Kenapa Allah Menyembunyikan Waktu Datangnya Hari Kiamat?

Tidak ada satupun makhluk Allah SWT yang mengetahui kepastian waktu datangnya kiamat. Bahkan makhluk Allah yang paling dekat dengan Allah saja tidak mengetahui kepastian perihal waktu datangnya hari akhir ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mar 2024, 05:30 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 05:30 WIB
Ilustrasi kiamat (Photo by Javier Miranda on Unsplash)
Ilustrasi kiamat (Photo by Javier Miranda on Unsplash)

Liputan6.com, Cilacap - Tidak ada satupun makhluk Allah SWT yang mengetahui kepastian waktu datangnya kiamat. Bahkan makhluk Allah yang paling dekat dengan Allah saja tidak mengetahui kepastian perihal waktu datangnya hari akhir ini.

Dirahasiakannya waktu datangnya hari kiamat memberikan hikmah kepada manusia perihal salah satu dari beberapa perkara yang gaib ini.

Meskipun tidak mengetahui secara pasti datangnya hari kiamat, maka Allah SWT menginformasikan tanda-tanda telah dekatnya datangnya kiamat.

Informasi-informasi mengenai tanda-tanda kiamat inilah yang sejatinya harus menjadikan pelajaran dan peringatan kepada kita semua untuk mempersiapkan bekal sebaik-baiknya guna menyongsong kehidupan di akhirat kelak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Alasannya

[Bintang] Fenomena Terompet Sangkakala & Ramalan-Ramalan Gagal Soal Kiamat
Ilustrasi kiamat | via: hotisu.com

Muhammad Abduh Tuasikal dalam bukunya yang Berjudul ‘Prediksi Hari Akhir’ menerangkan alasan Allah SWT menyembunyikan waktu kepastian datangnya kiamat 

Alasan pertama: Agar kiamat masih tetap jadi perkara yang gaib. Seandainya kapan terjadinya kiamat itu diberitahu kepada makhluk, maka perkara tersebut tidaklah menjadi gaib lagi. Padahal

ciri orang beriman yang membedakannya dengan orangkafir adalah beriman pada yang gaib. Allah SWT berfirman, 

“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan  kebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3) 

Alasan kedua: Agar manusia tidak mengulur-ulur waktu untuk beriman dan beramal saleh. Seandainya kita diberitahu tanggal pasti terjadinya hari kiamat, maka orang pun akan menunda-nunda untuk beramal dan terus bersantai ria. Paling yang terbetik dalam benaknya, “Ah, masih ada waktu untuk menikmati hidup, kiamat masih dua tahun lagi.” 

Lihatlah ada sikap menunda-nunda. Hal ini berbeda apabila kiamat disembunyikan waktunya. Karena setiap orang sudah mengetahui bahwa kiamat sudah dekat, tentu mulai saat ini juga dia banyak bertaubat pada Allah dan melakukan banyak ketaatan karena waktu yang tersisa cukup singkat. Oleh karena itu, janganlah menunda-nunda waktu selama masih diberi kehidupan dan janganlah terlalu panjang angan-angan.

Ibnu Umar RA mengatakan,

“Apabila engkau berada pada petang hari, janganlah menunggu waktu pagi. Apabila engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu petang. Ambillah masa sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari, no. 6416).

Sebaiknya Mempersiapkan Diri

Ilustrasi hari akhir, kiamat
Ilustrasi hari akhir, kiamat. (Image by kjpargeter on Freepik)

Lebih lanjut, Muhammad Abduh Tuasikal juga menyarankan bahwa dari pada sibuk memprediksi untuk mengetahui datangnya hari kiamat, maka hal terbaik yang harus dilakukan ialah mempersiapkan diri menghadapi hari yang mencekam itu.

Sibuk-sibuk mencari-cari waktu tersebut sangat bertentangan sekali dengan metode Alquran yang memerintahkan kita untuk tidak membahasnya. Yang semestinya dipersiapkan adalah bekal untuk menghadapi masa tersebut yaitu bekal iman dan amal saleh. 

‘Ali bin Abi Thalib RA memberi petuah kepada kita,

Dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan berada di hadapan kita. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara mu’allaq--tanpa sanad). Atsar ini adalah potongan dari perkataan ‘Ali, ada yang mauquf--sampai pada sahabat--dan marfu’--sampai pada Nabi SAW.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya