Hati-Hati Menikah karena Dimabuk Cinta, Bakal Kecewa Kata Ustadz Hanan Attaki

Cinta yang matang bukan berharap pasangan sempurna, Ini penjelasan Ustadz Hanan Attaki.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Agu 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2024, 14:30 WIB
Potret Ustaz Hanan Attaki yang Tengah Jadi Sorotan, Miliki Hobi Berkuda
Ustadz Hanan Attaki. (Liputan6.com/IG/@hanan_attaki)

Liputan6.com, Jakarta - Pernikahan adalah salah satu fase penting dalam kehidupan yang penuh dengan harapan dan impian. Namun, banyak orang yang memasuki pernikahan dengan ekspektasi yang tidak realistis, terutama ketika mereka dimabuk cinta.

Mengutip ceramah yang diunggah di kanal YouTube @Story_Motivasi594, dinukil pada Rabu (21/08), Ustadz Hanan Attaki memberikan pandangan yang mendalam mengenai fenomena ini dan bagaimana seharusnya seseorang bersikap sebelum memasuki gerbang pernikahan.

Menurut Ustadz Hanan, salah satu tanda seseorang yang belum siap menikah adalah ketika mereka mengharapkan pasangannya sempurna dan tidak pernah mengecewakan.

“Kalau kalian menikah dengan seseorang berharap dia sempurna, enggak akan pernah mengecewakan kalian, berarti kalian sedang dimabuk cinta, belum siap menikah,” ujar Ustadz Hanan.

Pernyataan ini menyoroti betapa pentingnya kesiapan mental dan emosional dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Lebih lanjut, Ustadz Hanan Attaki menjelaskan bahwa perasaan cinta yang menggebu-gebu seringkali membuat seseorang menjadi buta terhadap kenyataan.

“Biasanya yang kayak gini tuh lagi mencintai menggebu-gebu, begitu tergores sedikit, patah,” jelasnya.

Simak Video Pilihan ini:

Ini Ciri Sosok Matang

Ilustrasi pasangan cinta, romantis, bahagia
Ilustrasi pasangan cinta, romantis, bahagia. (Image by Freepik)

Artinya, seseorang yang terbuai oleh cinta cenderung memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dan mudah terluka ketika menghadapi realitas.

Di sisi lain, Ustadz Hanan menggambarkan sosok yang lebih matang dalam mencintai sebagai seseorang yang mampu melihat kelebihan dan kekurangan pasangannya dengan bijak.

“Yang matang biasanya dia melihat pada diri calonnya itu banyak kelebihan, segala macam dia merasa nyaman, frekuensi srek, ngeklik,” tuturnya.

Ia menekankan bahwa kedewasaan dalam cinta memungkinkan seseorang untuk melihat pasangannya secara utuh, tanpa menutup mata terhadap kekurangan yang ada.

Namun, Ustadz Hanan juga menegaskan bahwa meskipun seseorang menyadari kekurangan pasangannya, mereka tidak perlu mencari-cari kesalahan.

“Enggak perlu dicari-cari kekurangannya. Kamu masalahnya apa sih, kamu kekurangannya apa sih, aib kamu apa sih? Enggak perlu ditanya,” katanya.

Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam pernikahan, fokus seharusnya bukan pada mencari kekurangan, tetapi bagaimana menghadapi dan menerima kekurangan tersebut.

Ia juga mengingatkan bahwa seiring berjalannya waktu, kekurangan pasangan akan muncul dengan sendirinya.

“Nanti akan muncul satu demi satu dalam perjalanan hubungan mereka,” ujarnya. Oleh karena itu, kesiapan untuk menghadapi kekurangan pasangan adalah kunci untuk mempertahankan keharmonisan dalam pernikahan.

 

Asal Bukan Pengkhianatan Tidak Ada Masalah

Ilustrasi pasangan cinta, bahagia, romantis
Ilustrasi pasangan cinta, bahagia, romantis. (Photo by Vanessa Garcia from Pexels)

Ustadz Hanan kemudian menjelaskan bahwa selama kekurangan pasangan bukanlah bentuk pengkhianatan, seseorang harus siap untuk berdamai dengan hal tersebut.

“Tapi dia sudah siap dengan kekurangan itu selama kekurangan itu bukan sebuah pengkhianatan, maka dia akan berdamai,” jelasnya.

Ini menandakan bahwa dalam pernikahan, toleransi dan penerimaan merupakan hal yang esensial.

Sebagai contoh, Ustadz Hanan menyebutkan berbagai hal kecil yang mungkin menjadi kekurangan pasangan, seperti kebiasaan tertentu atau cara berkomunikasi.

“Mungkin punya kebiasaan apa, mungkin cara komunikasinya gimana, mungkin apa,” katanya. Hal-hal ini, meskipun tampak sepele, bisa menjadi sumber konflik jika tidak ditangani dengan bijak.

Namun, Ustadz Hanan juga memberikan solusi, yaitu dengan berusaha berdamai dan menerima kekurangan tersebut.

“Dia akan berusaha untuk berdamai dengan kekurangan itu. Itulah pernikahan,” tegasnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya sikap saling memahami dan menerima dalam menjalani kehidupan pernikahan.

Ceramah ini memberikan pandangan yang jelas bahwa pernikahan bukanlah tentang mencari pasangan yang sempurna, tetapi tentang bagaimana kita bisa berdamai dengan ketidaksempurnaan tersebut.

Ustadz Hanan menutup ceramahnya dengan pesan bahwa kedewasaan dalam cinta adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan dalam pernikahan.

Dengan kesiapan mental dan hati yang luas, pasangan dapat menjalani hidup bersama dengan penuh kebahagiaan, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Bagi mereka yang sedang mempertimbangkan untuk menikah, ceramah ini menjadi pengingat bahwa kesiapan mental dan emosional sangatlah penting.

Cinta yang matang bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang kesiapan untuk menerima dan menghadapi realitas hidup yang penuh dengan ketidaksempurnaan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya