Sudah Diberi Nasihat tapi Tak Mau Bertobat, Begini Nasihat UAH

Yang membedakan manusia dari setan adalah kemauan untuk berubah. Setan tidak punya itu, tetapi manusia punya. Jadi, manfaatkanlah peluang ini dengan baik.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2025, 20:30 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 20:30 WIB
UAH (SS: YT @triasyogipamungkas73)
Ustadz Adi Hidayat (SS: YT @triasyogipamungkas73)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Malaikat, setan, dan manusia memiliki karakteristik yang berbeda dalam menjalankan tugasnya di dunia. Malaikat selalu mendorong kepada kebenaran tanpa pernah salah. Di sisi lain, setan konsisten mendorong pada keburukan dan tak pernah mengenal kebenaran.

Di antara keduanya, ada manusia, makhluk yang bisa salah tetapi diberi peluang untuk bertobat dan kembali kepada jalan yang benar.

Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, menjelaskan fenomena ini dalam sebuah kajian yang membahas karakter manusia dan hubungannya dengan sifat malaikat dan setan.

“Manusia itu unik. Malaikat tidak pernah salah, setan tidak pernah benar. Tapi manusia berada di tengah-tengah: bisa salah, tapi juga bisa kembali ke jalan kebenaran melalui tobat,” ujar UAH. Penjelasan ini dirangkum dari tayangan di kanal YouTube @amalsunnah.

UAH memberikan contoh kisah Nabi Adam sebagai manusia pertama. Adam pernah melakukan kesalahan ketika melanggar perintah Allah. Namun, karena sifat manusia yang berbeda dari setan, Adam diberi peluang untuk bertobat.

“Adam salah, lalu ia bertobat. Tapi setan, ketika melakukan kesalahan, tidak mau bertobat karena jiwanya memang cenderung kepada kesalahan. Itu sebabnya, jika ada manusia yang berbuat salah, jangan langsung divonis. Doakan saja supaya ia kembali ke jalan kebaikan,” kata UAH.

Menurut UAH, ada prinsip penting yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tidak mudah menghakimi seseorang yang melakukan kesalahan. Sebaliknya, memberikan ruang bagi orang tersebut untuk berubah menjadi lebih baik.

“Kalau ada yang tidak mau bertobat meski sudah diberi nasihat, patut ditanya, ini manusia atau setan? Tentu saja ini hanya guyon,” ujar UAH sambil tersenyum.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Sudah Tahu Beda Setan dan Manusia?

Ilustrasi Malaikat (SS: YT Riski Nur Hidayah)
Ilustrasi Malaikat (SS: YT Riski Nur Hidayah)... Selengkapnya

Dalam penjelasannya, UAH juga menekankan pentingnya memahami bahwa manusia bukan malaikat dan bukan pula setan. Hal ini akan menciptakan keharmonisan dalam hubungan, baik dalam keluarga maupun di masyarakat.

“Kalau suami tahu istrinya bukan malaikat, dan istri tahu suaminya bukan setan, tidak akan ada yang saling menyalahkan. Kehidupan rumah tangga jadi lebih damai,” tambahnya.

Selain itu, UAH menjelaskan bahwa manusia memiliki potensi besar untuk memperbaiki diri karena Allah memberikan akal dan hati sebagai panduan. Namun, setan selalu berusaha menghalangi manusia agar tidak memanfaatkan potensi tersebut.

Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa setan berjanji untuk menggoda manusia dari segala arah. Namun, manusia yang senantiasa mengingat Allah akan dilindungi dari godaan tersebut.

Menurut UAH, doa dan taubat adalah dua hal yang menjadi senjata utama manusia untuk melawan godaan setan. Dengan keduanya, manusia dapat kembali kepada jalan yang benar meskipun pernah melakukan kesalahan.

“Yang membedakan manusia dari setan adalah kemauan untuk berubah. Setan tidak punya itu, tetapi manusia punya. Jadi, manfaatkanlah peluang ini dengan baik,” tegas UAH.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan orang yang langsung menghakimi kesalahan orang lain tanpa memberikan kesempatan untuk berubah. Padahal, kata UAH, sikap seperti itu justru bisa menjauhkan seseorang dari jalan kebaikan.

 

Ajakan untuk Introspeksi

Ilustrasi doa, ibadah, muslim, Islam
Ilustrasi introspeksi diri. (Photo by Imad Alassiry on Unsplash)... Selengkapnya

“Kalau kita langsung menyalahkan atau menghukum, kadang orang jadi enggan untuk berubah. Sebaliknya, jika kita rangkul dengan kasih sayang, mereka lebih mudah menerima kebenaran,” jelas UAH.

UAH juga mengajak umat Islam untuk selalu introspeksi diri. Jangan sampai kita menjadi orang yang lebih mudah mencari kesalahan orang lain daripada memperbaiki diri sendiri.

“Kita ini manusia, bukan malaikat. Jadi wajar kalau sesekali salah. Tapi, jangan lupa, tugas kita adalah kembali kepada kebenaran, bukan tenggelam dalam kesalahan,” katanya.

Dengan memahami posisi manusia di antara malaikat dan setan, UAH meyakini bahwa kehidupan akan menjadi lebih damai. Konflik dalam keluarga, masyarakat, bahkan bangsa, bisa diminimalisir jika semua orang memahami prinsip ini.

Allah telah memberikan panduan dalam Al-Qur’an tentang bagaimana manusia seharusnya bersikap terhadap sesama. Dengan saling mendoakan dan memberi kesempatan untuk bertobat, kebaikan akan lebih mudah tersebar.

UAH menutup dengan pesan bahwa manusia memiliki peluang besar untuk menjadi lebih baik selama masih hidup. Jangan pernah merasa terlalu suci, tetapi juga jangan merasa terlalu hina.

“Selama masih ada waktu, teruslah berusaha memperbaiki diri. Jangan biarkan godaan setan menjauhkan kita dari kebaikan. Ingat, kita ini manusia, bukan setan,” pungkas UAH.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya