Survei: Masyarakat Lebih Selektif Berbelanja Elektronik dan Produk Sekunder di Ramadan Tahun Ini

Masyarakat disebut lebih selektif dalam berbelanja elektronik serta produk-produk sekunder lainnya di Ramadan tahun ini. Demikian menurut hasil survei Populix terhadap 1.100 responden.

oleh Agustin Setyo Wardani Diperbarui 21 Feb 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 15:00 WIB
Rupiah Melemah, Harga Barang Elektronik Berpotensi Naik
Pekerja merapikan barang elektronik yang dijual di pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar rupiah yang bergerak melemah hingga menembus Rp 14.920 per dolar AS berpotensi mengerek harga barang elektronik. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hasil laporan Populix mengungkapkan, dibandingkan Ramadan tahun lalu, pada Ramadan 2025 ini masyarakat bakal lebih selektif berbelanja. Hal ini terlihat dari penurunan minat beli signifikan berbagai produk sekunder, mulai dari produk fesyen, perabot rumah tangga, dan barang elektronik.

Tak hanya itu, hasil survei yang sama juga menyebutkan, meskipun secara prioritas tidak terdampak signifikan, sebagian masyarakat akan mengurangi kualitas produk makanan dan minuman untuk mempertahankan kuantitasnya.

Hal ini berdasarkan laporan terbaru Populix tentang, Perilaku Belanja di Bulan Ramadan 2025. Survei ini melibatkan 1.100 responden yang 90 persen (mayoritas) adalah umat muslim.

Masih dari hasil survei, meski prioritas belanja masih sama, terjadi penurunan cukup signifikan untuk pembelian kebutuhan sekunder. Penurunan minat belanja pakaian dan barang-barang fesyen terjadi dari 78 persen ke 55 persen.

Minat masyarakat untuk membeli produk sekunder lain seperti perabot rumah tangga pun menurun dari 28 persen menjadi 11 persen.

Adapun penurunan minat belanja barang elektronik cukup signifikan, dari 16 persen menjadi 7 persen saja. Pun demikian dengan minat membeli properti berupa tanah dan bangunan secara signifikan.

Vice President of Research Populix, Indah Tanip, menjelaskan, "Pada Ramadhan ini, mayoritas masyarakat tidak segan menunda pembelian barang yang dianggap non-esensial, baik barang elektronik maupun produk mewah."

Presentase Pembelian Produk Makanan juga Diramalkan Berkurang

Sering Tak Dihiraukan, Ini Pentingnya Membaca Label Kemasan menurut BPOM
Membaca label nilai gizi pada kemasan makanan dan minuman ternyata penting. (Pexels/Mehrad Vosoughi)... Selengkapnya

Ia menambahkan, untuk pembelian produk makanan yang secara presentase prioritasnya sedikit berkurang, apabila diteliti ternyata juga turut berdampak dari segi kualitas.

Hal ini dilihat dari 42 persen responden yang menyatakan kalau pembelian makanan akan bergantung dari kebutuhan.

Namun, 33 persen responden cenderung akan memilih harga lebih murah dengan kualitas standar.

Responden laki-laki cenderung lebih memprioritaskan kuantitas, sedangkan responden perempuan cenderung menimbang kebutuhan sebelum membeli.

Tidak hanya itu, penurunan juga ditemui ketika Populix bertanya tentang pengurangan pembelian makanan dan minuman tidak esensial selama Ramadan.

Hasil survei menyebut, meski lebih dari separuh menyatakan akan sedikit mengurangi pembelian, sekitar 33 persen responden mengaku akan mengurangi secara signifikan.

Masyarakat Hindari Overspending

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

“Populix melihat perilaku konsumsi yang lebih selektif ini disebabkan oleh meningkatnya kewaspadaan untuk menghindari overspending selama Ramadan," kata Indah.

Meski begitu dari hasil survei pula diketahui kalau mayoritas masyarakat sebenarnya tidak terlalu mengotak-atik anggaran belanja mereka.

"Hal ini perlu menjadi catatan bagi para pengusaha, khususnya produsen dan ritel untuk menyesuaikan strategi pemasaran agar tetap bisa menarik pembeli di bulan Ramadan nanti,” ujarnya.

Adapun mayoritas responden yang disurvei berasal dari status ekonomi sosial menengah ke atas, dengan persentase laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang.

Mayoritas responden adalah karyawan, dengan status pernikahan lajang atau menikah dengan anak.

Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya