Cendekiawan Muda Muhammadiyah Sebut Tafsir Harus Up to Date untuk Memahami Agama

Peluncuran buku Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai ini menjadi upaya Bukhari untuk mengajak umat Islam lebih terbuka dalam memahami subtansi ajaran agama.

oleh Muhammad Ali Diperbarui 03 Mar 2025, 15:09 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 13:28 WIB
Muhammadiyah
Cendekiawan Muda Muhammadiyah, Muhamad Bukhari Muslim dalam peluncuran bukunya Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai yang diadakan oleh DPD IMM DKI Jakarta, Minggu (2/3/2025). (Tim News).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Cendekiawan Muda Muhammadiyah, Muhamad Bukhari Muslim menyoroti fenomena perdebatan umat Islam yang kerap terjebak dalam dikotomi benar dan salah dalam memahami tafsir agama.

"Pemahaman agama harus selalu up to date agar tetap sesuai dengan tantangan dan kebutuhan zaman," ujar Bukhari dalam peluncuran bukunya Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai yang diadakan oleh DPD IMM DKI Jakarta, Minggu (2/3/2025 ).

Bukhari menegaskan bahwa memahami agama tidak boleh hanya terpaku pada satu tafsir sebagai kebenaran absolut. "Padahal, tafsir lahir dari interaksi manusia dengan teks suci dan realitas zamannya," tambahnya.

Peluncuran buku Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai ini menjadi upaya Bukhari untuk mengajak umat Islam lebih terbuka dalam memahami subtansi ajaran agama.

Buku tersebut membahas berbagai perspektif tafsir dan bagaimana pemaknaannya terus berkembang agar tetap relevan dengan perkembangan sosial dan budaya.

"Buku ini saya tulis sebagai ajakan bagi umat Islam untuk lebih terbuka dalam memahami ajaran agama. Tafsir itu tidak berhenti di satu masa, tetapi harus terus berkembang dan agar tetap sesuai dengan zaman dan kebutuhan umat," tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI, Faried F. Saenong menilai bahwa perbedaan tafsir adalah hal yang wajar. Namun, masih banyak umat Islam yang belum terbiasa dengan perbedaan ini dan cenderung menolaknya karena dianggap mengganggu kemapanan yang sudah ada.

"Perbedaan dalam menafsirkan teks suci itu hal yang lumrah. Sayangnya, banyak yang masih menganggapnya sebagai ancaman, padahal justru itu yang memperkaya pemahaman kita," katanya.

 

 

Jawab Persoalan Penafsiran

Menurutnya, banyak karya yang akhirnya tidak pernah dipublikasikan karena para penulisnya terlalu terpaku pada standar dan idealisme yang tinggi. "Banyak karya yang akhirnya tidak selesai karena standar dan idealismenya terlalu tinggi. Akhirnya, tidak jadi dipublikasikan," ujarnya.

Faried juga menilai bahwa karya Bukhari merupakan jawaban dari banyak persoalan terkait teks dan penafsiran dalam Islam. "Karya Bukhari ini menjadi jawaban atas banyak persoalan tafsir yang selama ini masih menjadi perdebatan," tandasnya.

Infografis

Infografis Perbandingan Biaya Ibadah Haji 2020 hingga 2023. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Perbandingan Biaya Ibadah Haji 2020 hingga 2023. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya