Liputan6.com, Jakarta - Ramadhan bulan yang penuh ampunan. Ia merupakan rahmat bagi umat Islam karena memberi kesempatan untuk beramal saleh dengan janji balasan yang berlipat ganda.
Keistimewaan Ramadan ini semestinya menjadi motivasi untuk lebih giat beramal saleh, sejenak menepi dari riuh duniawi dan memalingkan khidmat pada spiritualitas.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Namun sayangnya masih ada sebagian dari umat Islam yang justru terjebak pada gaya hidup konsumtif. Alhasil, Ramadan justru menjadi bulan pelampiasan syahwat berbelanja, dan boros.
Padaha Allah SWT tidak menyukai manusia yang boros dan berlebihan. Hal ini dijelaskan dalam Q.S Al-Araf : 31 berikut ini:
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-Araf : 31).
Ayat ini memberikan pesan kepada kita untuk menikmati kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT namun tidak boleh berlebih-lebihan. Sudah sepatutnya kita sebagai seorang muslim untuk berperilaku sesuai dengan porsinya atau sewajarnya, karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan dilarang dalam agama.
Simak Video Pilihan Ini:
Kiat Mengatasi Perilaku Konsumtif, Yuk Teladani Rasulullah
Cara untuk mengatasi perilaku konsumtif adalah kita harus bisa membedakan apa yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya menjadi keinginan. Kita juga harus ingat bahwa sebagian dari harta yang kita miliki ada harta yang menjadi hak orang lain yang harus terpenuhi. Sesuai dengan firman Allah Swt Q.S Az-Zariyat: 19
"Dan pada harta benda mereka ada hak orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta." (Q.S Az-Zariyat : 19)
Ayat ini menyampaikan pesan kepada kita bahwa sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim yang baik untuk dapat menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk membantu terhadap sesama. Agar harta yang kita miliki di dunia ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan bisa menjadi suatu amal ibadah untuk bekal kita di akhirat.
Teladan Gaya Hidup Sederhana Rasulullah SAW
Dalam Islam perilaku konsumtif jelas dilarang karena perilaku tersebut dapat mengakibatkan sifat sombong, riya dan mubazir. Di sisi lain Rasulullah SAW telah memberikan teladan hidup sederhana meskipun ia juga dikenal sebagai saudagar sukses.
Di tengah ketercukupan, Rasulullah SAW justru memilih gaya hidup sederhana. Misalnya saja dari pakaian yang dikenakan, makanan yang dimakan, tempat tinggal dan bahkan segala hal yang ada dalam dirinya adalah bentuk kesederhanaan yang perlu diteladani.
Dalam Islam, konsep hidup minimalis disebut zuhud. Beberapa hadis menceritakan sikap Rasulullah yang sangat zuhud. Salah satunya hadis dari Aisyah:
Telah menceritakan kepada kami [Utsman] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] dari [Aisyah] dia berkata; “Semenjak tiba di Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah merasa kenyang dari makanan gandum hingga tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal.” (HR. Bukhari)
Advertisement
Contoh Kesederhanaan Rasulullah
Rasulullah memberikan contoh yang baik tentang kesederhanaan mulai dari tempat tidurnya, pakaian, sandal dan gelasnya.
Suatu ketika Umar bin Khattab menangis ketika melihat keadaan Nabi Muhammad SAW yang tidur hanya dengan beralaskan tikar. Bagaimana bisa seorang Rasul dan pemimpin umat harus tidur dalam keadaan yang begitu sederhana.
Berikut kesederhanaan yang bisa kita teladani dari gaya hidup minimalis Rasulullah:
1. Membeli barang sesuai kebutuhan saja, bukan karena keinginan dan mengikuti setiap trend yang ada.
2. Menyedekahkan barang layak yang tidak terpakai, bisa dengan didonasikan atau didaur ulang. Jadi kita bisa menggunakan barang sesuai dengan kebutuhan saja.
3. Mencatat keperluan sebelum membelinya.
4. Tidak memiliki banyak barang untuk satu jenis barang yang sama. Memiliki hobi mengoleksi barang yang sama terkadang membuat barang tersebut tidak terpakai dan hanya menjadi pajangan saja jadi nilai kebermanfaatannya akan hilang.
Hidup sederhana ala Rasulullah SAW semestinya menjadi teladan, khususnya ketika bulan Ramadan. Di bulan ini, memang banyak godaan. Selain tambahan penghasilan juga diskon dan kemudahan berbelanja menjadi ujian kesabaran dari perilaku konsumtif.
Namun jika sudah berpegang pada suritauladan Rasulullah, maka godaan itu bis akita hadapi. Terutama saat kita puasa, saat ketika kita diwajibkan mengendalikana diri. Bukan saja dari makan, minum, dan syahwat seks, namun juga dari nafsu berbelanja yang berlebih-lebihan.
