Liputan6.com, Jakarta - Ruqyah merupakan suatu proses penyembuhan yang dilakukan dengan cara membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an, doa-doa, atau zikir tertentu untuk mengusir gangguan jin, sihir, atau penyakit lainnya.
Konon praktik ini sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan dianggap sebagai bagian dari pengobatan Islami yang bersandar pada keimanan dan spiritualitas.
Tujuan utama ruqyah adalah untuk membersihkan jiwa dan tubuh seseorang dari pengaruh negatif yang tidak terlihat dan memohon pertolongan serta perlindungan Allah SWT.
Advertisement
Namun, dalam masyarakat modern, ada sebagian orang yang meragukan atau bahkan tidak percaya pada efektivitas ruqyah. Mereka yang skeptis ini biasanya berasal dari latar belakang yang lebih mengedepankan pendekatan ilmiah dan medis dalam penyembuhan.
Menurut mereka, segala bentuk penyakit atau gangguan harus ditangani dengan metode medis yang teruji dan berbasis bukti. Mereka menganggap ruqyah sebagai bentuk sugesti yang tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Keraguan ini juga diperkuat oleh adanya praktik ruqyah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya, seperti memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan penipuan atau eksploitasi terhadap orang yang mencari bantuan.
Baca Juga
Buya Yahya dalam ceramahnya yang dikutip dari YouTube channel @AkhirZamann menjelaskan tentang ruqyah dan pengakuan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengenai keberadaannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Ruqyah dan Pengakuan Nabi
"Ruqyah itu ada dan Nabi mengikrar, mengakui," ujar Buya Yahya, menekankan bahwa ruqyah merupakan suatu hal yang diakui dalam Islam.
Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya akan memasuki sebuah kampung, namun mereka tidak diizinkan masuk. Mereka harus menunggu di luar perbatasan kampung tersebut. Di kampung itu, kepala sukunya sedang sakit parah.
Salah satu dari penduduk kampung keluar untuk melihat apakah ada tamu yang bisa membantu mengobati kepala suku mereka. "Kemudian di kampung itu ketua kepala sukunya sakit, salah satu dari mereka keluar melihat ada gerombolan tamu," jelas Buya Yahya.
Penduduk tersebut melihat ada sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak tahu siapa mereka sebenarnya. Mereka kemudian bertanya apakah ada di antara tamu tersebut yang bisa mengobati kepala suku mereka.
"Ada sahabat-sahabat Nabi, ada orang-orang tidak ngerti ini maksudnya sahabat ini siapa. Coba tanya di antara mereka barangkali bisa ngobati," lanjut Buya Yahya.
Salah satu sahabat Nabi yang merasa yakin bisa membantu maju dan mencoba untuk mengobati kepala suku tersebut. "Sehingga dari kabilah tersebut keluar tentunya yang ditemui ya siapapun yang paling yang pertama ditemui akhirnya dari utusan kepala sukunya tadi bertanya apakah ada di antara kalian yang bisa ngobati," kata Buya Yahya.
Sahabat Nabi itu kemudian membaca surat Al-Fatihah dan, dengan izin Allah, kepala suku tersebut sembuh dari penyakitnya.
Advertisement
Keyakinan Allah SWT Penyembuh dan Al-Qur'an sebagai Sarana
"Ada sahabat Nabi sok tahu bisa. Saya tiba-tiba dia membaca Al-Fatihah, begitu sembuh," ujar Buya Yahya.
Kepala suku yang sembuh itu kemudian menyuruh Nabi dan para sahabatnya untuk masuk ke kampung dan menjamu mereka dengan makanan.
Nabi Muhammad SAW pun merasa heran dengan perubahan sikap penduduk kampung tersebut. "Karena sembuh, disambut suruh masuk, dihidangkan makanan. Sahabat lainnya dan Nabi bingung dari semula dilarang kok tiba-tiba suruh masuk. Ada apa ini?" cerita Buya Yahya.
Sahabat Nabi tersebut kemudian menjelaskan apa yang terjadi. "Iya tadi saya dipanggil mereka, suruh ngobati, suruh masuk. Saya apa yang kamu baca? Saya baca surat Al-Fatihah," jawab sahabat Nabi tersebut.
Cerita ini, menurut Buya Yahya, menunjukkan bahwa ruqyah itu benar adanya dan diakui dalam Islam. "Nabi menyatakan adanya ruqyah," tegas Buya Yahya.
Ruqyah adalah praktik mengobati penyakit dengan doa-doa tertentu dari Al-Quran, dan telah menjadi bagian dari tradisi Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Buya Yahya dalam ceramahnya menekankan pentingnya keimanan dan keyakinan dalam menjalankan praktik ruqyah. "Kita harus yakin bahwa Allah adalah penyembuh, dan Al-Quran adalah sarana untuk mendapatkan kesembuhan itu," kata Buya Yahya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul