Liputan6.com, Jakarta - Kejaksaan Agung Republik Indonesia tengah menyelidiki dugaan pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) yang melibatkan PT Pertamina Patra Niaga. Modus operandi yang terungkap adalah pembelian BBM jenis Pertalite yang kemudian dicampur untuk dijual sebagai Pertamax.
Praktik ini tentu saja merugikan masyarakat, terutama dari segi kualitas bahan bakar yang mereka beli dengan harga lebih tinggi.
Advertisement
Kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat dalam distribusi dan penjualan BBM agar tidak terjadi manipulasi yang merugikan konsumen. Selain merugikan dari segi finansial, pengoplosan BBM juga dapat berdampak pada performa kendaraan dan lingkungan akibat spesifikasi bahan bakar yang tidak sesuai standar.
Jika terbukti bersalah, pihak yang terlibat dapat dikenakan sanksi hukum yang berat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung diharapkan dapat mengungkap aktor-aktor yang bertanggung jawab serta memberikan efek jera bagi pelaku kecurangan serupa.
Masyarakat juga diimbau untuk lebih waspada dan melaporkan jika menemukan indikasi adanya praktik pengoplosan BBM di lingkungannya. Dengan demikian, sistem distribusi energi nasional dapat lebih transparan dan berkeadilan bagi semua pihak.
Dalam perspektif Islam, praktik semacam ini masuk dalam kategori penipuan dan pengkhianatan terhadap amanah. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dengan tegas melarang segala bentuk kecurangan dalam perdagangan, termasuk mencampur barang dengan kualitas yang berbeda tanpa transparansi kepada pembeli.
Kasus ini dapat menjadi refleksi bagi para pelaku usaha untuk selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam berbisnis.
Advertisement
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Dua Hadis Tentang Tindak Kecurangan
Dikutip dari NU Online, hal ini mengingatkan kita pada ancaman yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW mengenai praktik curang dalam jual beli, yang dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pelaku usaha. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من حمل علينا السلاح فليس منا، ومن غشنا فليس منا
Artinya, "Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Siapa pun yang mengangkat senjata kepada kami, maka ia bukan bagian dari kami. Dan siapa pun yang menipu kami, maka ia bukan bagian dari kami'." (HR Muslim)
Hadis ini memperingatkan bahwa menipu dalam perdagangan bukan hanya perbuatan tercela, tetapi juga mengeluarkan seseorang dari nilai-nilai keislaman yang sejati. Bahkan, dalam hadis lain Rasulullah SAW menegaskan secara spesifik tentang kecurangan dalam jual beli:
أن رسول الله مر على صُبرَةٍ طعامٍ، فأدخل يدَهُ فيها، فنالت أصابعُه بللاً، فقال: ما هذا يا صاحَبَ الطعامُ؟ قال: أصابَته السماءُ يا رسولَ اللهِ. قال: أفلا جعلتَهُ فوقَ الطعامِ كي يراهُ الناسُ؟ مَن غشَّ فَلَيسَ مِنِّي
Artinya, "Bahwa Rasulullah SAW melewati tumpukan makanan (di pasar), lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya. Ternyata jari-jarinya menyentuh bagian yang basah. Beliau bertanya, 'Apa ini, wahai pemilik makanan?' Ia menjawab, 'Makanan ini terkena hujan, wahai Rasulullah.' Maka beliau bersabda, 'Mengapa tidak engkau letakkan di bagian atas makanan agar dapat dilihat oleh orang-orang? Siapa saja yang menipu, maka ia bukan termasuk golonganku'." (HR Muslim).
Advertisement
Begini Nasib Pengoplos BBM dalam Islam
Dari hadis ini, dapat disimpulkan bahwa segala bentuk kecurangan, termasuk pengoplosan BBM, merupakan tindakan yang diharamkan dalam Islam. Para ulama menegaskan bahwa tindakan ini bukan hanya menzalimi konsumen, tetapi juga dapat mendatangkan murka Allah SWT.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pelaku kecurangan seperti ini sejatinya telah menjauh dari jalan Rasulullah SAW. Sedangkan Al-Munawi dalam Faydhul Qadir menegaskan bahwa sifat tamak dan rakus terhadap dunia dapat menyeret seseorang ke dalam api neraka.
Kasus korupsi di tubuh Pertamina ini seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak, terutama pemerintah dan aparat penegak hukum. Tanpa tindakan tegas, kejahatan serupa akan terus berulang. Korupsi yang terjadi semakin mengikis kepercayaan masyarakat terhadap badan usaha milik negara serta pemerintah.
Para pengguna Pertamax yang dirugikan akibat skandal ini adalah pihak yang terzalimi. Entah mereka memilih untuk mengadu kepada Tuhan agar kezaliman ini dibalas atau bersabar, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Namun, satu hal yang pasti, kezaliman dalam bentuk apa pun tidak akan luput dari pertanggungjawaban, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a‘lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
