Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, menyampaikan nasihat mengenai keikhlasan dalam mengajar agama. Ia menekankan pentingnya mengembalikan niat kepada tujuan akhirat, terutama bagi para pengajar agama.
Dalam salah satu ceramahnya, UAH menyoroti fenomena pengajar agama yang lebih berorientasi pada dunia dibandingkan pada akhirat. Menurutnya, hal ini mencerminkan hati yang tidak terarah dan ilmu yang kehilangan keberkahan.
Advertisement
Ceramah ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @hasuriaceng8823. UAH menjelaskan bahwa seorang pengajar agama seharusnya menanamkan niat yang murni untuk mendekatkan diri kepada Allah. Namun, jika niatnya telah berubah menjadi mencari keuntungan duniawi, maka hal tersebut akan merusak keberkahan ilmu yang diajarkan.
Advertisement
"Salah satu tanda hati yang mati adalah ketika seorang pengajar berbicara tentang akhirat, tetapi niatnya hanya untuk dunia," ujar UAH dalam ceramah tersebut.
Menurut UAH, pengajar seperti ini sering kali menampilkan kesan religius melalui pakaian atau gaya bicara, namun hatinya penuh dengan ambisi duniawi.
Ia juga menyoroti kebiasaan beberapa pengajar yang menetapkan tarif tinggi untuk mengajar. UAH menilai bahwa orientasi ini tidak sesuai dengan prinsip bahwa rezeki telah diatur oleh Allah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kehilangan Berkah saat Pengajarnya Orientasinya Duniawi
"Misalnya, ketika seseorang ditanya, 'Ngajar di mana? Gajinya berapa?' dan yang menjadi fokus adalah gaji, maka ilmu yang disampaikan akan kehilangan keberkahannya," jelasnya.
UAH menekankan bahwa seorang pengajar agama memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keikhlasan. Jika tidak, ilmu yang diajarkan bisa menjadi tidak efektif dalam mendekatkan murid-murid kepada Allah.
Dalam ceramahnya, UAH juga mengingatkan bahwa ilmu yang tidak berkah tidak hanya merugikan pengajarnya, tetapi juga murid-muridnya. Mereka bisa terpengaruh oleh niat yang salah dari pengajarnya.
UAH memberikan contoh bagaimana pengajar yang hanya mengejar dunia sering kali kehilangan tujuan utama dari mengajar agama. Mereka menjadi lebih fokus pada materi duniawi daripada mendidik murid untuk mencintai Allah.
Ia mengingatkan bahwa niat yang murni adalah kunci utama dalam mendapatkan keberkahan ilmu. Niat ini tidak hanya berlaku bagi pengajar agama, tetapi juga bagi siapa saja yang berusaha menyampaikan kebaikan.
"Ilmu itu harus disampaikan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk keuntungan pribadi," tegasnya.
UAH juga mengajak para pengajar untuk merenungkan tujuan mereka mengajar. Ia menekankan bahwa hanya dengan niat yang tulus, ilmu bisa menjadi cahaya yang membimbing manusia menuju Allah.
Advertisement
Sebaiknya Perbarui Niatnya
Menurut UAH, penting bagi setiap pengajar untuk selalu memperbarui niatnya agar tidak terjebak dalam ambisi duniawi. Hal ini akan membantu mereka menjaga keberkahan ilmu yang diajarkan.
Ia juga menekankan pentingnya introspeksi bagi para pengajar. Jika seorang pengajar merasa bahwa niatnya telah bergeser, ia harus segera memperbaikinya sebelum ilmu yang diajarkan kehilangan esensinya.
Selain itu, UAH mengingatkan bahwa keberkahan ilmu bukan hanya dinilai dari seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi juga dari dampaknya dalam mendekatkan seseorang kepada Allah.
"Keberkahan ilmu terlihat dari bagaimana ilmu itu mampu membawa orang semakin taat kepada Allah," tambahnya.
Pesan ini, menurut UAH, menjadi pengingat penting bagi semua pihak, baik pengajar maupun murid, untuk selalu menjaga niat dalam setiap aktivitas yang berhubungan dengan agama.
Ceramah ini sekaligus menjadi peringatan agar tidak terjebak dalam rutinitas mengajar tanpa memperhatikan esensi dari ilmu agama itu sendiri.
UAH berharap agar para pengajar agama dapat menjadi teladan yang baik dengan menunjukkan keikhlasan dalam setiap langkah mereka. Dengan begitu, ilmu yang diajarkan akan memberikan manfaat yang besar, baik di dunia maupun di akhirat.
Pesan ini menutup ceramah UAH dengan mengingatkan bahwa tujuan utama dari mengajar agama adalah mendekatkan manusia kepada Allah, bukan mengejar keuntungan duniawi.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul