Liputan6.com, Jakarta - KH Maimoen Zubair, atau akrab dikenal sebagai Mbah Moen, adalah seorang ulama besar yang juga dikenal sebagai politikus. Ia merupakan pengasuh tertinggi Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Sosoknya tidak hanya dihormati di Indonesia, tetapi juga di kalangan umat Islam dunia.
Salah satu santri kebanggaannya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjadi ulama terkemuka Indonesia. Selain jadi kebanggaan, Gus Baha juga dekat dengan Mbah Moen.
Advertisement
Gus Baha, murid kinasih Mbah Moen, mengisahkan momen haru ketika sang guru wafat. Dengan suara lirih, ia menceritakan bagaimana suasana di rumah Mbah Moen saat itu penuh dengan keheningan yang bercampur rasa syukur.
Advertisement
Dalam tayangan video yang dicuplik dari kanal YouTube @cahsantri9336, Gus Baha mengungkapkan bahwa saat Mbah Moen wafat pada hari Selasa, 5 Dzulhijah, dirinya sedang berada di dalam rumah sang ulama bersama beberapa keluarga, termasuk Gus Ubab, Gus Najih, dan Gus Kamil.
"Ketika itu, saya melihat mereka seperti masih tidak percaya bahwa abahnya telah wafat," ujar Gus Baha. "Namun, di balik itu, ada rasa syukur karena apa yang menjadi keinginan Mbah Moen selama ini telah menjadi kenyataan," tambahnya.
Gus Baha melanjutkan kisahnya dengan menirukan ucapan Mbah Moen sebelum wafat. "Aku nak mati Jumat berarti aku wali, nak mati Selasa aku yo wong alim," kata Mbah Moen. Ucapan ini menunjukkan kerendahan hati seorang ulama besar yang memilih menjadi orang alim dibandingkan dengan derajat wali.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Mbah Moen Menurut Gus Baha Sudah Mempersiapkannya
Keluarga besar Mbah Moen tetap rileks menghadapi situasi tersebut. Gus Baha menjelaskan bahwa segala sesuatu telah dipersiapkan dengan baik oleh Mbah Moen. "Ada beberapa pesan, termasuk tentang uang atau barang tertentu. Beliau juga berpesan kepada Gus Ubab, 'Bab, aku nak teko meneh balekno, nak aku ra teko bagi ning anak-anak.'"
Menurut Gus Baha, pesan tersebut menunjukkan betapa teraturnya kehidupan Mbah Moen, bahkan hingga akhir hayatnya. Semua hal telah diatur sedemikian rupa agar tidak menyulitkan keluarga yang ditinggalkan.
Mbah Moen, dalam berbagai kesempatan, sering mengungkapkan keinginannya untuk wafat dalam keadaan yang tenang dan penuh keberkahan. Hal ini diakui oleh Gus Baha sebagai sesuatu yang luar biasa.
"Beliau sudah mempersiapkan semuanya, mulai dari pesan-pesan kepada keluarga hingga nasihat kepada para santri," kata Gus Baha. Pesan-pesan tersebut menjadi petunjuk bagi keluarga dan santri untuk menjalankan hidup dengan penuh kebaikan.
Menurut Gus Baha, Mbah Moen meninggalkan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Salah satunya adalah bagaimana menjalani kehidupan dengan kesederhanaan, keikhlasan, dan ketulusan hati.
"Ketika wafat, Mbah Moen meninggalkan pesan moral yang sangat mendalam bagi kami semua. Pesannya tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga tindakan nyata yang bisa kami teladani," ungkap Gus Baha.
Advertisement
Warisan Nilai Kehidupan
Bagi Gus Baha, momen-momen bersama Mbah Moen adalah kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Ia merasa beruntung bisa menjadi salah satu murid yang mendapatkan banyak ilmu langsung dari sang ulama.
"Mbah Moen adalah sosok yang luar biasa. Beliau mengajarkan kepada kami bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain," tutur Gus Baha.
Kepergian Mbah Moen menjadi kehilangan besar bagi umat Islam, namun warisan ilmunya akan selalu abadi. Gus Baha berharap generasi muda dapat terus melanjutkan perjuangan Mbah Moen dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan penuh kasih sayang.
"Kita semua harus belajar dari kehidupan Mbah Moen. Jadikan beliau sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan yang penuh makna," pungkas Gus Baha.
Kisah wafatnya Mbah Moen yang disampaikan oleh Gus Baha tidak hanya mengajarkan tentang kehilangan, tetapi juga tentang keikhlasan dan persiapan menuju akhirat. Umat Islam diajak untuk selalu mempersiapkan diri dengan amal kebaikan dan menjalani hidup sesuai ajaran agama.
Dengan menahan air mata yang menetes, Gus Baha menutup ceritanya dengan doa. "Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan Mbah Moen dan menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya."
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul