Respons Cerdas Nabi Muhammad SAW saat Kafir Makkah Minta Tuhan Banyak, Dikisahkan Gus Baha

Kafir Makkah, yang masih terjebak dalam kepercayaan lama, merasa bahwa satu Tuhan tidak cukup untuk mengatur kehidupan mereka yang penuh masalah dan kompleksitas. Mereka bahkan menilai bahwa memiliki tiga dewa, yakni Lata, Uzza, dan Hubal, masih kurang dalam menyelesaikan segala persoalan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2024, 12:30 WIB
gus baha 23
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Keindahan ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW tidak hanya terletak pada isi ajarannya, tetapi juga pada kecerdasan luar biasa dan kebijaksanaan beliau dalam menyampaikannya.

Kisah-kisah inspiratif tentang kemampuan Nabi dalam menjelaskan konsep tauhid kepada kaum kafir Makkah kerap menjadi pembelajaran penting, terutama dalam hal logika yang digunakan.

Gus Baha, ulama yang terkenal alim alamah dan terkemuka dikenal selalu menyampaikan ceramahnya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kali ini, dia mengisahkan bagaimana Nabi Muhammad SAW menghadapi kaum kafir Makkah yang memiliki pemahaman sangat keliru tentang konsep ketuhanan.

Kafir Makkah, yang masih terjebak dalam kepercayaan lama, merasa bahwa satu Tuhan tidak cukup untuk mengatur kehidupan mereka yang penuh masalah dan kompleksitas. Mereka bahkan menilai bahwa memiliki tiga dewa, yakni Lata, Uzza, dan Hubal, masih kurang dalam menyelesaikan segala persoalan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

bagi Kaum Kafir Makkah, Satu Tuhan Tidak Cukup, Urusannya Banyak

FOTO: Melatih Elang di Gurun Liwa Abu Dhabi
ilustrasi orang Arab. (Karim SAHIB/AFP)

“Muhammad, kita ini urusannya banyak, hutang kita banyak, masalah kita banyak. Kalau Tuhan cuma satu, bagaimana mungkin cukup untuk mengurus semuanya?” begitulah ucapan para kafir Makkah, yang dinilai sangat tidak logis oleh Nabi Muhammad SAW, dikutip dari kanal YouTube @Referensiagama.

Mereka menganggap semakin banyak Tuhan, semakin besar pula peluang masalah mereka terselesaikan. Sebuah pemikiran yang jelas menunjukkan ketidakpahaman mereka tentang konsep tauhid.

Namun, Nabi Muhammad SAW tidak marah mendengar pandangan keliru ini. Dengan penuh kesabaran, beliau menjawab menggunakan logika yang sangat sederhana dan mudah dimengerti. Gus Baha menggambarkan bagaimana Nabi, dengan kelembutan dan kecerdasannya, menjelaskan bahwa memiliki satu Tuhan justru lebih baik daripada memiliki banyak dewa. Jawaban yang Nabi berikan membuat para kafir Makkah berpikir ulang.

Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang sangat relatable dan logis bagi masyarakat saat itu. "Hai kaumku, kalau kamu jadi buruh atau pembantu, lebih senang mana: punya satu majikan atau banyak majikan?" tanya Nabi. Kaum kafir Makkah, yang terbiasa hidup dalam sistem perbudakan, langsung memahami analogi ini. Mereka tahu betul betapa sulitnya bekerja di bawah banyak majikan yang memiliki perintah berbeda-beda.

Gus Baha menjelaskan bahwa jawaban para kafir Makkah sangat jujur. Mereka mengakui bahwa memiliki banyak majikan akan membuat hidup semakin repot. Setiap majikan memiliki keinginan dan perintah yang berbeda, dan mengikutinya akan menjadi beban yang sangat berat. "Ya, kalau majikannya banyak, pasti perintahnya beda-beda dan bikin repot," ungkap mereka, sebagaimana dikisahkan oleh Gus Baha.

Setelah itu, Nabi Muhammad SAW dengan bijaksana menyampaikan poin utamanya. Jika dalam kehidupan sehari-hari mereka merasa repot memiliki banyak majikan, maka bayangkan bagaimana repotnya jika memiliki banyak Tuhan. Setiap Tuhan punya keinginan dan perintah sendiri-sendiri, yang tentu akan membuat hidup penuh kebingungan.

“Tuhan itu seperti majikanmu. Kalau banyak, pasti perintahnya beda-beda, dan kamu akan bingung,” jelas Nabi.

 

Kecerdasan Nabi Muhammad SAW Bukti Keagungan Allah SWT

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

Jawaban Nabi Muhammad SAW ini benar-benar membuka hati dan pikiran para kafir Makkah. Mereka akhirnya mulai memahami konsep tauhid dengan lebih baik. Gus Baha menekankan betapa luar biasanya kecerdasan Nabi dalam menyampaikan ajaran tauhid. Dengan pendekatan logis dan mudah dipahami, Nabi mampu menyentuh akal dan hati orang-orang yang selama ini sulit menerima ajaran Islam.

Kecerdasan Nabi ini disebut dengan fatonah, yaitu kemampuan artikulatif yang tinggi dalam menjelaskan sesuatu dengan cara yang masuk akal dan dapat diterima oleh siapa saja. Gus Baha menyebutkan bahwa ini adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang membuat banyak orang, termasuk kaum kafir Makkah, akhirnya memeluk Islam. Cara Nabi yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan menjadi teladan yang tak ternilai.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mengingatkan bahwa kemampuan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah adalah bukti bahwa Islam adalah agama yang logis dan penuh hikmah. Tidak ada paksaan dalam ajaran yang disampaikan Nabi, karena semuanya dijelaskan dengan pemahaman yang sangat rasional dan menenangkan. Hal ini membuat banyak orang berbondong-bondong masuk Islam setelah mendengar penjelasan beliau.

Nabi Muhammad SAW juga dikenal karena tidak pernah memaksa orang lain untuk menerima ajaran Islam secara kasar. Sebaliknya, beliau selalu mengedepankan logika dan kasih sayang. Gus Baha mencontohkan bagaimana cara Nabi ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menyampaikan ajaran dengan kelembutan dan logika yang bisa diterima adalah kunci utama dalam berdakwah yang efektif.

Kisah ini menunjukkan bahwa kecerdasan Nabi Muhammad SAW bukan hanya soal ilmu agama, tetapi juga kemampuan sosial yang luar biasa. Nabi selalu tahu bagaimana cara terbaik untuk berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, termasuk orang-orang yang awalnya sangat menentang ajaran Islam. Inilah yang membuat Nabi menjadi sosok yang dihormati, bahkan oleh musuh-musuhnya.

Gus Baha mengajak semua umat Islam untuk meneladani kecerdasan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Menyampaikan kebaikan dengan cara yang lembut dan logis akan membuat pesan yang dibawa lebih mudah diterima. Sikap yang sabar dan bijaksana juga akan membuat orang-orang lebih terbuka untuk mendengarkan dan memahami ajaran yang disampaikan.

Sebagai penutup, Gus Baha menyampaikan bahwa kecerdasan Nabi Muhammad SAW adalah bukti keagungan Islam. Semua ajaran yang disampaikan Nabi didasarkan pada hikmah dan kebenaran yang bisa dirasakan oleh siapa saja. Umat Islam diajak untuk tidak hanya memahami ajaran Islam secara tekstual, tetapi juga kontekstual, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya