10 Penyebab Senantiasa Merasa Miskin dan Kurang Rezeki Harta, Muhasabah

Perasaan tidak cukup terhadap apa yang dimiliki seringkali melekat pada sifat manusia. Berikut di antara penyebab seseorang terus merasa miskin dan kekurangan harta.

oleh Putry Damayanty diperbarui 17 Nov 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2024, 04:30 WIB
Ilustrasi kemiskinan, masalah sosial
Ilustrasi kemiskinan, masalah sosial. (Image by lachetas on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu nikmat yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia adalah rezeki. Rezeki ada banyak jenisnya, namun rezeki berupa harta benda, seringkali menjadi tolok ukur dari kekayaan seseorang.

Allah sebagai pemberi rezeki, sesungguhnya tidak pernah membeda-bedakan bentuk rezeki-Nya kepada umat manusia. Akan tetapi, masih banyak dijumpai orang-orang yang merasa kurang akan nikmat yang telah diberikan.

Mereka selalu merasa miskin dan menganggap bahwa rezeki yang diberikan tidak cukup bagi dirinya. Inilah yang disebut dengan kufur nikmat. Rasulullah SAW bersabda: 

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا، وَلاَ يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ

Artinya: “Andai Bani Adam memiliki dua lembah yang penuh dengan harta, maka dia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut bani Adam kecuali tanah (yaitu kematian)” (HR. Bukhari no. 6436 dan Muslim no. 1048). 

Maka dari itu, sebagai umat muslim hendaklah kita mengetahui sebab-sebab diri selalu merasa miskin dan kurang harta, sebagai pedoman agar tidak melakukan hal serupa. Berikut uraiannya dirangkum dari laman muslim.or.id. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Terlalu Berambisi pada Dunia

Ilustrasi emas harta karun
Ilustrasi emas harta karun (iStock)

Seseorang yang ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah SWT akan jadikan kefakiran di depan matanya sehingga ia merasa selalu miskin. 

Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

Artinya: “Barangsiapa ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefakiran di depan matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang ambisi terbesarnya adalah akhirat, Allah akan mudahkan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam ia tidak menyangkanya.” (HR. Ahmad)

Ketika seseorang masih berambisi pada dunia, maka ia akan merasa kecewa terhadap apa yang ia miliki. Sesuai dengan penjelasan Ibnu Qayyim rahimahullah:

“Pecinta dunia tidak lepas dari tiga hal: kegalauan yang terus menerus, kelelahan yang terus menerus, dan kekecewaan yang tiada berakhir.” (Ighatsatul Lahafan, 1/37)

2. Jahil terhadap ilmu agama

Hakikatnya, seseorang yang memahami ilmu agama, maka ia akan jauh dari perihal cinta dunia dan sadar akan akhirat sebagai tujuannya. 

Dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 79 dan 80 Allah sudah mengisahkan tentang Qarun:

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ

Artinya: “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.”” 

Orang yang berilmu akan memahami mengenai kekayaan yang hakiki bukanlah harta benda, namun kekayaan hakiki adalah kayanya hati. Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya: “Bukanlah kekayaan itu adalah banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” (HR. Muslim no. 6446, Muslim no. 1051)

3. Mengikuti bisikan setan

Bisikan setan pada manusia untuk melakukan maksiat dan berbuat bid’ah telah tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 268:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” 

Ketika seseorang telah terbawa akan bisikan-bisikan setan, maka ia akan terus menerus merasa kurang sehingga akhirnya ia akan menjalani jalan haram untuk mendapatkan harta. 

4. Banyak Bergaul dengan Orang Kaya

Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik
Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik

Orang yang bergaul dengan orang kaya, yang memiliki harta lebih banyak darinya, maka ia akan menganggap remeh akan nikmat Allah yang didapatkan. 

Rasulullah SAW bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Artinya: “Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan sebaliknya, banyak bergaul dengan orang yang miskin serta lemah akan melembutkan hati dan menjauhkan jiwa dari cinta dunia. 

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata:

“Ada seorang yang mengeluhkan kerasnya hatinya kepada Rasulullah SAW. Maka beliau bersabda kepada orang tersebut: “Jika engkau ingin melembutkan hatimu, berilah makanan pada orang miskin dan usaplah kepada anak yatim.” (HR. Ahmad, 2/263)

5. Kurang mensyukuri nikmat kecil

Jika hal-hal kecil tidak disyukuri, maka nikmat-nikmat yang besar juga tidak akan disyukuri, sehingga seseorang akan merasa selalu kurang. 

Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya:

مَن لا يشكرُ القَليلَ لا يَشكرُ الكثيرَ

Artinya: “Orang yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia tidak akan bersyukur pada nikmat yang banyak.” (HR. Ahmad no. 18449)

6. Hati yang sakit dan mati

Ketika hati seseorang telah sakit dan mati, maka ia tidak akan merasakan apapun dalam ibadahnya. Ia akan jauh dari rasa bertawakkal kepada Allah, husnuzan, qana’ah, dan syukur. 

Sebagaimana hadis Rasulullah SAW kepada Abu Dzar: 

أَفَتَرى قِلَّةَ المالِ هو الفقرَ ؟ . قلتُ : نعم يا رسولَ اللهِ ! قال : إنما الغنى غنى القلبِ ، و الفقرُ فقرُ القلبِ

Artinya: “Apakah kalian menyangka kefakiran itu adalah kekurangan harta?” Abu Dzar menjawab. “iya wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya kekayaan hakiki itulah kekayaan hati, dan kefakiran itu adalah kefakiran hati.”” (HR. Ibnu Hibban no. 685, Al-Hakim no. 7929). 

Hakikatnya, hati yang sehat akan merasakan ketenangan dan manisnya iman, tidak ada perasaan susah karena kurangnya harta. 

7. Kurang Ibadah

Ilustrasi sholat di rumah
Ilustrasi sholat di rumah. Photo by Michael Burrows:

Allah menjanjikan orang yang banyak beribadah akan diberikan rasa lapang di dada dan akan dicegah dari kefakiran. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ يقولُ يا ابنَ آدمَ : تَفَرَّغْ لعبادَتِي أملأْ صدركَ غِنًى وأسُدُّ فقرَكَ ، وإِنْ لَّا تفعلْ ملأتُ يديْكَ شُغْلًا ، ولم أسُدَّ فقْرَكَ

Artinya: “Allah azza wa jalla berfirman: Wahai manusia! Habiskan waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kecukupan dan akan Aku tutup kefakiran. Jika engkau tidak melakukannya, maka akan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.” (HR. At-Tirmidzi)

8. Penghasilan atau pekerjaan yang haram

Harta yang didapatkan dengan cara yang haram tidak akan mendapatkan keberkahan di dalamnya. Semua yang didapatkan akan terasa kurang dan sedikit kebaikannya. Salah satu harta haram adalah riba. 

Terkait harta yang haram ini, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur;an surah Al-Baqarah ayat 276:

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Artinya: “Allah menghancurkan harta riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”  

9. Tidak mau bekerja dan malas

Ketika seseorang tidak mau berusaha dan malas dalam mencari rezeki, akan sulit lepas dari kefakiran, terlebih laki-laki yang merupakan kepala keluarga. 

Rasulullah bersabda: 

“Wahai para pembaca Al-Qur’an (yaitu ahli ibadah), angkatlah kepada kalian (baca bekerjalah!), sehingga teranglah jalan. Lalu berlombalah dalam kebaikan. Dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

Laki-laki dalam islam, tidak boleh malas dalam bekerja, karena mereka akan bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah keluarganya.

10. Jarang berdoa

Setiap muslim diperintahkan untuk senantiasa berdoa kepada Allah dan bersholawat kepada Rasulullah SAW. Seperti halnya yang terdapat dalam hadis Rasulullah SAW:

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran…ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur…tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau.” (HR. Abu Daud no. 5092)

Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Nabi Muhammad SAW biasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Artinya: “(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, keterjagaan, dan kekayaan.” (HR. Muslim no. 2721, At-Tirmidzi no. 3489, Ibnu Majah no. 3105, Ibnu Hibban no. 900 dan yang lainnya.)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya