Dzikir Sebaiknya Pakai Jari atau Tasbih, Jadi Saksi di Akhirat

Lebih baik mana dzikir dengan jari atau pakai tasbih, begini penjelasn lengkapnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Apr 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi tasbih, muslimah berzikir, berdoa
Ilustrasi tasbih, muslimah berzikir, berdoa. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam, praktik dzikir atau mengingat Allah dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik menggunakan jari maupun tasbih. Kedua cara ini memiliki nilai dan keutamaan tersendiri, dan pilihan antara keduanya seringkali tergantung pada preferensi individu serta situasi yang dihadapi.

Penggunaan jari tangan untuk menghitung dzikir adalah cara yang sederhana dan mudah dilakukan di mana pun. Beberapa orang Muslim lebih memilih menggunakan jari karena ketersediaannya yang selalu ada. Dzikir dengan jari juga bisa dilakukan tanpa harus membutuhkan alat tambahan, sehingga sangat praktis.

Namun, tasbih juga merupakan alat yang umum digunakan dalam praktik dzikir. Tasbih adalah alat yang terdiri dari serangkaian butiran yang dihitung sambil mengucapkan dzikir. Ini dapat membantu seseorang untuk fokus dan teratur dalam mengingat Allah.

Selain itu, tasbih sering dianggap lebih nyaman digunakan dalam penghitungan dzikir yang panjang. Penggunaan tasbih juga dapat menambah khushu' (konsentrasi dan ketenangan) dalam ibadah.

Dalam praktiknya, baik menggunakan jari atau tasbih, yang terpenting adalah niat dan keikhlasan dalam menjalankan dzikir. Baik dzikir dengan jari maupun dengan tasbih sama-sama memiliki potensi untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Berdzikir Memakai Jari Sangat Disarankan, Ini Penjelasan Lengkapnya

Dzikir
Amalan mudah berpahala surga, diantaranya dzikir. (Liputan6.com/Nugroho Purbo)

Menukil Dalamislam.com, ternyata hukum berdzikir memakai jari sangat disunnahkan atau dianjurkan dalam Islam karena dicontohkan langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini dikarenakan setiap jari yang digunakan untuk berdzikir akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu‘anhu, beliau menceritakan,

“Saya melihat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghitung dzikir beliau dengan tangannya.” (HR. Ahmad, hasan oleh Syuaib Al-Arnauth)

Kemudian, dari Yusairah seorang wanita Muhajirah, dia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada kami : “Hendaknya kalian bertasbih (ucapkan subhanallah), bertahlil (ucapkan laa ilala illallah), dan bertaqdis (mensucikan Allah), dan himpunkanlah (hitunglah) dengan ujung jari jemari kalian karena itu semua akan ditanya dan diajak bicara, janganlah kalian lalai yang membuat kalian lupa dengan rahmat Allah.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Dijelaskan oleh Al Hafidz Ibn Hajar, beliau mengatakan,

“Makna kata ‘al-aqd (menghitung) yang disebutkan pada hadits di atas adalah menghitung jumlah dzikir. Ini merupakan istilah orang Arab, yang bentuknya dengan meletakkan salah satu ujung jari pada berbagai ruas jari yang lain. Satuan dan puluhan dengan tangan kanan sementara ratusan dan ribuan dengan tangan kiri. Allahu a’alam.” (Nataij Al Afkar fi Takhrij Ahadits Al Adzkar).

Ini Tata Cara Berdzikir

Ilustrasi Zikir (istockphoto)
Ilustrasi Zikir (istockphoto)

Kemudian Ibnu Alan menjelaskan bahwa ada dua cara al-aqd atau menghitung dengan tangan yaitu menghitung dengan ruas jari atau al-aqd bil mafasil dan menghitung dengan jari atau al-aqd ashabi’. Beliau mengatakan,

“Al-aqd bil mafasil (menghitung dengan ruas jari), bentuknya adalah meletakkan ujung jempol pada setiap ruas, setiap kali membaca dzikir. Sedangkan Al-aqd bil ashabi’ (menghitung dengan jari), bentuknya adalah jari digenggamkan kemudian dibuka satu per satu.”

Dalam suatu riwayat, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam memerintahkan kepada istri-istrinya dan kaum wanita dari kalangan sahabatnya untuk berdzikir dengan ruas jari.

“Hitunglah (dzikir) itu dengan ruas-ruas jari karena sesungguhnya (ruas-ruas jari) itu akan ditanya dan akan dijadikan dapat berbicara (pada hari kiamat).” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi, dihasankan oleh an-Nawawi dan al-Hafizh, al-Albani dalam Silsilah Dho’ifah)

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah berdzikirdengan memakai jari harus menggunakan tangan kanan? Sebagian ulama menganjurkanketika kita melakukan dzikir dengan jari-jari maka yang digunakan adalah tangankanan. Hal ini didasarkan pada perkataan Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu,beliau menceritakan,

“Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdzikir dengan tangan kanannya.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi, dishahihkan al-Albani dalam shahih Abu Dawud).

Atas dasar itulah, sebagian ulama menganjurkanuntuk berdzikir dengan jari tangan kanan. Hal ini dikarenakan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam kerap menggunakan anggota badan bagian kanan untukmelakukan hal yang baik.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka mendahulukan bagian yang kanan ketika mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam semua urusan beliau.” (HR. Bukhari).

Dzikir adalah hal yang sangat baik dan mengerjakannya dengan menggunakan tangan kanan akan jauh lebih baik lagi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya