Liputan6.com, Jakarta - Wajar seseorang khawatir ibadah dan amalan selama bulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah SWT. Tentu ada rasa takut dan sedih.
Namun, penting untuk diingat bahwa setiap amalan yang kita lakukan haruslah dilandaskan pada niat yang tulus ikhlas dan dijalankan dengan penuh keikhlasan.
Dalam Islam, keikhlasan merupakan salah satu kunci utama dalam diterimanya amalan oleh Allah SWT. Jika amalan kita tidak diterima, itu bisa menjadi peluang untuk melakukan introspeksi mendalam terhadap niat dan kualitas ibadah kita.
Advertisement
Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Pengasih. Dia tidak hanya melihat pada amalan fisik kita, tetapi juga pada keadaan hati dan niat di balik setiap amalan.
Mungkin ada hal-hal dalam diri kita yang perlu diperbaiki, seperti niat yang kurang tulus atau ketidakkonsistenan dalam beribadah. Dengan kesadaran ini, kita dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah kita agar lebih sesuai dengan kehendak-Nya.
Ketika merasa sedih karena amalan tidak diterima, ingatlah bahwa Allah SWT Maha Adil. Dia tidak akan menyia-nyiakan amalan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus.
Teruslah berdoa dan berusaha, dan percayalah bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan sepenuh hati pasti akan mendapatkan balasan yang layak di sisi Allah SWT, entah itu dalam bentuk diterimanya amalan tersebut atau pahala yang diberikan di dunia atau akhirat.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Bagaimana Doa Agar Amalan Ramadhan Diterima
Menukil muslim.or.id, dalam ibadah harus seimbang antara rasa harap dan takut. Berharap Allah menerima dan merasa takut juga apabila amal tidak diterima.
Perhatikan rasa takut para salafus shalih yang khawatir amal mereka tidak diterima selama bulan Ramadhan.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
كان بعض السلف يظهر عليه الحزن يوم عيد الفطر ، فيقال له : إنه يوم فرح وسرور !فيقول : صدقتم ؛ ولكني عبد أمرني مولاي أن أعمل له عملا ؛ فلا أدري أيقبله مني أم لا
“Sebagian salaf menampakkan kesedihan pada hari idul fitri, kemudian dikatakan pada mereka: ‘Hari ini adalah hari kegembiraan dan kesenangan’!Mereka menjawab: ‘Kalian benar, akan tetapi aku hanyalah seorang hamba yang diperintahkan oleh Rabb agar beramal. Aku tidak tahu apakah Rabb menerima amalku atau tidak‘”.
Perhatikan pula bagaimana rasa harap para salafus shalih yang mereka berdoa sampai selama 6 bulan agar amalan di bulan Ramadhan (yang pahalanya sangat banyak sekali) diterima oleh Allah.
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,
ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْنَ اﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
“Sebagian salaf berkata, “Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka disampaikan pada bulan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama 6 bulan agar Allah menerima (amalan mereka di bulan Ramadhan).”
Advertisement
Berikut Ucapan Ali bin Abi Thalib Soal Amalan Ramadhan
Hendaknya kita mengikuti dan meneladani nabi Ibrahim dalam hal beramal, menjaga keikhlasan dan berharap agar amal pahala diterima oleh Allah. Nabi Ibrahim:1. Beliau seorang Nabi2. Beliau membangun ka’bah rumah Allah3. Beliau membangun atas perintah Allah
Akan tetapi beliau tetap berdoa memohoon agar amalnya diterima oleh Allah.Beliau berdoa,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺗَﻘَﺒَّﻞْ ﻣِﻨَّﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢُ
“Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127).
Tentunya kita yang bukan nabi dan tidak mendapatkan wahyu yang merupakan perintah Allah, lebih layak berdoa dan memohon agar amal kita diterima. Oleh karena itu pada waktu subuh/dzikir pagi kita berdoa,
ﺍﻟﻠّﻬﻢَّ ﺇﻧّﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻋﻠﻤﺎً ﻧﺎﻓﻌﺎً، ﻭﺭﺯﻗﺎً ﻃﻴﺒﺎً، ﻭﻋﻤﻼً ﻣُﺘﻘﺒّﻼً
“Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima” [HR. Ibnu Majah]
Sebagai penutup, perhatikan ucapan Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu berikut,
روي عن علي رضي الله عنه أنه كان ينادي في آخر ليلة من شهر رمضان: يا ليت شعري من هذا المقبول فنهنيه ومن هذا المحروم فنعزيه
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, bahwasanya beliau menyeru pada malam terakhir bulan Ramadhan: “Aduhai seandainya aku tahu siapakah yang diterima amalannya pastilah kami akan mengucapkan selamat kepadanya, dan siapa yang diharamkan darinya, kami akan berbela sungkawa padanya.”
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul