Apakah Takdir Bisa Diubah? Ini Jawaban Menyejukkan Gus Baha

Dalam kajian yang disampaikan, Gus Baha menukil pemikiran seorang ulama yang berpendapat bahwa qadar atau takdir tidak bisa diubah. Namun, pemahaman ini perlu dikontekstualisasikan dengan hak prerogatif Allah.

oleh Liputan6.com Diperbarui 06 Mar 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 00:00 WIB
Gus Baha (SS: YT Laduni ID)
Gus Baha (SS: YT Laduni ID)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam, keyakinan terhadap kekuasaan Allah yang mutlak menjadi salah satu fondasi utama dalam memahami takdir dan kehidupan setelah kematian. Banyak perdebatan muncul mengenai apakah nasib di akhirat masih bisa berubah atau tidak., termasuk qada dan qadar.

Sosok alim alamah asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menegaskan bahwa Allah tidak tunduk pada aturan yang diciptakan, termasuk ketetapan di akhirat. Konsep akhirat yang sering dipahami sebagai fase final kehidupan manusia tidak membatasi kehendak Allah.

"Allah itu enggak bisa tunduk sama konstitusi yang bernama akhirat, artinya meskipun di akhirat, Allah tetap punya hak untuk melakukan apa saja," jelas Gus Baha, dikutip dari kanal youtube @takmiralmukmin.

Banyak orang beranggapan bahwa setelah seseorang meninggal, amalnya tidak lagi bisa dikirimkan. Namun, Gus Baha mengingatkan bahwa ketentuan ini hanya berlaku bagi manusia, bukan bagi Allah.

"Kalau kita yang mengirimkan amal untuk orang yang sudah meninggal, mungkin ada batasnya. Tapi kalau Allah yang menghendaki, tetap bisa," ujarnya.

Dalam kajian yang disampaikan, Gus Baha menukil pemikiran seorang ulama yang berpendapat bahwa qadar atau takdir tidak bisa diubah. Namun, pemahaman ini perlu dikontekstualisasikan dengan hak prerogatif Allah.

"Makanya ada seorang kiai yang bilang qadar enggak bisa diubah, itu benar dalam batasan kita sebagai manusia. Tapi kalau Allah, tetap bisa," tegas Gus Baha.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Allah SWT Punya Kekuasaan Mutlak

99 Nama Allah, Asmaul Husna
99 Nama Allah, Asmaul Husna. (Photo by john peter on Pixabay)... Selengkapnya

Pendapat ini didasarkan pada dalil bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak dan tidak dibatasi oleh apa pun, termasuk sistem yang diciptakan-Nya sendiri.

Nabi Muhammad sendiri memahami konsep ini dengan sangat baik. Suatu ketika, dalam hadis yang diriwayatkan, Nabi disebutkan bersujud dan memohon syafaat kepada Allah untuk umatnya.

"Ketika Nabi lain berpikir bahwa akhirat membatasi amal karena segalanya telah diputuskan, Nabi Muhammad justru yakin bahwa Allah tetap bisa memberi ampunan," terang Gus Baha.

Karena itu, ketika Nabi bersujud dan memohon syafaat, Allah memberikan izin dengan firman, 'Ya Muhammad, angkat kepalamu dan mintalah, akan Aku kabulkan.'

Peristiwa ini menunjukkan bahwa rahmat Allah tidak terbatas, bahkan di akhirat sekalipun. Nabi Muhammad diberi keistimewaan untuk memberikan syafaat kepada umatnya yang membutuhkan pertolongan.

"Kunci dari semua ini adalah pemahaman bahwa Allah tetap Allah, kekuasaan-Nya tidak terbatas, dan rahmat-Nya melampaui segalanya," lanjutnya.

Pemahaman ini juga menjadi dasar bahwa seorang Muslim harus terus berharap pada rahmat Allah. Takdir memang sudah ditetapkan, tetapi Allah selalu memiliki kehendak untuk mengubahnya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

Itulah mengapa dalam Islam, ada konsep doa sebagai bentuk permohonan kepada Allah. Doa bukan sekadar ritual, tetapi juga bentuk keyakinan bahwa Allah memiliki kuasa penuh atas segala sesuatu.

Jangan Putus Asa, Ampunan Allah SWT Luas

5 Tempat yang Dianggap Bisa Menghubungkan Manusia dengan Akhirat
Ilustrasi akhirat (Pixabay)... Selengkapnya

Dalam penjelasannya, Gus Baha mengutip ayat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan nabi-nabi lain, terutama dalam membawa kabar gembira bagi umatnya.

"Makanya disebut dalam Al-Qur'an, wa mubasysyiran birasulin ya'ti min ba'di ismuhu Ahmad—aku datang membawa kabar gembira tentang seorang rasul yang akan datang setelahku, namanya Ahmad," jelasnya.

Ayat ini memperkuat posisi Nabi Muhammad sebagai pembawa syafaat bagi umatnya, bahkan setelah kehidupan dunia berakhir.

Oleh karena itu, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak berputus asa dalam memohon ampunan kepada Allah. Sebesar apa pun dosa yang dilakukan, rahmat Allah tetap lebih luas.

"Jangan sampai kita merasa tertutup dari rahmat Allah, karena Dia tetap memiliki hak penuh untuk mengampuni siapa pun yang dikehendaki-Nya," katanya.

Pemahaman ini sejalan dengan konsep tauhid, yakni meyakini Allah sebagai satu-satunya yang memiliki kuasa mutlak. Tidak ada aturan yang bisa membatasi kehendak-Nya, termasuk dalam urusan akhirat.

Dengan memahami hal ini, seorang Muslim diharapkan bisa lebih khusyuk dalam beribadah, lebih banyak memohon kepada Allah, dan tetap optimis terhadap rahmat-Nya.

Keistimewaan Nabi Muhammad sebagai pemberi syafaat juga menjadi harapan besar bagi umat Islam. Selama seseorang masih memiliki keimanan, kesempatan untuk mendapatkan ampunan Allah tetap terbuka.

Gus Baha menegaskan bahwa seseorang harus tetap melakukan amal baik, tetapi juga harus memahami bahwa harapan terhadap rahmat Allah tidak boleh putus.

"Jangan sampai kita mengatur-atur Allah dengan pemikiran kita yang terbatas. Dia Maha Kuasa, Maha Pengampun, dan rahmat-Nya selalu luas bagi siapa pun," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya