Kocak, daripada untuk Biaya Politik, Uang Rp50 Miliar Mending Buat Nikah Lagi dan Bangun Masjid Kata Ustadz Das'ad Latif

Melalui gambaran besaran uang Rp50 miliar, Ustadz Das'ad Latif mengungkapkan bagaimana dana besar tersebut sering kali dihabiskan untuk kepentingan pribadi dan politik tanpa memikirkan amanah kepada masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 22:30 WIB
Ustadz Das'ad Latif
Ustadz Das'ad Latif (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang rela menghabiskan uang dalam jumlah besar demi meraih posisi sebagai pejabat, seperti bupati atau wakil bupati, bahkan posisi lebih tinggi. Fenomena ini terjadi karena jabatan politik sering kali dipandang sebagai jalan menuju kekuasaan, pengaruh, dan akses terhadap berbagai sumber daya yang bisa mendatangkan keuntungan, baik secara materi maupun prestise.

Ambisi untuk berkuasa dan keinginan untuk membalas budi kepada pendukung politik mereka sering mendorong para calon pejabat untuk mengeluarkan dana besar selama masa kampanye, meski risikonya tinggi dan prosesnya penuh tantangan.

Ustadz Das'ad Latif kembali menarik perhatian publik lewat ceramahnya yang penuh sindiran, kali ini dengan membahas fenomena biaya politik yang kerap dipakai para pejabat atau calon pemimpin.

Melalui gambaran besaran uang Rp50 miliar, Ustadz Das'ad mengungkapkan bagaimana dana besar tersebut sering kali dihabiskan untuk kepentingan pribadi dan politik tanpa memikirkan amanah kepada masyarakat. Ceramah ini dikutip dari sebuah tayangan di kanal YouTube @ANJABI.CHANNEL.

Dalam ceramahnya, Ustadz Das'ad menggambarkan bagaimana uang sebesar Rp50 miliar sering kali digunakan oleh calon pejabat untuk biaya politik, misalnya dalam pencalonan sebagai bupati atau jabatan lainnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ini yang Dilakukan

Ilustrasi Menikah
Ilustrasi menikah (dok. Pixabay.com/StockSnap)

"Kalau saya punya uang Rp50 miliar, Pak, Rp10 miliar saya pakai sogok istriku supaya saya bisa kawin lagi," katanya dengan gaya khas yang humoris namun penuh sindiran tajam.

Ia menjelaskan bahwa uang tersebut lebih sering dinikmati untuk kepentingan pribadi daripada dipakai untuk kemaslahatan rakyat.

Dalam tayangan tersebut, Ustadz Das'ad melanjutkan ceritanya dengan mengatakan bahwa Rp5 miliar dari uang tersebut akan digunakan untuk membangun masjid,

"Rp5 miliar saya bikin masjid atas nama istri saya dan ibu saya, jadi saya buatkan 2 masjid," ujarnya sambil tersenyum. Namun, sindiran ini jelas menyasar kepada pejabat yang menggunakan dana politik untuk pencitraan daripada benar-benar melayani rakyat.

"Masih ada sisanya Sekian miliar, pak. Ngapain kita mau jadi pemimpin habis duit kalau hanya membuat kita masuk neraka?" ujarnya dengan tegas. Ia memperingatkan bahwa jabatan tanpa amanah hanya akan menjerumuskan pemimpin ke dalam kerugian, baik dunia maupun akhirat.

Dalam ceramahnya yang disampaikan dengan nada tegas dan penuh humor, Ustadz Das'ad Latif mengingatkan para pejabat dan calon pemimpin untuk tidak terlena dengan kekuasaan dan uang yang dihabiskan untuk politik.

"Ngapain kita habiskan duit banyak cuma buat jadi bupati atau pejabat kalau akhirnya kita masuk neraka?" tegasnya.

Ia juga menegaskan bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal mendapatkan kekuasaan dengan biaya politik yang besar, tetapi juga tentang tanggung jawab dan amanah yang harus dijalankan dengan baik.

"Ini gunanya saya nasihati bapak, makanya jangan marah. Bapak mau marah, nggak apa-apa, saya juga mau pulang," tambahnya dengan nada yang tetap humoris namun tajam.

Jangan Terbuai Kekuasaan

Ilustrasi menjadi raja
Ilustrasi menjadi raja. (Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/bidak-catur-260024/)

Menurut Ustadz Das'ad, amanah dalam kepemimpinan adalah hal yang sangat penting dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. "Amanah itu abstrak, tapi gampang kok dilihat kalau dia incumbent. Lihat saja janji-janji kampanye lima tahun yang lalu, kalau tidak dilaksanakan, ya ganti saja," tegasnya.

Sindiran ini jelas ditujukan kepada para pejabat yang mengumbar janji-janji politik saat kampanye, tetapi kemudian melupakannya setelah terpilih. Ustadz Das'ad menekankan bahwa janji yang tidak ditepati adalah bentuk ketidakamanahan yang harus dihindari oleh setiap pemimpin.

Dalam ceramah ini, Ustadz Das'ad juga menyoroti betapa banyaknya uang yang dihabiskan untuk biaya politik, tetapi tidak diimbangi dengan tanggung jawab yang baik.

Menurutnya, jika uang tersebut digunakan hanya untuk memenangkan pemilihan tanpa memperhatikan amanah yang diemban, maka hal itu akan menjadi bencana, baik bagi pemimpin maupun masyarakat.

Ia mengingatkan bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal memenangkan pemilihan dengan biaya besar, tetapi tentang bagaimana menjalankan amanah yang telah dipercayakan oleh rakyat.

"Kalau tidak amanah, yang rugi bukan hanya diri sendiri, tapi juga masyarakat yang dipimpin," ujarnya.

Ustadz Das'ad dengan tegas mengingatkan bahwa semua yang dilakukan oleh seorang pemimpin akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. "Pemimpin itu tanggung jawabnya besar, nggak main-main. Kalau tidak amanah, siap-siap masuk neraka," sindirnya.

Melalui sindiran ini, Ustadz Das'ad juga memberikan peringatan keras bagi para calon pemimpin yang berambisi mendapatkan kekuasaan dengan menghabiskan uang dalam jumlah besar, tetapi lupa dengan tanggung jawab setelah mendapatkan jabatan.

Ceramah ini menjadi refleksi bagi banyak pihak, terutama bagi para calon pemimpin dan pejabat yang sedang atau akan mencalonkan diri. Ustadz Das'ad menegaskan bahwa biaya politik yang besar tidak seharusnya menjadi alasan untuk melupakan amanah dan tanggung jawab kepada rakyat.

"Jangan sampai kita terbuai dengan kekuasaan, lupa dengan amanah yang harus dipertanggungjawabkan," tambahnya.

Melalui ceramah yang penuh sindiran dan analogi uang Rp50 miliar, Ustadz Das'ad Latif mengingatkan bahwa jabatan adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, bukan hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Pesan ini menjadi pengingat bagi para pemimpin dan calon pemimpin untuk selalu menjalankan amanah yang telah diberikan oleh rakyat dengan sebaik-baiknya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya