Hati-Hati Banyak Tidur saat Puasa, Anda sedang Terjebak Hadis Palsu Kata UAH

Banyak yang menjadikannya alasan tidur untuk mengurangi aktivitas, bahkan tidur sepanjang hari hingga waktu berbuka tiba. Ustadz Adi Hidayat (UAH), menegaskan hadis tersebut dikategorikan sebagai hadis palsu. Menurutnya esensi puasa justru bertentangan dengan anggapan bahwa semakin banyak tidur, semakin berpahala.

oleh Liputan6.com Diperbarui 02 Mar 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2025, 13:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH). (YT Adi Hidayat Official)
Ustadz Adi Hidayat (UAH). (YT Adi Hidayat Official)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang mengajarkan pengendalian diri, termasuk dalam mengatur waktu dan aktivitas sehari-hari. Namun, sebagian orang justru mengisi waktu puasanya dengan banyak tidur, dengan alasan bahwa tidur saat puasa adalah ibadah.

Anggapan tersebut didasarkan pada sebuah hadis yang artinya berbunyi, "Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni" (HR Baihaqi).

Hadis ini sering dikutip untuk melegitimasi kebiasaan tidur berlebihan saat puasa. Banyak yang menjadikannya alasan untuk mengurangi aktivitas, bahkan tidur sepanjang hari hingga waktu berbuka tiba.

Namun, dalam kajian yang disampaikan oleh penceramah Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH), hadis ini dikategorikan sebagai hadis palsu. Ustadz Adi menjelaskan bahwa esensi puasa justru bertentangan dengan anggapan bahwa semakin banyak tidur, semakin berpahala.

Penjelasan ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @S-efendi, di mana Ustadz Adi menjelaskan dengan rinci alasan mengapa hadis tersebut tidak bisa dijadikan dalil.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Hadis Tidur saat Puasa Berpahala Ternyata Palsu

Ilustrasi pria tidur, bermimpi
Ilustrasi pria tidur saat puasa. (Photo by Shane on Unsplash)... Selengkapnya

Menurutnya, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengoptimalkan ibadah serta meningkatkan produktivitas. Jika seseorang hanya tidur sepanjang hari, maka esensi ibadah puasa menjadi hilang.

Rasulullah dalam hadis-hadis shahih justru mencontohkan bagaimana beliau tetap aktif selama Ramadan. Bahkan, banyak peperangan besar dalam sejarah Islam terjadi saat bulan Ramadan, seperti Perang Badar dan Fathu Makkah.

"Kalau puasa itu lebih banyak tidurnya, bagaimana mungkin Nabi menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah?" ujar Ustadz Adi dalam kajiannya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa orang yang berpuasa seharusnya tetap menjaga produktivitasnya. Jika bekerja, tetap bekerja dengan niat ibadah. Jika belajar, tetap belajar dengan penuh kesungguhan.

Dalam banyak riwayat, Rasulullah justru semakin meningkatkan ibadahnya ketika bulan Ramadan. Selain memperbanyak sholat malam, beliau juga lebih banyak membaca Al-Qur’an dan berinteraksi dengan masyarakat.

Tidur dalam batas wajar memang tetap dianjurkan untuk menjaga kesehatan. Namun, jika tidur dilakukan secara berlebihan hingga melalaikan kewajiban atau mengurangi kesempatan beribadah, maka hal itu tidak sejalan dengan tujuan puasa.

Banyak ulama yang menegaskan bahwa hadis tentang tidur sebagai ibadah ini tidak bisa dijadikan pegangan. Di antara mereka adalah Imam Ibn Hajar al-Asqalani yang menyatakan bahwa hadis tersebut dhaif (lemah) dan tidak bisa diamalkan.

Banyak Tidur Justru Mengurangi Efektivitas Ibadah

Ilustrasi pria tidur, bermimpi
Ilustrasi pria tidur saat puasa. (Photo by Kian Mousazadeh on Unsplash)... Selengkapnya

Bahkan, dalam kitab-kitab hadis, tidak ditemukan riwayat yang kuat yang mendukung bahwa semakin banyak tidur, semakin besar pahalanya saat puasa. Justru, hadis-hadis shahih menegaskan bahwa amalan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang akan bernilai pahala.

Ustadz Adi juga menyoroti bagaimana kebiasaan tidur berlebihan dapat mengurangi efektivitas ibadah seseorang. Jika seseorang terlalu banyak tidur, maka kesempatan untuk membaca Al-Qur’an, berdzikir, atau bahkan sekadar membantu orang lain bisa terlewatkan.

"Seharusnya, Ramadan menjadi momen di mana kita lebih produktif dalam beribadah dan beramal saleh, bukan malah menggunakannya sebagai alasan untuk bermalas-malasan," tambahnya.

Banyak aktivitas yang bisa dilakukan untuk menggantikan tidur berlebihan, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, mengikuti kajian keislaman, hingga membantu orang lain dalam kebaikan.

Selain itu, bekerja dengan niat ibadah juga termasuk dalam aktivitas yang bisa mendatangkan pahala. Dengan begitu, seseorang tetap bisa menjalankan kewajibannya tanpa harus mengurangi nilai ibadah puasa.

Puasa adalah kesempatan untuk mendisiplinkan diri, termasuk dalam mengatur waktu istirahat. Tidur tetap penting, namun harus dilakukan dengan porsi yang seimbang agar tidak mengurangi esensi ibadah.

Jika merasa lelah, cukup istirahat secukupnya agar tubuh tetap segar. Namun, jika tidur dilakukan sepanjang hari hingga waktu berbuka, maka puasa hanya menjadi sekadar rutinitas tanpa nilai spiritual yang maksimal.

Hadis-hadis shahih menegaskan bahwa pahala puasa tidak hanya didapat dari menahan lapar dan haus, tetapi juga dari usaha untuk tetap produktif dan memperbanyak ibadah.

Dengan memahami esensi puasa yang sebenarnya, umat Islam diharapkan bisa mengoptimalkan ibadah Ramadan dengan penuh kesadaran dan semangat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya