Liputan6.com, Semarang- Jamu Coro menjadi salah satu sajian khas Demak, Jawa Tengah. Dihimpun dari berbagai sumber, minuman tradisional ini telah ada sejak jaman kerajaan kesultanan Demak dengan nama wedang blung.
Wedang blung menjadi kudapan yang menyehatkan yang digunakan tabib kerajaan pada masa itu. Tidak seperti sajian jamu pada umumnya yang berbentuk minuman, jamu coro berbentuk bubur halus dengan paduan rempah yang pekat, sehingga sering juga disebut dengan bubur jamu coro.
Advertisement
Baca Juga
Jamu coro Demak diracik dengan 15 rempah-rempah yang kaya manfaat seperti, jahe, kayu manis, serai, gula merah hingga merica. Jamu coro memiliki cita rasa yang sedikit pedas, biasanya disantap pada pagi atau sore hari untuk menghangatkan tubuh.
Penjual jamu coro di Demak menjajakan dagangannya dengan berkeliling dengan sepeda atau berjalan kaki. Ciri khasnya, membawa panci yang berisi jamu coro dan ditutup dengan kain.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pakai Gentong
Dulu, penjual jamu coro menjual menggunakan klenting atau gentong dari tanah liat yang digendong menggunakan anyaman bambu. Sementara gayung untuk mengambil jamu coro tersebut juga berbahan bambu seperti halnya timba yang terdapat pengaitnya, sehingga fleksibel menyesuaikan ukuran lubang klenting yang relatif kecil.
Hingga kini jamu coro menjadi sajian khas Kabuaten Demak yang mudah dijumpai di tepi jalan. Tidak jarang masyarakat setempat juga menyajikan sajian jamu coro untuk acara hajatan.
(Tifani)
Advertisement