَتُقْعِدُ الْقَائِمَ، وَتُخْرِجُ الْعَوَاتِقَ مِنْ خُدُورِهِنَّ فِي لَيْلَةِ جُمُعَةٍ سَنَةً كَثِيرَةَ الزَّلاَزِلِ وَالْبَرْدِ، فَإِذَا وَافَقَ رَمَضَانُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ لَيْلَةَ جُمُعَةٍ فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْفَجْرَ يَوْمَ جُمُعَةٍ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ - فَادْخُلُوا بُيُوتَكُمْ، وَسَدِّدُوا كُوَاكُمْ، وَدَثِّرُوا أَنْفُسَكُمْ، وَسُدُّوا آذَانَكُمْ، فَإِذَا أَحْسَسْتُمْ بِالصَّيْحَةِ فَخِرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا، وَقُولُوا سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، رَبَّنَا الْقُدُّوسَ ؛ فَإِنَّهُ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ نَجَا، وَمَنْ تَرَكَ هَلَكَ
“Ketika terdapat suara yang dahsyat (dentuman) tepat di bulan Ramadhan, maka pertanda akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kelompok masyarakat (kabilah) memisahkan diri di bulan Dzulqa’dah, banyak pertumpahan darah di bulan Dzulhijjah dan Muharram. Dan apa yang terjadi di bulan Muharram? (Nabi mengucapkannya tiga kali). Sayang sekali, saat itu banyak di antara manusia yang berperang satu sama lain dan keadaan sangat kacau."
"Maka kami bertanya: ‘Apa suara dahsyat itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Suara itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan pada waktu dhuha di hari Jumat. Suara itu muncul tatkala bulan Ramadhan bertepatan dengan malam Jumat. Suara teriakan ini akan membangunkan orang-orang tidur, menjatuhkan orang-orang yang tegap berdiri, dan menjadikan para wanita terhempas keluar dari kamar-kamarnya pada malam Jumat selama satu tahun, banyak terjadi gempa dan cuaca yang sangat dingin."
"Apabila bulan Ramadhan bertepatan dengan malam Jumat maka tatkala kalian telah melaksanakan shalat subuh pada hari Jumat di pertengahan bulan Ramadhan, maka masuklah ke dalam rumah-rumah kalian, kuncilah pintu-pintu rumah, selimutilah diri kalian, dan tutupilah telinga-telinga kalian. Apabila kalian merasa ada suara dahsyat, maka menyungkurlah dengan bersujud kepada Allah dan ucapkanlah: “Subhânal Quddûs, Rabbunal Quddûs”. Barang siapa yang mengamalkan hal itu maka akan selamat, dan barang siapa meninggalkannya maka akan celaka” (HR Asy-Syasyi).
Tinjauan Hadis
Dapatkah kita mempercayai prediksi-prediksi bahwa berbagai kekacauan seperti yang disebutkan dalam hadits di atas akan terjadi pada Ramadhan tahun ini, mengingat bulan Ramadhan tahun ini diawali hari Jumat?
Menjawab pertanyaan tersebut, Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember mengatakan, penting kiranya kita mengetahui bagaimana posisi kekuatan hadits di atas. Apakah benar bahwa hadits tersebut dapat dijadikan sebagai pijakan dalil yang sahih?
"Patut dipahami bahwa hadits tentang adanya suara dahsyat pada hari Jumat yang bertepatan dengan tanggal 15 Ramadan sama sekali tidak disebutkan oleh para ulama hadits yang diakui kredibilitasnya, seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, an-Nasa’I, dan at-Tirmidzi," katanya, seperti dimuat laman NU Online via kanal Islami Liputan6.com.
Hadits yang menjelaskan tentang suara dahsyat, ujar Ustadz Ali, disebutkan oleh Imam asy-Syasyi, At-Thabrani, dan Ahmad as-Syaibani. Berdasarkan hal ini, kualitas sanad dalam hadits di atas patut dipertanyakan.
"Salah satu kritikus hadits, Imam al-‘Uqaili dalam kitabnya, adh-Dhu’afa’ al-Kabir menyebutkan kritik tentang hadits ini:
ليس لهذا الحديث أصل من حديث ثقة ولا من وجه يثبت
“Hadits ini tidak memiliki dasar dari hadits yang terpercaya dan juga tidak dari jalan (metode) yang ditetapkan (oleh para ulama hadits)” (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr al-‘Uqaili, adh-Dhu’afa’ al-Kabir, juz 1, hal. 51)."
Advertisement
Dalil Ramadhan Pembuka Kiamat Hadis Dhaif
"Berpijak dari referensi tersebut, maka dapat dipastikan bahwa status hadis di atas adalah hadts yang dlaif (lemah). Bahkan jika kita menelaah lebih lanjut tentang para perawi hadis di atas, kita temukan banyak sekali para rawi (periwayat) yang diragukan kredibilitasnya oleh para ulama hadits," ucap dia.
Salah satunya adalah Abdul Wahab bin Husein. Imam Hakim dalam salah satu hadits yang terdapat rawi Abdul Wahab bin Husein berkomentar bahwa ia merupakan orang yang tidak diketahui profilnya (majhul).
Imam adz-Dzahabi lantas menanggapi perkataan Imam Hakim tersebut:
وفيه عبد الوهاب بن حسين وهو مجهول، قلت ذا موضوع
“Di dalam hadits ini terdapat Abdul Wahab bin Husain, dia adalah orang yang tidak diketahui. Aku (adz-Dzahabi) berkata: ‘Hadits ini maudlu’ (palsu)” (Adz-Dzahabi, Mukhtashar Istidrak adz-Dzahabi ‘ala Mustadrak al-Hakim, juz 4, hal. 522).
Kesimpulan:
Melihat kualitas hadis yang jadi dasar ramalan bahwa Ramadhan menjadi pembuka kiamat, bisa disimpulkan bahwa pendapat ini lemah, dan sulit dipercaya kebenarannya. Wallahua'lam.