Pesan Syekh Ali Jaber, Jangan Pernah Lepaskan Amarah, Jaga Lisan saat Emosi Memuncak

Menurut Syekh Ali Jaber, menutup mulut saat marah adalah langkah pertama yang harus diambil. Dengan cara ini, seseorang bisa menghindari perkataan yang akan membuat penyesalan di kemudian hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2024, 08:30 WIB
Riwayat Kesehatan Syekh Ali Jaber
Foto Syekh Ali Jaber Credit: Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Syekh Ali Jaber selalu menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga diri dari amarah. Dalam setiap ceramahnya, ia menekankan bahwa marah adalah emosi yang harus dikendalikan dengan baik, karena amarah yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Syekh Ali Jaber, amarah adalah pintu masuk setan, yang akan memanfaatkan situasi tersebut untuk membuat manusia berkata-kata yang tidak sepatutnya.

Dikutip dari kanal YouTube @nasirchannel514p, Syekh Ali Jaber menegaskan pentingnya menutup mulut ketika seseorang mulai merasa emosi atau marah.

"Tidak boleh marah, apapun yang terjadi jangan marah. Kalau terpaksa marah, sudah tidak kuat, emosi tinggi, langsung tutup mulut," ujar Syekh Ali Jaber dalam salah satu ceramahnya.

Menurutnya, cara ini adalah kunci untuk mencegah kata-kata yang tidak baik keluar saat seseorang sedang dikuasai amarah.

Syekh Ali Jaber menjelaskan bahwa saat seseorang marah, ia cenderung mengeluarkan perkataan yang dapat menyakiti orang lain.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Campur Tangan Setan

Mudah Tersinggung dan Hobi Marah Pada Hal Kecil
Ilustrasi Pasangan sedang marah. Credit: unsplash.com/Carly

"Tidak ada orang marah yang bisa berkata baik. Saat marah, pasti ada perkataan yang menyakitkan," lanjutnya. Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga lisan saat emosi memuncak. Jika mulut dibiarkan terbuka saat marah, maka setan akan memanfaatkan kesempatan itu untuk memperburuk keadaan.

Menurut Syekh Ali Jaber, menutup mulut saat marah adalah langkah pertama yang harus diambil. Dengan cara ini, seseorang bisa menghindari perkataan yang akan membuat penyesalan di kemudian hari.

"Setan selalu mendampingi orang yang marah. Maka, usahakan langsung tutup mulut kalau sedang marah," sarannya. Ia menekankan bahwa setan akan memperkuat amarah seseorang sehingga segala ucapan yang keluar saat itu bisa sangat merugikan.

Selain itu, Syekh Ali Jaber juga mengingatkan bahwa marah adalah salah satu emosi yang paling mudah membuat seseorang kehilangan kendali atas dirinya.

"Ketika kita marah, kita seolah kehilangan akal sehat," katanya. Oleh karena itu, penting untuk tidak memberikan ruang bagi setan untuk mengendalikan situasi. Menutup mulut adalah salah satu cara untuk memutus pengaruh buruk yang datang dari amarah.

Syekh Ali Jaber juga menyoroti bahwa menahan amarah adalah bentuk kebaikan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW pun, lanjutnya, telah memberikan contoh terbaik dalam mengendalikan amarah.

"Rasulullah selalu menahan diri dari marah, bahkan ketika beliau diperlakukan tidak adil," ungkap Syekh Ali Jaber. Ia mengajak umat Islam untuk mengikuti teladan Rasulullah dalam hal ini.

Lebih lanjut, Syekh Ali Jaber menyarankan untuk segera mengambil tindakan positif ketika amarah mulai datang. Salah satunya adalah dengan mengubah posisi tubuh. "Jika marah datang saat sedang berdiri, duduklah. Jika sedang duduk, berbaringlah," ujarnya.

Cara ini, menurut Syekh Ali Jaber, dapat membantu meredakan emosi dan memberikan waktu bagi seseorang untuk berpikir sebelum bertindak.

Ia juga menekankan pentingnya berwudhu sebagai cara untuk meredakan amarah. Air wudhu memiliki efek menenangkan yang bisa membantu seseorang kembali tenang.

"Marah itu berasal dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Maka, segera berwudhu jika merasa marah," saran Syekh Ali Jaber. Dengan berwudhu, seseorang tidak hanya membersihkan diri secara fisik, tetapi juga membersihkan hati dari pengaruh buruk amarah.

 

Jinakkan Amarah, Jangan Berkobar

ekspresi marah kesal tegas serius ketus tegar tegas
ilustrasi perempuan marah memilih diam. /Photo by Muhamad Lutfi

Syekh Ali Jaber mengingatkan bahwa amarah adalah emosi yang harus dijinakkan, bukan dibiarkan berkobar. "Jangan biarkan amarah menguasai hati dan pikiran. Jika kita biarkan, maka kita akan terjebak dalam lingkaran setan yang mempengaruhi perilaku kita," katanya.

Ia menekankan pentingnya memiliki kontrol penuh atas diri sendiri, terutama saat menghadapi situasi yang memancing emosi.

Menurutnya, amarah yang tidak dikendalikan dapat merusak hubungan baik dengan orang lain. Banyak kasus perselisihan, baik di keluarga maupun masyarakat, yang terjadi karena orang tidak mampu mengendalikan amarah.

"Banyak keluarga hancur karena amarah. Karena satu kata yang keluar saat marah, hubungan yang sudah dibangun bertahun-tahun bisa hancur dalam sekejap," ujar Syekh Ali Jaber.

Ia mengajak setiap orang untuk selalu berhati-hati dalam berkata-kata, terutama saat emosi sedang memuncak. "Lisan adalah alat yang sangat tajam. Kata-kata yang kita ucapkan bisa menjadi pisau yang melukai hati orang lain," tegasnya. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah salah satu kunci penting dalam menjaga keharmonisan hubungan sosial.

Syekh Ali Jaber juga mengingatkan bahwa menahan amarah bukan berarti menahan semua perasaan. "Menahan amarah bukan berarti memendam masalah. Jika ada sesuatu yang perlu diselesaikan, bicarakan dengan baik setelah emosi mereda," sarannya. Menurutnya, menahan amarah adalah cara untuk menjaga agar masalah tidak semakin membesar.

Dalam penutup ceramahnya, Syekh Ali Jaber mengajak umat Islam untuk selalu introspeksi diri dan menjaga hubungan baik dengan sesama. "Jangan biarkan amarah merusak hubungan kita dengan orang lain. Jadilah orang yang sabar dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah," pesan Syekh Ali Jaber.

Dengan menahan amarah, seseorang bisa menjaga keharmonisan hidup dan mendapatkan keberkahan dari Allah.

Pesan Syekh Ali Jaber ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk selalu menjaga lisan, terutama saat emosi sedang memuncak. Dengan menjaga lisan, kita bisa terhindar dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya