Liputan6.com, Jakarta Kaum Ad merupakan salah satu peradaban kuno yang kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai pelajaran bagi umat manusia. Sebagai keturunan dari Nabi Nuh AS, Kaum Ad dikenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan peradaban yang luar biasa dengan kekuatan fisik dan kemampuan membangun yang mengagumkan.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Sejarah mencatat bahwa Kaum Ad adalah generasi pertama yang menyembah berhala setelah peristiwa banjir besar di masa Nabi Nuh AS. Mereka mendiami wilayah antara Amman dan Hadramaut di Yaman, tepatnya di kawasan Al-Ahqaf atau bukit-bukit pasir. Di bawah kepemimpinan raja Syaddad, Kaum Ad berhasil menguasai lebih dari 1.000 suku dan melakukan berbagai penaklukan di wilayah Arab, Iraq, hingga Mesir.
Kemakmuran dan kekuatan yang dimiliki Kaum Ad sayangnya tidak membuat mereka bersyukur kepada Allah SWT. Sebaliknya, mereka menjadi kaum yang sombong dan ingkar, bahkan menolak dakwah Nabi Hud AS yang diutus untuk membimbing mereka. Penolakan dan kesombongan Kaum Ad inilah yang akhirnya membawa mereka pada kehancuran melalui azab yang mengerikan dari Allah SWT.
Berikut kisah lengkapnya, yang telah Liputan6.com rangkum pada Jumat (21/2).
Genealogi dan Asal-Usul Kaum Ad
Kaum Ad mendapatkan namanya dari leluhur mereka yang bernama Ad bin Us/Aush bin Aram/Iram bin Sem/Sam bin Nuh. Dalam sejarah, terdapat dua kelompok Kaum Ad yang dikenal - Kaum Ad awal dan Kaum Ad akhir. Kaum Ad awal merupakan generasi pengganti umat Nabi Nuh dan menjadi kaum pertama yang menyembah berhala setelah peristiwa banjir besar.
Allah SWT menyebutkan keberadaan Kaum Ad awal dalam Al-Qur'an Surat An-Najm ayat 50:
وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الْأُولَى
"Dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama."
Kaum Ad awal dikenal sebagai penyembah tiga berhala utama yang mereka namai Shamda, Shamud, dan Hira. Sementara Kaum Ad akhir muncul setelah kehancuran Kaum Ad awal, yang menurut beberapa sejarawan adalah sama dengan kaum Tsamud. Mereka berasal dari Qahthan dan Saba' yang juga berada di wilayah Yaman.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa pemukiman Kaum Ad berada di kawasan bernama Asy-Syihr, tepatnya di lembah Mughits. Wilayah ini merupakan daerah yang sangat subur dengan mata air melimpah, kebun-kebun yang luas, dan banyak hewan ternak. Allah SWT menggambarkan kemegahan peradaban mereka dalam Al-Qur'an Surat Al-Fajr ayat 6-8:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad?, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain."
Kaum Ad dianugerahi berbagai kelebihan oleh Allah SWT, termasuk postur tubuh yang tinggi dan kuat, serta kemampuan membangun yang luar biasa. Mereka mampu mendirikan bangunan-bangunan tinggi, istana-istana megah, dan benteng-benteng kokoh yang belum pernah ada bandingannya di masa itu.
Sayangnya, semua kelebihan ini membuat mereka menjadi kaum yang sombong dan sewenang-wenang. Mereka dikenal suka menyiksa dengan bengis dan menuruti perintah para penguasa yang durhaka. Allah SWT menggambarkan sikap mereka dalam Surat Asy-Syu'ara ayat 130:
وَإِذَا بَطَشْتُم بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ
"Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis."
Advertisement
Dakwah Nabi Hud AS kepada Kaum Ad
Melihat kesesatan Kaum Ad, Allah SWT mengutus Nabi Hud AS sebagai rasul untuk membimbing mereka. Nabi Hud AS sendiri merupakan keturunan dari Nabi Nuh AS, dengan nasab Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berasal dari suku Ad bin Aush bin Sam bin Nuh, sehingga Allah SWT mengutus beliau kepada kaumnya sendiri.
Nabi Hud AS berdakwah dengan penuh kesabaran, mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan berhala dan kembali kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A'raf ayat 65:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?'"
Namun Kaum Ad menolak dakwah Nabi Hud AS dengan kesombongan. Mereka menuduh beliau sebagai pembohong dan orang yang kehilangan akal. Bahkan mereka menantang Nabi Hud AS untuk mendatangkan azab yang beliau peringatkan. Allah SWT mengabadikan penolakan mereka dalam Surat Hud ayat 53:
قَالُواْ يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَن قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
"Kaum 'Ad berkata, 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.'"
Azab Allah SWT kepada Kaum Ad
Setelah penolakan yang berkepanjangan, Allah SWT menurunkan azab kepada Kaum Ad secara bertahap. Pertama, mereka dilanda kekeringan dan kemarau panjang selama tiga tahun yang membuat mereka sangat menderita. Dalam kondisi tersebut, mereka mengutus tujuh puluh orang untuk pergi ke Makkah memohon turunnya hujan.
Ketika para utusan tersebut berdoa di Makkah, Allah SWT memperlihatkan tiga macam awan: putih, merah, dan hitam. Mereka diminta memilih salah satu, dan pemimpin mereka, Qail bin 'Anaz, memilih awan hitam karena mengira akan membawa hujan yang lebat. Namun pilihan tersebut justru membawa malapetaka bagi mereka, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Ahqaf ayat 24:
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih."
Azab tersebut berupa angin topan yang sangat dingin dan kencang, berlangsung selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Angin ini menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya, termasuk bangunan-bangunan megah dan tubuh-tubuh Kaum Ad, hingga mereka mati bergelimpangan seperti tunggul pohon kurma yang telah lapuk. Hanya Nabi Hud AS dan pengikutnya yang beriman yang selamat dari azab tersebut, sebab angin itu terasa seperti angin segar yang menyejukkan bagi mereka.
Advertisement
Hikmah dan Pelajaran dari Kisah Kaum Ad
Kisah Kaum Ad yang diabadikan dalam Al-Qur'an menyimpan berbagai pelajaran berharga bagi umat manusia. Pertama, tentang bagaimana kekuatan dan kemakmuran dapat membuat manusia lupa diri dan sombong. Kaum Ad yang dianugerahi kelebihan fisik, kepandaian, dan kekayaan justru menggunakan semua itu untuk berbuat sewenang-wenang dan menindas yang lemah.
Allah SWT mengingatkan tentang kesombongan Kaum Ad dalam Surat Fushshilat ayat 15:
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
"Adapun kaum 'Ad, mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: 'Siapakah yang lebih kuat dari kami?' Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih kuat daripada mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami."
Pelajaran kedua adalah tentang pentingnya mensyukuri nikmat Allah SWT. Kaum Ad diberi kesuburan tanah, mata air yang melimpah, dan kemampuan membangun yang luar biasa. Namun alih-alih bersyukur, mereka justru menggunakan semua nikmat tersebut untuk berbuat maksiat dan menyekutukan Allah dengan menyembah berhala.
Kisah ini juga mengajarkan bahwa keberhasilan dakwah tidak selalu ditentukan oleh kedekatan hubungan darah. Meski Nabi Hud AS adalah bagian dari Kaum Ad sendiri, mayoritas kaumnya tetap menolak dakwahnya. Ini menunjukkan bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Qashash ayat 56:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Meski Kaum Ad telah musnah, jejak peradaban mereka masih menjadi objek kajian para sejarawan dan arkeolog. Beberapa peneliti meyakini bahwa reruntuhan peradaban Kaum Ad berada di kawasan Rub' al Khali, sebuah gurun pasir luas di semenanjung Arab bagian selatan.
Dalam Al-Qur'an, tempat tinggal Kaum Ad disebut sebagai "Iram yang memiliki bangunan-bangunan tinggi". Para ahli memiliki beragam interpretasi tentang Iram, ada yang menyebutnya sebagai nama kota, wilayah, atau merujuk pada suku Kaum Ad sendiri. Beberapa mengidentifikasikan Iram dengan kota Ubar atau wilayah Aram yang disebutkan dalam Alkitab.
Yang menarik, keberadaan Kaum Ad hanya disebutkan dalam Al-Qur'an dan tidak ditemukan dalam kitab Taurat. Para sejarawan meyakini hal ini terjadi karena fokus Taurat yang lebih mengkhususkan pada sejarah bangsa Ibrani. Namun, kisah tentang Kaum Ad tetap hidup dalam tradisi lisan bangsa Arab dan menjadi bagian penting dari sejarah peradaban manusia.
