Liputan6.com, Cilacap - Pendakwah Muhammadiyah yang merupakan alumnus Kulliyah Dakwah Islamiyah, Tripoli, Libya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) membeberkan salah satu tanda orang yang sangat dicintai Allah SWT.
UAH membeberkan hal penting yang tak banyak orang menyadari padahal dirinya terkategori orang yang sangat dicintai Allah SWT.
Advertisement
UAH mengawalinya dengan mengisahkan seseorang yang mendapatkan ujian atau musibah yang sangat berat, padahal dirinya rajin beribadah.
Advertisement
Baca Juga
“Ada tingkat ujian yang sudah mulai menggoyang hati, ya sudah mulai kadang-kadang kenapa ya Allah, saya mesti mengalami ini ya, padahal saya rajin sholat, rajin puasa, rajin zakat, kau masih terjadi juga pada saya?” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @dailyquranandbooster, Rabu (19/03/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Agar Selalu Ingat Allah bukan Dunia
UAH menjelaskan bahwa musibah yang menimpa orang yang ahli ibadah itu merupakan tingkatan cinta Allah yang paling tinggi atas hambanya ini.
Maksud ditimpakan ujian kepada hamba-Nya yang sholeh sebab Allah tidak ingin ia mengingat pada dunia. Allah menginginkan senantiasa hamba-Nya ini mengingat-Nya.
“Itu tingkat paling tinggi itu, tingkat paling tinggi, karena Allah itu kalau sudah cinta pada seorang hamba bukan kasih dunia, dikasih musibah, dia kasih musibah supaya dengan musibah itu lebih dekat dengan Allah," terangnya.
“Allah itu cemburu, Maha Pencemburu, jangan ada dunia yang dia pikirkan, ingin dipikirkan itu hanya Allah saja,” sambungnya.
“Kalau sudah dekat dengan Allah, maka segala yang dianggap kurang itu akan dikembalikan dengan sangat luar biasa,” tandasnya.
Advertisement
Hikmah dibalik Musibah (1-5)
Mengutip uinjkt.ac.id, setidaknya ada sepuluh hikmah di balik musibah. Pertama, musibah itu merupakan salah satu cara Allah untuk mengingatkan hamba-Nya agar tidak melampaui batas, tidak melakukan kemaksiatan dan kerusakan di muka bumi. Musibah menyadarkan hamba agar bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kedua, musibah mengajarkan pentingnya integrasi ibadah dan isti’anah, memohon pertolongan kepada Allah (QS al-Fatihah [1]: 5). Integrasi ini harus dibuktikan dengan kesalehan autentik dengan peneguhan iman, ilmu, dan amal saleh dengan tidak banyak mengeluh dan menyalahkan pihak lain.
Ketiga, musibah itu ibarat laboratorium keimanan dan kesabaran untuk penyadaran bahwa manusia itu milik Allah dan pasti kembali kepada-Nya (QS al-Baqarah [2]: 155-156).
Keempat, musibah merupakan manifestasi kasih sayang Allah kepada hamba-Nya untuk membuktikan ridha tidaknya. “Sesungguhnya pahala besar itu sebanding dengan ujian yang berat. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian kepada mereka. Siapa yang ridha, maka ia akan meraih ridha Allah. Sebaliknya, siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR Ibn Majah).
Kelima, musibah dan bencana alam merupakan tanda kekuasaan-Nya. Semua fenomena alam didesain agar manusia terus belajar, membaca, dan memaknai ayat-ayat Allah di alam raya maupun di dalam Alquran. Dengan pembacaan integratif ayat-ayat kauniyyah dan ayat-ayat Quraniyyah, manusia dapat mengembangkan sains dan teknologi.
Hikmah dibalik Musibah (6-10)
Keenam, musibah itu awalnya penuh duka, namun perlahan tetapi pasti akan berganti menjadi sukacita dan bahagia. Musibah mengajarkan pentingnya bersikap optimistis karena kehidupan itu tidak selamanya dalam kesulitan dan kedukaan. Badai pasti berlalu karena, “Sesungguhnya kesulitan selalu dibarengi kemudahan.” (QS ash-Sharh [94]: 6).
Ketujuh, musibah itu menginsafkan bahwa manusia itu lemah, tidak bisa melawan “kekuatan alam”. Hanya Allah yang Mahakuat, Mahabesar, dan Mahakuasa. Kedelapan, musibah menumbuhkan rasa kemanusiaan universal untuk berempati dan berbagi. Kesembilan, musibah itu meneguhkan persaudaraan dan solidaritas sosial.
Kesepuluh, musibah itu menjadi penggugur dosa. “Tiada sebuah musibah pun yang menimpa Muslim melainkan dengannya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, banyaknya musibah harus menjadi momentum untuk memperbanyak istighfar dan tobat kepada Allah Yang Maha Pengampun. Semoga musibah yang menimpa warga bangsa ini dapat merekatkan persaudaraan, solidaritas sosial, dan persatuan bangsa.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement
